Metode Penelitian Karakterisasi dan formulasi rengginang tepung ikan tembang (Sardinella fimbriata)

Ikan tembang Pencucian dengan air Penyiangan Penggilingan grinder Penepungan Pelunakkan dengan autoklaf Pengeringan oven Pengepresan Tepung ikan tembang 6-10. Setelah ikan dikeringkan, dilakukan penepungan. Daging ikan yang sudah kering dihaluskan menggunakan blender, kemudian disaring menggunakan ayakan ukuran 100 mesh sehingga didapatkan tepung ikan tembang dengan butiran yang homogen dan halus Amirullah 2008. Tepung ikan tembang yang dihasilkan dilakukan pengujian terhadap kadar air, abu, protein dan lemak. Diagram alir pembuatan tepung ikan tembang dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan tepung ikan tembang Sumber: modifikasi metode Dullah et al. 1985 Proses pembuatan rengginang tepung ikan diawali dengan beras ketan putih direndam selama 24 jam, kemudian beras ketan tersebut ditiriskan. Setelah beras ketan ditiriskan, selanjutnya beras ketan dikukus dengan suhu 100 o C selama 10 menit. Beras ketan yang telah dikukus setengah matang dicampur dengan tepung ikan tembang dan bumbu bawang putih, garam dan air secara homogen Analisis Proksimat Bagian yang dibuang: kepala, insang, sisik, sirip dan isi perut Beras Ketan Putih Perendaman selama 24 jam Pengukusan 100 o C selama 10 menit Penjemuran sinar matahari selama ± 2 hari Penggorengan pada suhu ± 170 o C selama 30 detik Pencampuran secara homogen Pencetakan rengginang tipis dan berbentuk bulat dengan diameter sekitar 5 cm Pengukusan kembali 80 o C selama 12 menit Penirisan Rengginang tepung ikan tembang dan dikukus kembali hingga matang suhu 80 o C selama 12 menit. Beras ketan yang telah matang kemudian dicetak bulat, diameter 5 cm dan ketebalan 1 cm kemudian ditempatkan pada tampah dan dikeringkan dibawah sinar matahari sehingga diperoleh rengginang kering mentah. Pengeringan rengginang basah membutuhkan waktu 2 hari pada keadaan terik matahari atau sekitar 5 hari apabila kondisi cuaca tidak menentu. Setelah dikeringkan, rengginang siap digoreng dan diuji organoleptik. Penggorengan rengginang dilakukan dengan sistem terendam bahan digoreng dalam minyak yang cukup banyak sehingga bahan tercelup didalamnya. Penggorengan dilakukan pada suhu tinggi sekitar 170 o C. Diagram alir proses pembuatan rengginang tepung ikan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Diagram alir proses pembuatan rengginang tepung ikan tembang Sumber: modifikasi metode Wahyono dan Marzuki 2003 Tepung ikan tembang Bawang putih Garam Air Uji organoleptik

3.4 Prosedur Pengujian

Teknik pengujian dilakukan secara subjektif dan objektif. Analisis secara subjektif meliputi uji sensori penampakan, warna, aroma, rasa dan tekstur yang diolah dengan metode Kruskal Wallis, apabila diperoleh hasil analisis ragam beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Multiple Comparison. Analisis objektif meliputi uji fisik, kimia dan mikrobiologis. Analisis fisik yang dilakukan yaitu kekerasan dan volume pengembangan. Analisis kimia yang dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat yang dihitung berdasarkan by difference, sedangkan analisis mikrobiologis yang dilakukan yaitu total mikroba.

3.4.1 Uji organoleptik

Uji organoleptik yaitu uji pangan yang menggunakan indera manusia, kadang disebut uji sensori indera. Uji organoleptik yang digunakan yaitu hedonic test uji hedonik. Uji hedonik merupakan metode uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar penilaian. Uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji organoleptik dengan skala hedonik yang meliputi: penampakan, warna, aroma, rasa dan tekstur yang bertujuan untuk mengetahui respon dari panelis terhadap produk yang dihasilkan berdasarkan tingkat kesukaan. Sampel diujikan kepada 30 orang panelis Soekarto 1985. Analisis dari hasil uji ini diolah dengan menggunakan program SPSS 13.0. Lembar penilaian uji sensori dengan skala hedonik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Lembar penilaian uji sensori dengan skala hedonik Skala numerik Skala hedonik 9 Amat sangat suka 8 Sangat suka 7 Suka 6 Agak suka 5 Netral 4 Agak tidak suka 3 Tidak suka 2 Sangat tidak suka 1 Amat sangat tidak suka Sumber : Soekarto 1985 x 100

3.4.2 Analisis fisik

Parameter yang diukur pada analisis fisik meliputi: kekerasan dan volume pengembangan.

3.4.2.1 Kekerasan Faridah et al. 2008

Kekerasan rengginang diukur dengan menggunakan alat rheoner merek Yamaden RE 3305 dengan plunger berbentuk silinder berdiameter 4 mm terhadap sepotong sampel rengginang. Rengginang diletakkan pada posisi horizontal dengan arah pergerakan plunger. Pengukuran dilakukan pada sensitivity voltage 0.5 mV atau stadia penuh 500 gf dan 1 mV atau 1000 gf, sampel table speed 5 mmdetik. Setiap tekanan yang diberikan menghasilkan sebuah kurva yang menunjukkan profil tekstur dari produk tersebut. Puncak yang terbentuk pada kertas grafik merupakan nilai kekerasan produk yang diuji. Tingkat kekerasan produk ditentukan berdasarkan resistensi maksimum produk yang dinyatakan dalam gramforce gf. Semakin tinggi grafik Chart RE-3305 menunjukkan produk tersebut semakin keras.

3.4.2.2 Volume pengembangan Zulviani 1992

Volume pengembangan rengginang merupakan persentase dari perbandingan antara selisih volume rengginang matang dikurangi dengan volume rengginang mentah dibagi volume rengginang mentah. Pengukuran volume rengginang dilakukan terhadap rengginang mentah dan rengginang goreng dengan metode Muliawan 1991, yang dimodifikasi oleh Zulviani 1992. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran volume pengembangan adalah manik-manik yang berbentuk bulat dengan diameter 2 mm, gelas ukur dan neraca analitik. Pengukuran volume pengembangan rengginang dilakukan pada rengginang goreng dan rengginang mentah. Pengukuran volume pengembangan rengginang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: V a = Volume rengginang mentah V b = Volume rengginang matang setelah digoreng