gramforce  yang  dihasilkan  maka  semakin  rendah  tingkat  kekerasannya.  Dapat disimpulkan bahwa rengginang tanpa penambahan tepung ikan tembang memiliki
tingkat  kekerasan  yang  paling  rendah  dan  tingkat  kerenyahan  yang  paling  tinggi dan rengginang dengan penambahan tepung  ikan  tembang 20  memiliki tingkat
kekerasan  yang  paling  tinggi  dan  kerenyahan  yang  paling  rendah.  Hal  ini ditunjukkan  oleh  nilai  gramforce  yang  rendah  yaitu  sebesar  656  gf  untuk
rengginang tanpa penambahan tepung ikan tembang dan 1159 gf pada rengginang dengan penambahan tepung ikan tembang sebanyak 20.
4.4.3 Volume pengembangan
Volume pengembangan merupakan salah satu sifat fisik yang penting dari rengginang.  Volume  pengembangan  adalah  besarnya  perubahan  ukuran  yang
terjadi  pada  rengginang  sebelum  dan  setelah  mengalami  penggorengan. Rengginang  yang  baik  memiliki  volume  pengembangan  yang  cukup  besar.
Rengginang  tepung  ikan  tembang  yang  dihasilkan  memiliki  nilai  volume pengembangan  berkisar  antara  219-242.  Volume  pengembangan  rengginang
tertinggi  terdapat  pada  rengginang  tanpa  penambahan  tepung  ikan  tembang  dan volume  pengembangan  rengginang  terendah  terdapat  pada  rengginang  dengan
penambahan tepung ikan tembang sebanyak 20. Berdasarkan  hasil  analisis  ragam  Lampiran  9b  menunjukkan  bahwa
penambahan  tepung  ikan  tembang  dalam  formulasi  rengginang  memberikan pengaruh  yang  berbeda  nyata  p0,05  pada  volume  pengembangan  rengginang
yang  dihasilkan.  Berdasarkan  hasil  uji  lanjut  Lampiran  9c,  rengginang  tanpa penambahan  tepung  ikan  tembang  berbeda  nyata  dengan  rengginang  pada
penambahan tepung ikan tembang sebanyak 5, 10, 15 dan 20, akan tetapi rengginang pada penambahan tepung  ikan tembang sebanyak 15 tidak berbeda
nyata dengan  rengginang pada penambahan tepung ikan tembang sebanyak 20. Histogram  volume pengembangan  rengginang tepung  ikan tembang dapat dilihat
pada Gambar 13.
Angka-angka  dalam  kolom  yang  sama  dan  diikuti  oleh  huruf  superscript  berbeda
a,b
menunjukan  berbeda  nyata  P0,05,  sedangkan  yang  diikuti  huruf  superscript  sama
ab
menunjukan tidak berbeda nyata P0,05.
Gambar 13  Histogram volume pengembangan rengginang tepung ikan tembang Pengembangan  kerupuk  erat  kaitannya  dengan  proses  gelatinisasi  pati,
molekul  air  berpenetrasi  masuk  diantara  bagian-bagian  polimer  pati  sehingga membentuk  lapisan  berongga  yang  menyebabkan  kerupuk  mengembang
Binawan  1993.  Pada  proses  gelatinisasi  akan  terbentuk  struktur  yang  elastis yang dapat mengembang pada proses penggorengan. Pati yang terglatinisasi akan
menghasilkan  volume  pengembangan  yang  baik  sehingga  pori-pori  dan  luas permukaan  kerupuk  menjadi  lebih  besar  Wiriano  1984.  Pori-pori  memainkan
peran penting dalam kerenyahan dan tekstur produk. Dalam makanan renyah akan sulit untuk mengunyah jika tidak memiliki pori-pori Tsukakoshi et al. 2008.
Pada  proses  penggorengan  akan  terjadi  penguapan  air  yang  masih  terikat dalam  gel  pati  akibat  peningkatan  suhu  dan  dihasilkan  tekanan  uap  yang
mendesak  gel  pati  sehingga  terjadi  pengembangan  sekaligus  pembentukan rongga-rongga  udara  pada  rengginang  yang  telah  digoreng.  Penambahan  tepung
ikan  tembang  pada  rengginang  menyebabkan  kemampuan  granula  pati  untuk mengikat  air  menjadi  berkurang  sehingga  pada  proses  penggorengan  rengginang
rongga-rongga udara rengginang menurun, karena terisi oleh bahan lain sehingga menurunkan nilai volume pengembangan. Rengginang yang kurang mengembang
cenderung  akan  membentuk  tekstur  yang  lebih  padat  dan  tidak  mekar  sehingga rengginang  akan  lebih  keras  Siaw  et  al.  1985.  Hal  ini  diperkuat  dengan
205 210
215 220
225 230
235 240
245
5 10
15 20
Vo lu
m e
p e
n ge
m b
an gan
Konsentrasi penambahan tepung ikan tembang
242
d
233
c
227
b
222
a
219
a
pernyataan  King  2002  bahwa  rasio  ikan  dan  pati  mempengaruhi  volume pengembangan dan kerenyahan kerupuk ikan.
Kandungan  amilopektin  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  amilosa  akan memberikan  kecenderungan  pengembangan  kerupuk  yang  lebih  besar
dibandingkan  dengan  amilosa  yang  tinggi.  Amilosa  cenderung  mengurangi kemekaran kerupuk, sedangkan amilopektin berfungsi sebaliknya mengarah pada
pembentukan  tekstur  yang  lebih  ringan  yang  berhubungan  langsung  dengan pengembangan kerupuk Lavlensia 1995.
Pengembangan kerupuk dipengaruhi juga oleh suhu, waktu dan kandungan air  pada  saat  penggorengan.  Semakin  tinggi  suhu  penggorengan,  maka  semakin
cepat  waktu  yang  dibutuhkan  untuk  menggoreng  kerupuk.  Kemudian  setelah mencapai  volume  pengembangan  maksimum,  volume  pengembangan  akan
menurun  dengan  semakin  meningkatnya  suhu  penggorengan  Zulviani  1992. Suhu yang digunakan untuk menggoreng rengginang yaitu 170
o
C.
4.4.4 Total mikroba