Identifikasi Awal Tutupan Lahan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m dan 12,5 m

dengan posisi citra input aslinya maka piksel-piksel yang digunakan untuk mengisi citra yang baru harus di-resampling kembali. Resampling adalah suatu proses melakukan ekstrapolasi nilai data untuk piksel-piksel pada sistem grid yang baru dari nilai piksel citra aslinya. Citra ALOS PALSAR resolusi 50 m merupakan ortho image dimana gambaran obyek pada image itu posisinya benar sesuai dengan proyeksi ortogonal. Oleh karena itu, koreksi geometrik pada ciitra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m mengacu pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m Bainnaura 2010.

3.3.3 Identifikasi Awal Tutupan Lahan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m dan 12,5 m

Identifikasi awal citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan 12,5 m dilakukan dengan bantuan Google Earth dan buku manual interpretasi citra. Menurut Jaya 2010 dalam identifikasi awal citra secara visual digunakan elemen-elemen dasar diagnostik penafsiran yaitu: 1. Tone dan warna Tone derajat keabu-abuangray scale dan warna adalah elemen dasar dari interpretasi sebuah obyek. Variasi tonewarna sangat bergantung pada karakteristik dari setiap obyek, karena warna merupakan hasil reflektansi, transmisi dan atau radiasi panjang gelombang yang dihasilkan dari obyek yang bersangkutan. Tone atau warna ini sangat bergantung juga pada panjang gelombang atau band yang dipergunakan pada saat melakukan perekaman. Adanya variasi tone, maka obyek dapat dideteksi, serta unsur lain seperti bentuk, tekstur, dan pola dapat dibedakan. Tone pada citra radar dapat didefinisikan sebagai intensitas rata-rata dari sinyal backscatter. Backscatter yang tinggi menghasilkan kecerahan yang tinggi tone terang, sebaliknya backscatter rendah menghasilkan kecerahan rendah tone gelap. 2. Bentuk Bentuk dapat menjadi petunjuk yang khas untuk interpretasi. Pada citra radar, bentuk obyek merupakan hasil rekaman dari posisi miring obliqueside looking, jarak slant dari radar. bentuk-bentuk obyek yang teratur seperti bentuk garis lurus biasanya banyak mewakili bentuk-bentuk di wilayah perkotaan atau pertanian skala luas perkebunan, hutan tanaman, sementara fitur-fitur obyek alami umumnya berbentuk poligon dan atau garis yang tidak beraturan, seperti punggung bukit, sungai dan tepian hutan. Bentuk-bentuk obyek buatan manusia umumnya lebih teratur dibandingkan dengan bentuk-bentuk alam. 3. Ukuran Ukuran suatu obyek atau yang tampak dalam citra sangat bergantung pada skala, resolusi dan ukuran obyek yang sebenarnya di alam. Skala citra sangat membantu menentukan ukuran sebenarnya dari suatu obyek. 4. Pola Pola merupakan susunan spasial suatu obyek dalam suatu bentuk yang khas dan berulang. Pola sebaran obyek dengan jarak yang teratur, tone yang sama akan menghasilkan tampilan pola yang berbeda dengan obyek yang tersebar secara acak random dan tone yang relatif berbeda. 5. Tekstur Tekstur adalah salah satu elemen terpenting untuk membedakan fitur dalam citra radar. Tekstur dalam interpretasi terbentuk dari variasi dan susunan tone dan atau warna yang ditampilkan oleh suatu obyek atau sekumpulan obyek pada citra. Tekstur kasar umumnya dibentuk oleh tone dengan variasi tinggi dimana terjadi perubahan tone yang besar, sedangkan tekstur halus terbentuk dari variasi yang relatif kecil. Tekstur halus umumnya dihasilkan oleh permukaan yang relatif halus seperti ladang, aspal, atau padang rumput. Tekstur kasar umumnya dihasilkan oleh target dengan permukaan kasar dan struktur tidak teratur. 6. Bayangan Pada citra radar, bayangan topografi adalah bagian yang tidak ada informasi backscatter. Bayangan berguna untuk meningkatkan atau mengidentifikasi topografi dan bentang alam. Bayangan pada radar sangat terkait dengan sudut miring dari radiasi gelombang mikro yang dipancarkan sistem sensor dan bukan oleh geometri dari iluminasi matahari. 7. Asosiasi Elemen asosiasi mempertimbangkan hubungan keberadaan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya. Karena adanya keterkaitan inilah, maka suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.

3.3.4 Pengamatan Lapangan

Dokumen yang terkait

Pendugaan biomassa atas permukaan pada tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) menggunakan citra alos palsar resolusi spasial 50 M dan 12,5 M (studi kasus di KPH Banyumas Barat)

0 3 69

Evaluasi penafsiran citra alos palsar resolusi 12,5 m slope corrected dan 50 meter dengan menggunakan metode manual dan digital dalam identifikasi penutupan lahan (studi kasus di Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi)

3 16 93

Perbandingan penafsiran visual antara Citra Alos Palsar Resolusi 50 m dengan Citra Landsat Resolusi 30 m dalam mengidentifikasi penutupan lahan (Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur)

0 5 180

Penyusunan model pendugaan dan pemetaan biomassa permukaan pada tegakan jati (Tectona grandis Linn F) menggunakan citra alos palsar resolusi 50 M dan 12,5 M (Studi kasus: KPH Kebonharjo perhutani unit 1 Jawa Tengah)

1 8 165

Evaluasi manual penafsiran visual citra alos palsar dalam mengidentifikasi penutupan lahan menggunakan citra alos palsar resolusi 50 M

3 12 72

Aplikasi dan Evaluasi Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m, Resolusi 12,5 m, dan Resolusi 6 m untuk Identifikasi Tutupan Lahan (studi kasus di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir)

0 3 145

Aplikasi Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 m dalam Identifikasi Tutupan Lahan di Provinsi Lampung

0 2 136

Pendugaan biomassa tegakan jati menggunakan citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 M dan 50 M dengan peubah backscatter, umur, dan tinggi pohon (Kasus KPH Kebonharjo PERUM PERHUTANI UNIT I Jawa Tengah

0 2 128

Model Spasial Pendugaan dan Pemetaan Biomassa di Atas Permukaan Tanah Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 12.5 M.

4 19 51

Klasifikasi dan Detektsi Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 Meter di Wilayah Barat Provinsi Jambi.

0 9 70