kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan diserap.
3 Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.
3.1.3 Strategi Pemasaran dan Bauran Pemasaran
Menurut Kotler 2006 strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai
hubungan yang menguntungkan. Dengan dipandu oleh strategi pemasaran tersebut perusahaan merancang bauran pemasaran terintegrasi yang terdiri dari beberapa
faktor dibawah kendalinya, yaitu produk product, harga price, tempat plce, dan promosi promotion atau yang lebih dikenal dengan istilah Empat P 4P.
Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Adapun komponen dari produk meliputi ragam,
kualitas, desain, fitur, nama merek, layanan, dan kemasan. Harga adalah jumlah yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh
produk. Harga menjadi salah satu elemen yang paling penting dalam menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan. Adapun elemen dari harga antara
lain, daftar harga, diskon, potongan harga, periode pembayaran, persyaratan kredit, dan lain-lain. Penetapan harga dapat dipertimbangkan melalui pendekatan
nilai dan pendekatan biaya. Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi
pelanggan sasaran. Tempat ini meliputi saluran, cakupan, pemilahan, lokasi, persediaan, transportasi, dan logistik.
Komponen terakhir bauran pemasaran adalah promosi. Promosi berarti aktifitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan untuk
membelinya. Promosi dapat dilakukan dalam bentuk iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Kelinci merupakan salah satu ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangbiakan sebagai penyedia daging, karena ternak ini mempunyai
kemampuan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, kemampuan untuk memanfaatkan hijauan dan limbah pertanian maupun industri pangan, dapat
dipelihara dengan skala pemeliharaan yang kecil maupun besar, sehingga diharapkan dalam waktu singkat dapat menyediakan daging untuk memenuh
kebutuhan protein hewani penduduk Indonesia yang setiap tahunnya meningkat.
Banyak keunggulan yang diperoleh dari mengonsumsi daging kelinci, yaitu kandungan protein yang tinggi dan rendah kolesterol, sehingga daging
kelinci dapat dipromosikan sebagai daging sehat, selain itu kulit dan kotorannya masih mempunyai nilai ekonomis, khususnya kulit bulu fur dari ternak kelinci
Rex dan Satin mempunyai nilai komersiil yang tinggi sebagai bahan garmen yang dapat menggantikan fur dari binatang buas yang semakin langka. Penampilan
ternak kelinci yang jinak dan lucu menjadikan ternak ini sebagai hewan kesayangan bagi penyayang binatang, disamping itu kemajuan industri farmasi
yang pesat sangat membutuhkan ternak ini sebagai kelinci percobaan.
Salah satu wilayah yang saat ini mulai serius dalam mengembangkan kelinci sebagai ternak lokal yang potensial adalah Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Melalui kelompok-kelompok tani, pihak pemerintah menyalurkan bantuan- bantuan berupa ternak kelinci bagi kelompok rumah tangga miskin untuk
dijadikan salah satu sumber mata pencaharian. Selain itu pemerintah Kabupaten Bogor juga membentuk kampung kelinci sebagai daerah percontohan untuk
menjadi sentra penghasil kelinci. Adanya upaya yang serius dari pemerintah inilah yang menyebabkan populasi kelinci di wilayah Bogor mengalami peningkatan
dari 11.362 ekor pada tahun 2008 menjadi 14.165 ekor pada tahun 2009.
Pada kenyataannya pengembangan ternak kelinci sebagai penyedia daging sampai saat ini masih menemui banyak kendala karena daging dari ternak ini
belum populer dan diterima oleh sebagian masyarakat sehingga sulit dalam pemasarannya. Kesulitan pemasaran lebih banyak disebabkan oleh faktor
kebiasaan makan food habit dan efek psikologis yang menganggap bahwa kelinci sebagai hewan hias atau kesayangan yang tidak layak untuk dikonsumsi
dagingnya. Hal ini menyebabkan usaha penjualan daging kelinci olahan menjadi sepi pelanggan, salah satunya adalah Café Kelinci yang ada di wilayah Bogor.
Jika dilihat dari manfaat dan keunggulan yang ditawarkan, selayaknyalah daging kelinci menjadi primadona dalam hal penyuplai protein hewani, terutama
bagi kelompok menengah ke atas yang sudah menaruh perhatian besar pada
konsumsi daging yang rendah lemak. Namun faktanya daging kelinci masih belum bisa diterima oleh masyarakat luas untuk dikonsumsi.
Adanya trade off
tersebut menyebabkan pentingnya dilakukan analisis terhadap persepsi konsumen Kota Bogor terhadap daging kelinci. Hal ini bisa
menjadi acuan bagi pengusaha yang ingin mengembangkan usaha berbasis pengolahan daging kelinci di Kota Bogor. Selain itu dari analisis persepsi tersebut
bisa dikembangkan pula karakteristik konsumen potensial yang bisa menjadi sasaran pemasaran daging kelinci. Untuk menganalisis persepsi tersebut dapat
digunakan metode analisis deskriptif, sementara untuk menganalisis karakteristik konsumen yang mengonsumsi daging kelinci dilakukan dengan metode analisis
regresi logistik sehingga didapatkan gambaran mengenai konsumen sasaran untuk memasarkan daging kelinci tersebut. Setelah diketahui persepsi dan karakateristik
konsumen yang mengonsumsi atau ingin mengonsumsi daging kelinci, maka pangsa pasar potensial daging kelinci bisa ditentukan dengan menggunakan data-
data kependudukan yang ada di suatu wilayah.
176.260,4
Keterangan: Lingkup Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Hambatan Psikologis Bagi Beberapa Orang Untuk
Mengkonsumsi Daging Kelinci
Persepsi Konsumen Terhadap Daging Kelinci
Karakteristik Konsumen Yang Mengkonsumsi Daging Kelinci Dilihat dari:
- Tingkat Pendidikan - Tingkat Pengeluaran
- Usia - Pekerjaan
-
Jenis kelamin
Konsumen Potensial Yang Menjadi Target Pemasaran
Produk Olahan Daging Keunggulan Daging Kelinci Sebagai Sumber
Pangan Baru Sumber Protein Hewani: - Makanan sehat yang mengandung protein
tinggi namun rendah lemak dan kolesterol. - Dapat mencegah Kanker dan
menyembuhkan penyakit asma Daging Kelinci Dipopulerkan Sebagai
Pangan Alternatif Sumber Protein Hewani di Kota Bogor
Rekomendasi bagi pihak pemasar yang akan atau
telah menjalankan usaha pengolahan daging kelinci di
Kota Bogor
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan Kota Bogor
merupakan kota berpenduduk padat di provinsi Jawa Barat dengan tingkat pendapatan per kapita yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga
memungkinkan adanya potensi pemasaran daging kelinci yang cukup baik. Selain itu letak Kota Bogor sangat strategis, yaitu di tengah-tengah Kabupaten Bogor dan
merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian, dimana terdapat pasar induk yang menjual berbagai komoditas termasuk kelinci. Pengumpulan data di lapang
dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan, yaitu dimulai pada awal bulan Mei 2011.
4.2 Metode Penentuan Sampel