oleh 949.066 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Bogor adalah sebanyak 8.494 orang per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Bogor Tengah yakni sebanyak 12.791 orang per kilometer persegi sedangkan yang paling rendah adalah
Kecamatan Bogor Selatan yakni sebanyak 5.880 orang per kilometer persegi.
Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Berdasarkan
Wilayah Kecamatan Di Kota Bogor Pada Tahun 2010
Kecamatan Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk
jiwa Sex Ratio
Luas Wilayah km
2
Laki-laki jiwa
Perempuan jiwa
Bogor Selatan Bogor Timur
Bogor Utara Bogor Tengah
Bogor Barat Tanah Sareal
93. 203 47. 984
74.975 86. 915
107. 072 97. 268
87.542 46.588
83.405 49.997
103.378 93.508
180.745 94.572
170.320 102.203
210.450 190.776
106 103
104 104
104 104
28.61 10.15
17.72 8.33
32.62 21.07
Kota Bogor
484. 648 464.418
949.066 104 118.50
Sumber: BPS Kota Bogor 2010
Penduduk Kota Bogor terus bertambah dari waktu ke waktu. Pada tahun 1961, ketika sensus penduduk pertama setelah Indonesia merdeka, jumlah
penduduk Kota Bogor sebanyak 154,1 ribu jiwa. Pada tahun 1971 penduduk Kota Bogor sebanyak 195,9 ribu jiwa, tahun 1980 sebanyak 246,9 ribu jiwa, tahun 1990
sebanyak 271,7 ribu jiwa, tahun 2000 sebanyak 750,8 ribu jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 949,1 ribu jiwa. Kenaikan yang cukup tinggi dalam kurun waktu
1990 – 2000 disebabkan wilayah Kota Bogor bertambah 46 kelurahan dari kabupaten Bogor berdasarkan PP No. 21995. Pertambahan jumlah penduduk di
Kota Bogor tersebut merupakan salah satu indikasi pangsa pasar dari industri yang bergerak di sektor pangan juga mengalami peningkatan.
5. 3 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Bogor
Salah satu faktor pendukung guns terciptanya perencanaan pembangunan perekonomian yang baik adalah tersedianya data statistik yang dapat dijadikan
bahan evaluasi hasil pembangunan yang telah dicapai dan sebagai pereancanaan dimasa yang akan datang. Salah satu data yang dibutuhkan, terutama dibidang
ekonomi adalah data Produk Domestik Bruto PDRB.
Selain untuk melihat perkembangan ekonomi di Kota Bogor, besaran PDRB per kecamatan juga digunakan sebagai bahan pembanding tingkat
pembangunan antar kecamatan. Dengan demikian dapat diketahui posisi masing- masing kecamatan berdasarkan aktivitas pembangunan, karena angka PDRB ini
dapat mencerminkan hasil pembangunan. Angka PDRB ini dapat juga digunakan sebagai indikator ekonomi yang bermanfaat diantaranya: pertumbuhan ekonomi,
struktur perekonomian, tingkat kesejahteraan rakyat, dan tingkat inflasi dan deflasi.
Ditinjau Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Kota Bogor tahun 2009 secara umum seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar
17,98 persen dibanding tahun 2008, yaitu dari Rp 10.089.943,96 juta pada tahun 2008 menjadi Rp 11.904.599,66 juta di tahun 2009.
PDRB Atas Harga Konstan dengan tahun 2000 sebagia tahun dasar, mengalami pertumbuhan sebesar 6,01 persen dari Rp 4.252.821,78 juta menjadi
Rp 4.508.601,05 juta pada tahun 2009. Keadaan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga konstan 2000 dari kurun
waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 disajikan pada tabel berikut
Tabel 8.
PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 Jutaan Rupiah
No. Tahun
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB Atas Dasar Harga Konstan
1 2 3
4 1
2 3
4 5
2005 2006
2007 2008
2009 6.191.918,90
7.257.742,09 8.558.035,70
10.089.943,96 11.904.599,66
3.567.230,91 3.782.273,71
4.012.743,17 4.252.821,78
4.508.601,05
Angka Perbaikan Angka Sementara
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2009
Berdasarkan Tabel 8 dapat kita lihat bahwa Kota Bogor dari tahun 2005 hingga 2009 terus mengalami peningkatan PDRB Agregat baik berdasarkan
Harga Berlaku maupun Harga Konstan tahun 2000. Namun dengan melihat peningkatan dari sisi PDRB Agregat saja belum bisa disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat Kota Bogor. Untuk itulah diperlukan
data mengenai PDRB Perkapita Pendapatan Perkapita yang merupakan hasil bagi antara Pendapatan Regional Nilai PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Pendapatan perkapita ini menunjukkan rata-rata banyaknya pendapatan yang diterima oleh setipa penduduk. Adapun pendapatan perkapita
penduduk Kota Bogor disajikan pada tabel berikut,
Tabel 9. PDRB Perkapita Kota Bogor 2005-2009 Rupiah
No. Uraian Tahun
2005 2006 2007 2008
2009
1 2 3
4 5
6 7
1.
2 PDRB
Perkapita Atas
Dasar Harga
Berlaku PDRB
Perkapita Berdasar
kan Harga
Konstan 7.510.609,11
4.326.942,49 8.626.510,51
4.495.588,79 9.975.446,96
4.677.347,48 11.634.895,15
4.902.344,97 13.464.091
,07
5.099.212, 20
Angka Perbaikan Angka Sementara
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2009
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa Atas Dasar Harga Berlaku, pendapatan perkapita Kota Bogor tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dibandingkan pendapatan perkapita pada tahun 2005. Demikian juga ditinjau Atas Dasar Harga Konstan 2000, terlihat bahwa pendapatan perkapita
Kota Bogor pada tahun 2009 meningkat jika dibandingkan dengan pendapatan perkapita tahun 2005, walaupun peningkatan yang terjadi belum terlalu
menggembirakan. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Kota Bogor semakin meningkat. Peningkatan pendapatan perkapita ini akan merangsang
peningkatan konsumsi pangan hewani. Dibanding wilayah desa, partisipasi rumah tangga kota yang mengkonsumsi pangan hewani relatif tinggi. Semakin tinggi
pendapatan, jenis pangan hewani yang dikonsumsi semakin beragam Martianto 1995.
Secara umum pertumbuhan ekonomi Kota Bogor semakin membaik beberapa tahun terakhir ini dengan struktur ekonomi Kota Bogor yang di
dominasi oleh Sektor Perdagangan Besar dan eceran, Hotel, dan Restoran sebesar 38,04 persen dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 25,57 persen dimana kedua
sektor ini sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya beli masyarakat. Dengan demikian ada suatu peluang yang terbuka untuk mengambangkan sektor
industri pangan berbahan baku daging kelinci di Kota Bogor jika dilihat dari daya beli masyarakat dan pertumbuhan penduduk Kota Bogor.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6. 1 Karakteristik Umum Konsumen