4.8.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut waktu time-series, atau ruang cross-section. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu regresi berarti ragam contoh
tidak dapat menggambarkan ragam populasinya. Untuk mengetahui apakah dalam model terdapat autokorelasi atau tidak, maka dilakukan
uji Durbin-Watson uji Dw seperti Gambar 9.
Positif No Autocorelation Negatif 0 dl du 4-du 4-dl 4
1,168 1,543 1,880 2 2,457 2,832 Gambar 9. Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson menunjukkan angka 1,880, batas bawah dl dan batas atas du, dengan jumlah
peubah bebas k = 2 terdapat 2 komponen dalam model, W1 dan W2 dan jumlah sampel n = 23, maka dl = 1,168 dan du = 1,543.
Berdasarkan uji di atas, terlihat bahwa nilai Durbin Watson 1,880 terletak di daerah no autocorelation, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model ini terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi.
4.9. Analisis Perhitungan
Hasil dari perhitungan menggunakan Minitab 14 terhadap peubah bebas CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR dan peubah terikat ROA
menunjukkan nilai koefisien determinasi atau R Square 0,944. Nilai R Square tersebut menunjukkan variasi ROA dapat dijelaskan oleh variasi CAR, NPL,
NIM, BOPO dan LDR 94,4, atau peubah CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR mampu memengaruhi ROA 94,4 dan sisanya 5,6 dijelaskan oleh
faktor lain di luar penelitian.
4.9.1 Uji F
Uji simultan dengan menggunakan Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama peubah bebas terhadap
peubah terikat. Hasil uji F pada output Minitab 14 dapat dilihat pada tabel ANOVA. Apabila F hitung F tabel, maka peubah bebas
berpengaruh secara simultan terhadap peubah terikat. Sedangkan, Uji F dengan probabilitas value dapat dilihat dari besar probabilitas value
dibandingkan alpha yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Berikut ini Tabel ANOVA untuk uji F dimuat pada Tabel 18.
Tabel 18. ANOVA
Nilai pada F tabel 3,493, sedangkan nilai F hitung 168,09, maka F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai p = 0,000 lebih kecil
dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa CAR, NPL, NIM,
BOPO dan LDR secara simultan mampu menjelaskan perubahan pada ROA, atau model dinyatakan cocok atau fit.
4.9.2 Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu peubah bebas secara individual dalam menerangkan variasi peubah
terikat Kuncoro, 2003. Peubah dikatakan memiliki pengaruh nyata jika nilai │t-hitung│lebih besar dari 1,96. Hasil uji t dimuat pada
Tabel 19. Source
DF Sum of
Squares Mean
Square F
p Regression
Residual Error Total
2 20
22 2662,1
158,4 2820,5
1331,1 7,9
168,09 0,000
Tabel 19. Uji t
Peubah Simpangan
Baku Koefisien
t-hitung Keterangan
X
1
0,074509 0,4756
6,383366 nyata
X
2
0,061891 0,0948
1,532393 tidak nyata
X
3
0,045647 0,1484
3,251663 nyata
X
4
0,086313 -0,0262
-0,30371 tidak nyata
X
5
0,05733 0,0387
0,675799 tidak nyata
Berdasarkan perhitungan regresi komponen utama, didapatkan model regresi sebagai berikut :
�� = -2,88483 + 0,4756 X
1
+ 0,0948 X
2
+ 0,1484 X
3
- 0,0262 X
4
+ 0,0387X
5
..............................................................9 Analisa uji t untuk mengetahui pengaruh peubah bebas terhadap
peubah terikat adalah : a. Konstanta -2,88483, artinya jika CAR, NPL, NIM, BOPO dan
LDR bernilai 0, maka nilai ROA adalah -2,88483. b. Peubah CAR memiliki nilai t-hitung 6,383366, yaitu lebih besar
dari t tabel 1,96, artinya bahwa CAR berpengaruh nyata dan positif terhadap ROA. Nilai koefisien pada CAR adalah 0,4756,
artinya jika CAR meningkat 1, maka ROA akan meningkat 0,4756, dengan asumsi peubah lainnya tetap.
c. Peubah NPL memiliki nilai t-hitung 1,532393, yaitu lebih kecil dari t tabel 1,96, artinya bahwa NPL tidak berpengaruh nyata
terhadap ROA. Nilai koefisien pada NPL adalah 0,0948, artinya jika NPL meningkat 1, maka ROA akan meningkat 0,0948,
dengan asumsi peubah lainnya tetap. d. Peubah NIM memiliki nilai t-hitung 3,251663, yaitu lebih besar
dari t tabel 1,96, artinya bahwa NIM berpengaruh nyata dan positif terhadap ROA. Nilai koefisien pada NIM adalah 0,1484,
artinya jika NIM meningkat 1, maka ROA akan meningkat 0,1484, dengan asumsi peubah lainnya tetap.
e. Peubah BOPO memiliki nilai t-hitung -0,30371, yaitu lebih kecil dari t tabel 1,96, artinya bahwa BOPO tidak berpengaruh nyata
terhadap ROA. Nilai koefisien pada BOPO adalah 0,086313, artinya jika BOPO meningkat 1, maka ROA akan meningkat
0,086313, dengan asumsi peubah lainnya tetap. f. Peubah LDR memiliki nilai t-hitung 0,675799, yaitu lebih kecil
dari t tabel 1,96, artinya bahwa LDR tidak berpengaruh nyata terhadap ROA. Nilai koefisien pada LDR adalah 0,05733, artinya
jika LDR meningkat 1, maka ROA akan meningkat 0,05733, dengan asumsi peubah lainnya tetap.
4.9.3 Analisis Pengaruh CAR terhadap ROA
Dari hipotesis pertama menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif tehadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung
6,383366 dan koefisien regresinya 0,4756. Hal ini menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh positif terhadap ROA secara nyata.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar CAR, maka ROA yang diperoleh bank akan semakin besar. Semakin besar CAR,
maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya, sehingga
kinerja bank juga meningkat. Kecukupan modal bank mencerminkan modal sendiri
perusahaan. Semakin besar kecukupan modal bank, yaitu dengan memanfaatkan secara optimal modal sendiri dapat meningkatkan
tingkat profitabilitas perusahaan yang tercermin dalam ROA, karena dengan modal yang besar, manajemen bank dapat leluasa dalam
menempatkan dananya
ke dalam aktivitas investasi yang
menguntungkan dan berpotensi meningkatkan laba perusahaan
. Pengaruh CAR yang nyata terhadap ROA ini juga didukung
oleh suntikan modal yang diberikan pemerintah kepada Bank Mutiara. Alasan pemerintah menyuntikkan dana tersebut pertama adalah untuk
menaikkan nilai CAR. Perhitungan perkiraan biaya penanganan bailout yaitu sebesar jumlah kekurangan modal untuk membentuk
nilai CAR agar sesuai dengan standar minimum BI 8. Usaha tersebut berdampak pada ROA yang meningkat seiring dengan
peningkatan CAR. Dengan demikian Ha
1
yang menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA diterima, atau
dengan kata lain tolak Ho
1.
4.9.4 Analisis Pengaruh NPL terhadap ROA
Hipotesis kedua menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung 1,532393
dan koefisien regresinya 0,0948. Hal ini menunjukkan bahwa NPL tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ROA, yaitu mengindikasikan
bahwa resiko usaha bank yang tercermin dalam NPL tidak berpengaruh terhadap ROA, karena kerugian perusahaan akibat kredit
macet ditopang modal yang dimiliki oleh perusahaan. Terkait dengan koefisien regresi yang bertanda positif, yakni
berbeda dengan tanda di hipotesis kedua terjadi karena kenaikan NPL tidak mengakibatkan menurunnya ROA, sebab nilai Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif PPAP Bank Mutiara yang tinggi dapat menutupi kredit bermasalah. Laba perbankan masih dapat
meningkat dengan NPL yang tinggi, karena sumber laba selain dari bunga, seperti fee based income relatif tinggi. Dengan demikian, Ha
2
yang menyatakan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif terhadap ROA ditolak, atau dengan kata lain terima Ho
2.
4.9.5 Analisis Pengaruh NIM terhadap ROA
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung 3,251663
dan koefisien regresinya 0,1484. Hal ini menunjukkan bahwa NIM memiliki pengaruh positif terhadap ROA secara nyata. Perubahan
suku bunga dan mutu aktiva produktif pada perusahaan perbankan dapat menambah laba bagi perusahaan, sehingga
semakin besar perubahan NIM Bank Mutiara, maka semakin besar profitabilitas yang
dapat diperoleh Bank Mutiara, yang ditunjukkan oleh ROA.
Hal ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan bunga bersih, sehingga berpengaruh pada tingkat
pendapatan bank terhadap total asetnya. Meningkatnya pendapatan bunga bersih, yang merupakan selisih antara total biaya bunga dan
total pendapatan bunga telah mengakibatkan bertambahnya laba sebelum pajak. Pendapatan bunga bersih yang tinggi akan
mengakibatkan meningkatnya laba sebelum pajak, sehingga ROA bertambah. Salah satu komponen pembentuk ROA adalah laba
sebelum pajak, maka, secara tidak langsung jika pendapatan bunga bersih meningkat maka laba yang dihasilkan bank juga meningkat,
sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan bank tersebut. Dengan demikian, Ha
3
yang menyatakan bahwa NIM memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA diterima, atau dengan kata lain Ho
3
ditolak.
4.9.6 Analisis Pengaruh BOPO terhadap ROA
Hipotesis keempat menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung
-0,30371 dan koefisien regresinya -0,0262. Hal ini menunjukkan bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh negatif dan nyata terhadap
ROA. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tingkat efisiensi Bank Mutiara tidak memiliki dampak, atau pengaruh terhadap tingkat
pendapatan, atau profitabilitas Bank Mutiara yang diwakili oleh ROA. Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa
semakin kecil BOPO, menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. BOPO yang kecil menunjukkan
bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya,
sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas
operasionalnya. Dengan demikian, Ha
4
yang menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROA ditolak, atau
dengan kata lain terima Ho
4
.
4.9.7 Analisis Pengaruh LDR terhadap ROA
Hipotesis kelima menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung 0,675799,
sedangkan koefisien regresinya 0,0387. Hal ini menunjukkan bahwa LDR tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ROA. Hasil penelitian
ini mengindikasikan bahwa kemampuan manajemen dalam menyalurkan kredit dari pihak ketiga kepada pihak kreditur tidak
berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, atau profitabilitas Bank Mutiara yang diwakili oleh ROA.
Penyebab tidak ada pengaruh LDR terhadap ROA adalah karena pihak Bank Mutiara masih belum memaksimalkan penyaluran kredit
dari DPK. Selain itu, jumlah kredit macet pada Bank Mutiara masih tinggi, sehingga kredit yang disalurkan tidak berpengaruh terhadap
laba bank. Dengan demikian, Ha
5
yang menyatakan bahwa LDR memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA ditolak, atau dengan
kata lain terima Ho
5
.
4.10. Implikasi Manajerial