mengindikasikan bahwa jumlah kredit bermasalah pada Bank Mutiara terbilang tinggi.
Nilai NPL terendah adalah 2,87 yang terjadi pada triwulan III tahun 2008. Namun, NPL langsung melonjak tinggi pada triwulan IV tahun 2008
menjadi 35,17. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah kredit bermasalah dari 150 milyar menjadi Rp 1.674 milyar. Nilai NPL tertinggi
adalah 42,96 yang terjadi pada triwulan II tahun 2009, dengan jumlah kredit bermasalah pada saat itu mencapai Rp 1.873 milyar dan jumlah kredit
yang diberikan Rp 4.362 milyar. Tingginya jumlah kredit bermasalah pada Bank Mutiara disebabkan
oleh pihak bank yang cenderung menetapkan bunga pinjaman di atas bunga yang berlaku di pasar karena jumlah Dana Pihak Ketiga DPK dari deposito
di Bank Mutiara lebih tinggi dibanding tabungan. Ini berarti suku bunga yang harus dibayar bank kepada nasabah menjadi tinggi. Hal itu membuat
penetapan suku bunga kredit yang tinggi. Padahal, kreditor belum tentu sanggup untuk membayar pokok ditambah bunganya yang tinggi. Dengan
demikian, jumlah default gagal bayar yang terjadi meningkat. Hal ini menjadikan NPL Bank Mutiara berada di atas level normal NPL perbankan
pada umumnya. Proyeksi trend NPL Bank Mutiara untuk tiga 3 periode ke depan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Proyeksi trend NPL
Periode NPL
2011 triwulan IV 18,4358
2012 triwulan I 16,2317
2012 triwulan II 13,7567
Kecenderungan pada proyeksi trend NPL pada tiga 3 periode ke depan adalah menurun. Meskipun NPL memiliki kecenderungan menurun,
nilai proyeksi trend NPL masih berada di atas 5, maka bank tetap harus mengawasi aktivitas penyaluran kredit kepada kreditur untuk menurunkan
nilai NPL.
4.4. Perkembangan dan Proyeksi Trend NIM
Rasio NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor
permodalan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk NIM seperti disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Penetapan peringkat NIM
Peringkat I Marjin bunga bersih sangat tinggi.
Peringkat II Marjin bunga bersih tinggi.
Peringkat III Marjin bunga bersih cukup tinggi atau rasio NIM berkisar
antara 1,5 sampai dengan 2. Peringkat IV
Marjin bunga bersih rendah mengarah negatif. Peringkat V
Marjin bunga bersih sangat rendah atau negatif. Sumber : Bank Indonesia, 2004
Semakin besar rasio NIM, maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Grafik perkembangan dan proyeksi trend NIM Bank Mutiara yang dimuat pada Gambar 4.
Tahun N
IM
2011 2010
2009 2008
2007 2006
5 4
3 2
1
-1
Accuracy Measures MAPE
78,1163 MAD
0,8803 MSD
1,2820 Variable
Forecasts Actual
Fits
Trend Analysis Plot for NI M
Linear Trend Model Yt = 3,45198 - 0,122846 t
Gambar 4. Grafik perkembangan dan proyeksi trend NIM Nilai NIM Bank Mutiara pada tahun 2006 sampai triwulan III tahun
2008 berada di atas 1,5. Artinya NIM Bank Mutiara pada periode tersebut, berada di atas standar cukup tinggi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Namun, memasuki triwulan IV tahun 2008, NIM mengalami penurunan
drastis dari 3,93 menjadi -0,85. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan bunga bersih -134,24, karena jumlah beban bunga lebih besar
dari pendapatan bunga, sehingga pendapatan bunga bersih menjadi negatif, dan berdampak pada negatifnya NIM pada periode tersebut.
Pada periode selanjutnya, NIM Bank Mutiara fluktuatif dan belum menyentuh titik 1,5. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Mutiara belum
mampu mengelola aktiva produktifnya dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan baik seperti tahun-tahun sebelumnya. Proyeksi trend
NIM Bank Mutiara untuk tiga 3 periode ke depan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Proyeksi trend NIM
Periode NIM
2011 triwulan IV 0,503676
2012 triwulan I 0,380830
2012 triwulan II 0,257984
Kecenderungan pada proyeksi trend NIM pada tiga 3 periode ke depan adalah menurun. Pada 2011 triwulan IV, NIM berada di atas standar
minimal yang ditetapkan BI 0,5. Namun, NIM menurun pada dua 2 periode selanjutnya menjadi di bawah 0,5. Oleh karena itu, bank harus
mengantisipasi penurunan tersebut dengan meningkatkan pendapatan bunga bersih dan mengawasi nilai rata-rata aktiva produktif.
4.5. Perkembangan dan Proyeksi Trend BOPO