NIM = Pendapatan Bunga Bersih × 100..............................6 Total Aktiva Produktif
a. ROA
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan
mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank
semakin baik atau sehat Mahrinasari, 2003. Rumus ROA adalah :
ROA = Laba Sebelum Pajak × 100.....................................4 Total aktiva
b. BOPO
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti
semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan. Bank
Indonesia menetapkan tingkat efisiensi cukup baik atau rasio BOPO berikisar antara 94 sampai dengan 96. Rumus BOPO adalah
BOPO = Biaya Operasional × 100...................................5 Pendapatan Operasional
c. NIM
NIM merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih
diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini, maka dapat meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva
produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil Almilia dan Herdiningtyas, 2005.
Rumus NIM adalah :
5. Liquidity
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Rasio
untuk mengukur likuiditas adalah LDR. LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga DPK yang
dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam
menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh BI adalah 100 .
LDR = Total Kredit yang Diberikan × 100..............................7 Total DPK
6. Sensitivity
Menurut Peraturan Bank Indonesia No 610PBI2004 tanggal 12 April 2004, sensitivitas terhadap risiko pasar Sensitivity to Market Risk
penilaian pendekatan kualitatif dan kuantitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut: a. modal atau cadangan yang dibentuk untuk menutupi fluktuasi suku
bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi adverse movement suku bunga;
b. modal atau cadangan yang dibentuk untuk menutupi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi
adverse movement nilai tukar; dan c. kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar
2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian Hastuti 2011, dengan judul Analisis Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan,
Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio terhadap Net Interest Margin Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Hasil penelitian
menujukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap NIM dengan koefisien 0,113, hal ini berarti setiap perubahan satu satuan pada BOPO,
sementara peubah lain diasumsikan tetap, maka NIM akan menurun 0,113. Rasio NPL berpengaruh negatif terhadap NIM dengan koefisien 0,014, hal ini
berarti setiap perubahan satu satuan pada NPL, sementara peubah bebas lain diasumsikan tetap, maka NIM akan menurun 0,014. Rasio CAR berpengaruh
positif terhadap NIM dengan koefisien 0,021, hal ini berarti setiap perubahan sebesar satu satuan pada CAR, sementara peubah bebas lain diasumsikan
tetap, maka NIM akan meningkat 0,021. LDR berpengaruh positif terhadap NIM dengan koefisien 0,044, hal ini berarti setiap perubahan satu satuan pada
LDR, sementara peubah bebas lain diasumsikan tetap, maka NIM akan meningkat 0,014. Model ini memiliki koefisien determinasi R
2
51,6 yang artinya keragaman dari NIM 51,6 dipengaruhi oleh BOPO, NPL, CAR dan
NIM dan sisanya 48,4 dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Penelitian Puspitasari 2008, dengan judul Analisis Pengaruh Non
Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio terhadap Return on Asset dengan Bantuan Model program Simulasi Komputer Studi Kasus : PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk.. Dalam penelitiannya melaporkan bahwa terdapat pengaruh NPL terhadap ROA - 0,504, yang berarti terdapat hubungan
berlawanan arah diantara dua peubah dengan tingkat korelasi cukup kuat dengan pengaruh 25,4 dan 74,6 lainnya dipengaruhi faktor lain di luar
penelitian ini. Kemudian, terdapat pengaruh CAR terhadap ROA + 0,891 yang berarti terdapat hubungan searah antara kedua peubah dengan tingkat
korelasi sangat kuat dengan pengaruh 79,4 dan 20,6 lainnya dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti. Dari analisis pengaruh yang dihasilkan oleh
NPL dan CAR secara bersama-sama terhadap ROA adalah + 0,893. Hal ini menunujukkan adanya hubungan yang searah dengan pengaruh sebesar
79,7 dan sisanya 20,3 dipengaruhi oleh faktor di luar penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan Statistical Package for Social Science SPSS
11.5, faktor NPL tidak berpengaruh nyata dalam mempengaruhi ROA dan faktor yang mendominasi penentuan nilai ROA adalah CAR.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan besar dalam perekonomian masyarakat, sehingga mempunyai peranan penting
dalam pengelolaaan dana yang beredar di masyarakat. Kegiatan yang dilakukan bank yang paling utama adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, sehingga bank menjadi tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan permodalan usaha.
Tingkat kesehatan bank merupakan cerminan dari kondisi suatu bank yang dilihat dari laporan keuangan. Bank yang sudah go public wajib
menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan untuk umum. Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank
adalah metode CAMELS, dimana pada penelitian ini dibatasi pada penilaian berikut :
1. Faktor Capital Permodalan
2. Faktor Asset Mutu Asset
3. Faktor Earning Profitabilitas
4. Faktor Liquidity Likuiditas
Kasus Bank Mutiara menjadi sorotan media pada tahun 2009. Berawal dari kegagalan bank tersebut dalam memenuhi prefund kliring transaksi antar
bank di Bank Indonesia pada tanggal 13 November 2008. Terlebih lagi, Beberapa nasabah besar bank tersebut menarik dana yang disimpan di Bank
Mutiara, sehingga Bank Mutiara mengalami kesulitan likuiditas. Hal itu berdampak pada rasio kesehatan bank. Rasio-rasio tersebut semakin jauh dari
standar kesehatan bank yang ditetapkan oleh BI selaku regulator. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud melihat pengaruh beberapa
rasio tingkat kesehatan bank CAMELS terhadap profitabilitas Bank Mutiara yang direpresentasikan oleh ROA. Berikut Kerangka pemikiran penelitian ini
dimuat pada Gambar 1.