Uji Asumsi Klasik Regresi

Kecenderungan pada proyeksi trend LDR pada tiga 3 periode ke depan adalah meningkat. Peningkatan tersebut masih masuk dalam peringkat II 75 Rasio 85, artinya LDR berada di bawah standar maksimal yang ditetapkan BI. Oleh karena itu, bank harus menjaga penyaluran kredit untuk menjaga kondisi nilai LDR.

4.8. Uji Asumsi Klasik Regresi

Uji asumsi klasik regresi dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Hasil pengujian statistik yang baik adalah pengujian yang memenuhi asumsi klasik statistik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokesdastisitas dan uji autokorelasi.

4.8.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual berdistribusi normal, jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian mendekati nilai rataan. Berdasarkan pengertian uji normalitas, pengujian tidak dilakukan per peubah, tetapi terhadap nilai residual terstandarisasinya Suliyanto, 2011. Salah satu cara untuk untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan Normal Probability Plot, yaitu membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data distribusi normal. Distribusi normal digambarkan dengan sebuah garis diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Jika data normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti atau merapat ke garis diagonalnya. Pengujian normalitas dimuat pada Gambar 8. RESI1 P e r c e n t 2 1 -1 -2 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.150 -1,35158E-16 StDev 0,7873 N 23 KS 0,132 P-Value Probability Plot of RESI 1 Normal Gambar 8. Normal P-P Plot nilai residual terstandarisasi Pada tampilan grafik normal plot, titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dengan penyebaran mengikuti arah garis diagonalnya. Selain itu, pengujian ini diperkuat dengan perhitungan statistik bahwa Nilai-P0.150 lebih besar dari α=5, artinya residual menyebar normal. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas, sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

4.8.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji, apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi, atau sempurna di antara peubah bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi tinggi, atau sempurna di antara peubah bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinear. Untuk mengetahui apakah model tersebut terdapat multikolinearitas dapat dilakukan dengan mencari besarnya Variance Inflation Factor VIF dan nilai tolerance. Jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10 maka model tersebut bebas multikolinearitas. Tabel 16. Nilai VIF Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai VIF untuk komponen W1 dan W2 bernilai 1,0 atau kurang dari 10, maka masalah multikolinearitas telah teratasi dengan menggunakan regresi komponen utama.

4.8.3 Uji Heterokesdastisitas

Adanya Heteroskedastisitas dalam pengolahan data pada penggunaan model Ordinary Least Square OLS dapat mengakibatkan estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai ragam minimum dan perhitungan standar erorr tidak dapat dipercaya sehingga uji F dan uji t tidak memberikan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, pada pengujian dengan model OLS diusahakan data tidak mengandung masalah heteroskedastisitas. Tabel 17. Uji Heterokesdastisitas Berdasarkan Tabel 17, terlihat bahwa nilai-p0,1553 lebih besar dari α=5, maka model penelitian ini memenuhi asumsi klasik bebas heterokesdastisitas atau model homokesdastisitas. Predictor Coef SE Coef t P VIF Constant -0.6483 0.5868 -1.10 0.282 W1 3.6926 0.3323 11.11 0.000 1.0 W2 7.7220 0.5295 14.58 0.000 1.0 Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 0,727242 Prob. F2,20 0,4956 ObsR-squared 1,559261 Prob. Chi-Square2 0,4586 Scaled explained SS 3,724210 Prob. Chi-Square2 0,1553

4.8.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu time-series, atau ruang cross-section. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu regresi berarti ragam contoh tidak dapat menggambarkan ragam populasinya. Untuk mengetahui apakah dalam model terdapat autokorelasi atau tidak, maka dilakukan uji Durbin-Watson uji Dw seperti Gambar 9. Positif No Autocorelation Negatif 0 dl du 4-du 4-dl 4 1,168 1,543 1,880 2 2,457 2,832 Gambar 9. Autokorelasi Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson menunjukkan angka 1,880, batas bawah dl dan batas atas du, dengan jumlah peubah bebas k = 2 terdapat 2 komponen dalam model, W1 dan W2 dan jumlah sampel n = 23, maka dl = 1,168 dan du = 1,543. Berdasarkan uji di atas, terlihat bahwa nilai Durbin Watson 1,880 terletak di daerah no autocorelation, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi.

4.9. Analisis Perhitungan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin Terhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2006-2010

9 80 121

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) (Studi Empiris pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014)

0 5 118

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BIAYA OPERASIONAL/PENDAPATAN OPERASIONAL, NET INTEREST MARGIN, LOAN DEPOSIT RATIO TERHADAP PERUBAHAN LABA.

0 3 20

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Return On Asset (ROA)

0 6 107

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Non Performing Loan (Npl), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (Bopo), Return On Asset (Roa) Dan Net Interest Margin (Nim) Terhadap Loan To Deposit R

0 2 14

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), BIAYA OPERASIONAL PADA PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), NON PERFORMING LOAN (NPL), NET INTEREST MARGIN (NIM), DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP PROFITABILITAS BANK (STUDI PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA E

1 2 153

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), BIAYA OPERASIONAL PADA PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM KONVENSIONAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

0 0 120

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL, NON PERFORMING LOAN, NET INTEREST MARGIN DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP PROFITABILITAS BANK (Studi Pada Bank Persero di Indonesia Periode 2002 – 2013)

0 1 9