-39,62. Hal itu disebabkan oleh modal bank yang menyentuh angka negatif, yaitu -Rp1.450 milyar, sebagai akibat dari penarikan dana secara besar-
besaran oleh para nasabah. Sebagai bagian dari upaya penyelamatan dan restrukturisasi bank,
pemerintah melalui LPS memberikan dana talangan bailout kepada Bank Mutiara. Perhitungan perkiraan biaya penanganan sebesar jumlah kekurangan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM yang ditetapkan oleh LPP dan dapat ditambah dengan junlah tertentu yang dipandang perlu oleh LPS.
Sampai dengan 31 Des 2008, LPS telah melakukan penambahan modal Rp4.977 milyar. Hal tersebut berdampak pada CAR Bank Mutiara untuk
periode selanjutnya. Pada triwulan I tahun 2009, CAR Bank Mutiara meningkat -8,13. Namun, angka tersebut masih di bawah nilai minimal
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Modal Bank Mutiara pada saat itu minus Rp305,90 milyar.
Berangsur-angsur CAR Bank Mutiara mengalami perbaikan. Hal ini karena suntikan modal untuk ketiga kalinya dari LPS Rp1,55 triliyun. Sampai
dengan triwulan III tahun 2011, CAR Bank Mutiara berada di atas 8. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Mutiara mampu menutupi penurunan aktiva
yang terjadi sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko. Proyeksi trend CAR Bank Mutiara untuk tiga 3 periode ke
depan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Proyeksi trend CAR
Periode CAR
2011 triwulan IV 7,48391
2012 triwulan I 7,34054
2012 triwulan II 7,19717
Kecenderungan pada proyeksi trend CAR pada tiga 3 periode ke depan adalah menurun, yaitu berada di bawah ketentuan yang berlaku 8.
Oleh karena itu, bank perlu menjaga modal dan mengawasi Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR agar nilai CAR tetap berada di atas 8.
4.3. Perkembangan dan Proyeksi Trend NPL
NPL adalah rasio jumlah kredit pada tingkat kolektibilitas tiga 3 sampai dengan lima 5 terhadap total kredit yang diberikan oleh bank. Sesuai
dengan ketetapan yang dibuat oleh Bank Indonesia, kredit bermasalah NPL dihitung dengan menggunakan NPL Gross, atau NPL yang belum
mempertimbangkan Perhitungan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP. Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan
pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk NPL seperti disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Penetapan peringkat NPL
Peringkat I Perkembangan rasio sangat rendah.
Peringkat II Perkembangan rasio rendah.
Peringkat III Perkembangan rasio moderat atau rasio berkisar antara 5
sampai dengan 8. Peringkat IV
Perkembangan rasio cukup tinggi. Peringkat V
Perkembangan rasio tinggi. Sumber : Bank Indonesia, 2004
NPL merupakan indikator mutu aset suatu bank. Semakin tinggi rasionya akan menyebabkan semakin tinggi kredit macet yang dimiliki bank.
Perkembangan dan proyeksi trend NPL Bank Mutiara dimuat pada Gambar 3.
Tahun N
P L
2011 2010
2009 2008
2007 2006
50 40
30 20
10
Accuracy Measures MAPE
150,353 MAD
9,838 MSD
124,938 Variable
Forecasts Actual
Fits
Trend Analysis Plot for NPL
Quadratic Trend Model Yt = -9,93280 + 4,43272 t - 0,135446 t 2
Gambar 3. Grafik perkembangan dan proyeksi trend NPL Berdasarkan grafik perkembangan NPL, hanya sedikit nilai NPL yang
berada di bawah 5, yaitu triwulan III dan IV tahun 2007 dan triwulan I, II dan III tahun 2008. Sisanya nilai NPL berada di atas 5. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa jumlah kredit bermasalah pada Bank Mutiara terbilang tinggi.
Nilai NPL terendah adalah 2,87 yang terjadi pada triwulan III tahun 2008. Namun, NPL langsung melonjak tinggi pada triwulan IV tahun 2008
menjadi 35,17. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah kredit bermasalah dari 150 milyar menjadi Rp 1.674 milyar. Nilai NPL tertinggi
adalah 42,96 yang terjadi pada triwulan II tahun 2009, dengan jumlah kredit bermasalah pada saat itu mencapai Rp 1.873 milyar dan jumlah kredit
yang diberikan Rp 4.362 milyar. Tingginya jumlah kredit bermasalah pada Bank Mutiara disebabkan
oleh pihak bank yang cenderung menetapkan bunga pinjaman di atas bunga yang berlaku di pasar karena jumlah Dana Pihak Ketiga DPK dari deposito
di Bank Mutiara lebih tinggi dibanding tabungan. Ini berarti suku bunga yang harus dibayar bank kepada nasabah menjadi tinggi. Hal itu membuat
penetapan suku bunga kredit yang tinggi. Padahal, kreditor belum tentu sanggup untuk membayar pokok ditambah bunganya yang tinggi. Dengan
demikian, jumlah default gagal bayar yang terjadi meningkat. Hal ini menjadikan NPL Bank Mutiara berada di atas level normal NPL perbankan
pada umumnya. Proyeksi trend NPL Bank Mutiara untuk tiga 3 periode ke depan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Proyeksi trend NPL
Periode NPL
2011 triwulan IV 18,4358
2012 triwulan I 16,2317
2012 triwulan II 13,7567
Kecenderungan pada proyeksi trend NPL pada tiga 3 periode ke depan adalah menurun. Meskipun NPL memiliki kecenderungan menurun,
nilai proyeksi trend NPL masih berada di atas 5, maka bank tetap harus mengawasi aktivitas penyaluran kredit kepada kreditur untuk menurunkan
nilai NPL.
4.4. Perkembangan dan Proyeksi Trend NIM