Padi Jagung Ubi Jalar

5 Tabel 2. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi dan Palawija di Indonesia No. Jenis Komoditi Tahun Pertumbuhan 2011 terhadap 2010 2010 2011 ARAM-III

1. Padi

Produksi 000 Ton Luas Panen 000 Ha Produktivitas KwHa 66,469 13,253 50,15 65,385 13,224 49,44 -1,63 -0,22 -1,42

2. Jagung

Produksi 000 Ton Luas Panen 000 Ha Produktivitas KwHa 18,328 4,132 44,36 17,230 3,870 44,52 -5,99 -6,34 0,36

3. Ubi Jalar

Produksi 000 Ton Luas Panen 000 Ha Produktivitas KwHa 2,051 181 113,27 2,172 178 122,32 5,92 -1,92 7,99 Keterangan: ARAM-III = Angka Ramalan-III Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementrian Pertanian, 2011 Di provinsi Jawa Barat pun dapat dilihat baik dari sisi produksi dan produktivitas ubi jalar dari tahun 2007-2011 memiliki trend yang terus meningkat seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 5. Produktivitas ubi jalar pada tahun 2007 sebesar 133,73 KwHa meningkat menjadi 150.62 KwHa pada tahun 2011. Begitu pun dengan produksi ubi jalar meningkat dari 375.714 ton tahun 2007 menjadi 422.228 ton tahun 2011. Di beberapa negara, ubi jalar sudah merupakan produk komersial yang cukup diminati. Negara-negara maju telah lama memanfaatkan ubi jalar sebagai produk olahan bernilai gizi tinggi dan secara ekonomis memiliki peluang pasar yang besar Hasyim 2008. Beberapa varietas unggul seperti Cilembu, Sari, Cangkuan memiliki produktivitas antara 15-30 tonhektar Destialisma 2009. Namun, disaat produksi ubi jalar sangat melimpah yakni saat musim panen raya, nilai jual komoditas ini akan menurun. Hal tersebut sesuai dengan hukum ekonomi yaitu ketika supply meningkat maka harga jualnya akan turun. Untuk itu, perlu dilakukan terobosan agar nilai jual komoditas ini tetap stabil sepanjang tahun. Salah satunya dengan memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi serta metode pengolahan hasil atau pasca panen yang lebih baik. Banyak hal telah dilakukan dalam pengolahan pasca panen ubi jalar seperti membuat tepung ubi jalar dan pemanfaatannya dalam pembuatan beberapa produk Destialisma 2009. Selain itu, tepung ubi jalar juga telah dikembangkan menjadi 6 bahan baku pangan seperti mencoba pemanfaatan tepung ubi jalar dalam pembuatan produk-produk roti, cookies dan biskuit dengan hasil yang cukup memuaskan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa bahan baku berupa ubi jalar diperlukan oleh industri sehingga perlu adanya kesinambungan bahan baku. Namun, budidaya yang selama ini dilakukan oleh petani ubi jalar diindikasikan masih belum efisien. Hal tersebut dilihat dari penggunaan sumber daya yang tidak sesuai anjuran, tingkat pendapatan petani yang rendah, dan produksi ubi jalar masih di bawah potensi produksi Khotimah 2010. Dari kedua sudut pandang tersebut, baik dari segi produksi maupun pengolahannya, ubi jalar memiliki prospek yang baik dan sesuai dengan konsep diversifikasi yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi baik dalam hal kualitas maupun kuantitas.

1.2. Perumusan Masalah