Metode Pengambilan Contoh Metode Pengolahan dan Analisis Data

39

4.3. Metode Pengambilan Contoh

Petani dalam penelitian adalah petani yang menanam ubi jalar pada musim tanam akhir tahun 2011. Populasi penelitian ini adalah petani ubi jalar di dusun Carang Pulang dan Cangkrang di Desa Cikarawang. Dari tiga kelompok tani yang terdapat di dua dusun tersebut, diketahui jumlah anggota kelompok tani sebanyak 85 orang. Metode pengambilan contoh menggunakan cluster sampling, dimana sample diambil dari masing-masing dusun terpilih. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian sebanyak 35 orang petani ubi jalar. Jumlah tersebut dipilih secara sengaja purposive dengan cara mendatangi ketua kelompok tani yang ada di setiap dusun 3 orang, kemudian ketua poktan memilih masing- masing anggotanya dengan pertimbangan anggota yang dipilih merupakan petani yang menanam ubi jalar saat itu dan bersedia untuk diwawacarai sehingga didapatkan sebanyak 43 persen berasal dari kelompok tani Hurip, 31 persen dari kelompok tani Setia, dan 26 persen dari kelompok wanita tani Melati. Jumlah responden tersebut dipilih dengan pertimbangan adanya keterbatasan waktu dan dana dalam penelitian ini. Selain itu, kondisi lapang di lokasi penelitian relatif homogen artinya petani ubi jalar di Desa Cikarawang menanam ubi pada waktu yang bersamaan yaitu pada akhir tahun 2011 dan jenis input produksi yang digunakan pun relatif sama sehingga jumlah responden sebanyak 35 orang dianggap sudah cukup mewakili keragaman populasi yang ada. Gay dan Diehl 1992 diacu dalam Rahayu 2005 pun menyatakan bahwa apabila penelitian bersifat korelasional hubungan, jumlah sampel minimal sebanyak 30 subjek.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif baik analisis kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan data primer dan sekunder hasil penelitian. Analisis data secara kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi ubi jalar dan efisiensi produksi di Desa Cikarawang. Data yang diperoleh, sebelumnya akan mengalami proses pengeditan kemudian pengolahan dan selanjutnya dianalisis. Pengolahan data secara 40 kuantitatif dilakukan dengan menggunakan alat bantu kalkulator dan komputer Microsoft Excel, Minitab 14, dan Frontier 4.1. 4.4.1 Analisis Efisiensi dengan Fungsi Produksi Stochastic Frontier Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis data adalah fungsi produksi stochastic frontier Cobb Douglas dan Linier Berganda. Fungsi produksi tersebut digunakan untuk menganalisis efisiensi teknis usahatani dari sisi inputfaktor produksi yang digunakan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi teknis. Berdasarkan penelitian terdahulu, faktor-faktor produksi yang akan digunakan adalah luas lahan, jarak tanam, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk cair, pupuk KCl, pupuk TSP, pupuk phonska, pupuk NPK, dan pestisida. Namun, variabel-variabel tersebut disesuaikan dengan kondisi di lapang sehingga variabel pupuk urea, pupuk cair, pupuk KCl, pupuk TSP, dan pupuk NPK dihilangkan karena data yang diperoleh sedikit sehingga kurang merepresentasikan keragaman populais. Untuk itu, variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, jarak tanam, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk N, pupuk P, dan pestisida. Peubah-peubah independen tersebut dimasukkan ke dalam persamaan sehingga model persamaan penduga fungsi produksi stochastic frontier Cobb Douglas dapat ditulis sebagai berikut: Ln Y = o + 1 LnX 1 + 2 LnX 2 + 3 LnX 3 + 4 LnX 4 + 5 LnX 5 + 6 LnX 6 + 7 LnX 7 + V i - U i dimana: Y = output ubi jalar dalam satuan ton X 1 = luas lahan dalam satuan Ha X 2 = jarak tanam dalam barisan satuan cm X 3 = jumlah tenaga kerja dalam satuan HOK X 4 = pupuk kandang dalam satuan kg X 5 = pupuk N dalam satuan kg X 6 = pupuk P dalam satuan kg X 7 = pestisida dalam satuan ml V i -U i = error term µi = efek inefisiensi teknis dalam model 41 Nilai koefisien yang diharapkan adalah : 1 , 2, 3, 4, 5, 6, 7 0. Nilai koefisien positif berarti dengan meningkatnya faktor produksi input diharapkan akan meningkatkan produksi ubi jalar. Salah satu alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak digunakan oleh para peneliti karena hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas dimana besaran elastisitas tersebut menunjukkan tingkat besaran skala usaha return to scale Soekartawi 2002. Saat ∑ j 1 artinya proporsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi dengan proporsi lebih rendah decreasing return to scale, saat ∑ j = 1 artinya proporsi penambahan input produksi sama dengan proporsi tambahan produksi constant return to scale, sedangkan saat ∑ j 1 artinya proporsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi dengan proporsi lebih besar increasing return to scale. Soekartawi 2002 menyatakan nilai j harus positif dan lebih kecil dari satu. Ini artinya penggunaan fungsi Cobb-Douglas dalam keadaan hukum kenaikan yang semakin berkurang law of diminishing returns untuk setiap input j, sehingga setiap penambahan input produksi dapat menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar. Pada fungsi produksi stochastic frontier linier berganda, nilai koefisien pada setiap variabelnya tidak menunjukkan elastisitas variabel tersebut. Untuk itu, elastisitas variabel dapat diperoleh dari perhitungan sebagai berikut Soekartawi 2002: e p = . dimana adalah PM produk marginal. Untuk itu, besarnya elastisitas tergantung dari besar kecilnya nilai PM suatu variabel input. Analisis efisiensi teknis atau inefisiensi teknis usahatani ke-i diduga dengan menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh Coelli et al. 1998 sebagai berikut: TE i = = = exp-U i dimana TE adalah efisiensi teknis petani ke-i, y i adalah produksi aktual dari pengamatan, y i  adalah produksi frontier yang diperoleh dari fungsi produksi 42 frontier stochastic dan exp -µi adalah nilai harapan mean dari µi, jadi 0 ≤ TEi ≤ 1. TE effect model pun menetapkan efek inefisiensi teknis dalam model bentuk stochastic frontier yang diformulasikan sebagai berikut: µ i = δ + ∑ Z ij δ j +W i µ i adalah salah satu kesalahan baku yang menyusun error term dalam model yang menggambarkan ketidakefisienan teknik suatu usahatani dan bernilai positif, sehingga semakin besar nilai µ i maka makin besar pula ketidakefisienan suatu usahatani. Untuk menentukan nilai efek inefisiensi teknis µ i pada penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut: µ i = δ + Z 1 δ 1 + Z 2 δ 2 + Z 3 δ 3 + Z 4 δ 4 + Z 5 δ 5 + Z 6 δ 6 + Z 7 δ 7 + Z 8 δ 8 + Z 9 δ 9 + W i dimana: µ i = output ubi jalar dalam satuan ton Z 1 = usia petani dalam satuan tahun Z 2 = tingkat pendidikan dalam satuan tahun Z 3 = pengalaman dalam satuan tahun Z 4 = dummy keikutsertaan dalam kelompok tani Z 5 = dummy varietas yang ditanam Z 6 = dummy status dalam rumah tangga Z 7 = dummy status usahatani Z 8 = dummy status kepemilikan lahan Z 9 = dummy pola tanam Seluruh parameter baik dalam fungsi produksi stochastic frontier dan efek inefisiensi secara simultan diperoleh melalui program Frontier 4.1. Pengujian parameter dan efek inefisiensi teknis dilakukan dengan menggunakan parameter pendugaan Maximum Likelihood MLE pada tingkat kepercayaan 5 .

4.4.2. Uji Hipotesis

Sebagai jawaban awal dari analisis di atas dilakukan uji hipotesis berikut : Hipotesis : H : = 0 43 H 1 : 0 Hipotesis nol menyatakan bahwa efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model fungsi produksi. Jika hipotesis ini diterima, maka model fungsi produksi rata – rata sudah cukup mewakili data empiris. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square. LR = -2{ln[LH LH 1 ]} = -2{ln[LH ]-ln[LH 1 ]} dimana LH0 dan LH1 adalah nilai dari fungsi likelihood dibawah hipotesis H dan H 1 . Kriteria Uji : LR galat satu sisi 2 restriksi tabel Kodde dan Palm tolak H LR galat satu sisi 2 restriksi tabel Kodde dan Palm terima H Tabel Chi Square Kodde dan Palm adalah tabel upper and lower bound dari nilai kritis untuk uji persamaan dan tidak persamaan restriksi. Hipotesis kedua : H0 : δ 1 = 0 H1 : δ 1 Hipotesis nol artinya koefisien dari masing – masing variabel di dalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masing –masing variabel penjelas di dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap tingkat inefisiensi di dalam proses produksi. Uji statistik yang digunakan adalah : t-hitung = δ i – 0 S δ i t-tabel = t 2, n-k Kriteria uji: t-hitung t-tabel 2, n-k : tolak Ho t-hitung t-tabel 2, n-k : terima Ho dimana: k = jumlah variabel bebas n = jumlah pengamatanresponden Sδ i = simpangan baku koefisien efek inefisiensi 44

4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan suatu usahatani dipengaruhi oleh sejauh mana efisiensi yang telah dilakukan oleh seorang petani. Efisiensi sendiri erat kaitannya dengan input produksi yang digunakan. Salah satu input produksi yang digunakan adalah lahan. Efisiensi dipengaruhi oleh skala usaha lahan, dimana semakin luas skala usaha diduga akan lebih efisien dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Dinas Pertanian mengelompokan luas lahan menjadi tiga bagian yaitu 0,5 Ha petani gurem, 0,5-1 Ha, dan 1 Ha. Dikarenakan di daerah penelitian tidak terdapat responden dengan luas lahan usahatani ubi jalar 1 Ha sehingga pengelompokan 0,5-1 Ha disingkat menjadi 0,5 Ha. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani yang dilakukan dalam penelitian membandingkan petani responden berdasarkan luas lahan garapan petani yakni luas lahan kurang dari 0,5 Ha petani gurem dan lebih dari 0,5 Ha. Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengukur keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Hal tersebut dilakukan dengan mencatat seluruh penerimaan total dan pengeluaranbiaya total selama satu musim tanam. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Secara sistematis rumus penerimaan dituliskan sebagai berikut: TR tunai = P y x Y tunai TR diperhitungkan = P y x Y diperhitungkan TR total = TR tunai + TR diperhitungkan dimana: P y = harga output Rpkg Y tunai = jumlah output yang dijual oleh petani kg Y diperhitungkan = jumlah output yang dikonsumsi oleh petani baik untuk dimakan maupun digunakan sebagai bibit kg TR tunai = total penerimaan tunai usahatani Rp TR diperhitungkan = total penerimaan diperhitungkan usahatani Rp TR total = total penerimaan tunai usahatani Rp sedangkan rumus biaya total dituliskan sebagai berikut: TC = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan 45 dimana: Biaya Tunai = pengeluaran berupa uang tunai yang dikeluarkan secara langsung oleh petani Rp Biaya Diperhitungkan = pengeluaran petani berupa faktor produksi tanpa mengeluarkan uang tunai Rp TC = total biaya usahatani Rp Dalam penelitian ini, komponen penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut: Penyusutantahun = Biaya – Nilai sisa Umur Ekonomis Sementara pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut:  tunai = TR tunai – Biaya Tunai  total = TR total – TC dimana:  = pendapatan Rp Selain itu, analisis pendapatan usahatani dapat dilakukan dengan analisis RC rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Suatu usahatani dikatakan menguntungkan apabila RC rasio lebih besar dari satu. Sebaliknya, apabila RC rasio lebih kecil dari satu maka usahatani tersebut tidak menguntungkan. Semakin besar nilai RC rasio maka usahatani tersebut semakin menguntungkan. Perhitungan RC dirumuskan sebagai berikut: Rasio RC atas biaya tunai = Total penerimaan Rp = Py x Y Total biaya tunai Rp biaya tunai Rasio RC atas biaya total = Total penerimaanRp = Py x Y Total biaya Rp TC

4.4.4. Definisi Operasional

Variabel yang diamati dalam penelitian ini merupakan dta dan informasi usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang. Variabel-variabel tersebut terlebih dahulu 46 didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada konsep di bawah ini: 1. Produksi ubi jalar Y adalah ubi jalar yang dihasilkan pada akhir musim tanam tahun 2011. Satuan pengukuran yang digunakan adalah ton. 2. Luas lahan X 1 adalah luas lahan yang digunakan dalam usahatani ubi jalar. Satuan pengukuran yang digunakan adalah hektar Ha. 3. Jarak tanam X 2 adalah jarak tanam dalam baris guludan yang digunakan petani untuk menanam stek ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah centimeter cm. 4. Tenaga kerja X 3 adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ubi jalar baik tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga. Kegiatan usahatani yang dimaksud adalah dalam proses produksi mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen selama satu musim tanam ubi jalar. Satuan pengukuran yang digunakan adalah hari orang kerja HOK. 5. Pupuk kandang X 4 adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan petani untuk menanam ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram kg. 6. Pupuk N X 5 adalah jumlah pupuk urea yang digunakan petani untuk menanam ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram kg. Kandungan N pada pupuk urea mencapai 46 Suratiyah 2009. Untuk itu, jumlah pupuk N dalam penelitian ini diperoleh dari hasil konversi pupuk urea yang digunakan petani yaitu 46 dari jumlah pupuk urea. 7. Pupuk P X 6 adalah jumlah pupuk phonska yang digunakan petani untuk menanam ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram kg. Pupuk P diperoleh dari hasil konversi pupuk phonska yang digunakan petani yaitu 18 dari jumlah pupuk urea. Hal ini didasarkan bahwa SP-18 yang digunakan oleh petani. 8. Pestisida X 7 adalah jumlah pestisida yang digunakan petani untuk menanam ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan ml. 47 9. Usia petani Z 1 adalah usia petani yang mengusahakan usahatani ubi jalar. Satuan pengukuran yang digunakan adalah tahun. Semakin tua usia petani diduga akan menurunkan tingkat inefisiensi karena semakin tua petani menunjukkan semakin tinggi pengalamannya. 10.Tingkat pendidikan petani Z 2 adalah lamanya pendidikan formal yang pernah diperoleh petani. Satuan pengukuran yang digunakan adalah tahun. Semakin lama tingkat pendidikan formal petani, diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. 11.Pengalaman petani Z 3 adalah lamanya petani dalam mengusahakan usahatani ubi jalar. Satuan pengukuran yang digunakan adalah tahun. Semakin lama pengalaman petani dalam berusahatani maka akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. 12.Keikutsertaan dalam kelompok tani Z 4 diukur dalam bentuk dummy. Keikutsertaan dalam kelompok tani diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis karena dengan ikut dalam kegiatan kelompok tani maka pengetahuan petani akan bertambah. Nilai 1 untuk kondisi bergabung dengan poktan dan nilai 0 untuk kondisi tidak bergabung dengan poktan. 13.Varietas yang ditanam Z 5 diukur dalam bentuk dummy. Dummy varietas yang ditanam diduga akan berpegaruh negatif terhadap inefisiensi teknis jika varietas yang digunakan memang varietas yang unggul. Nilai 1 untuk varietas AC dan nilai 0 untuk varietas lainnya. 14.Status dalam rumah tangga Z 6 diukur dalam bentuk dummy. Dummy status dalam rumah tangga diduga mempengaruhi petani dalam mengolah lahan. Nilai 1 untuk kepala keluarga dan nilai 0 untuk ibu rumah tangga. 15.Status usahatani Z 7 diukur dalam bentuk dummy. Dummy status usahatani diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani karena tingkat keseriusan petani dalam menggarap usahataninya. Nilai 1 untuk usahatani sebagai pekerjaan utama dan nilai 0 untuk usahatani sebagai sampingan. 16.Status kepemilikan lahan Z 8 diukur dalam bentuk dummy. Dummy status kepemilikan lahan diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. Nilai 1 untuk petani pemilik dan nilai 0 untuk petani penggarap. 48 17.Pola tanam Z 9 diukur dalam bentuk dummy. Dummy pola tanam diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. Nilai 1 untuk pola tanam tumpang sari dan nilai 0 untuk pola tanam monokultur. 49

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN