Analisis Fungsi Produksi ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

79

7.1. Analisis Fungsi Produksi

Stochastic Frontier Usahatani Ubi Jalar Hasil pendugaan terhadap fungsi produksi stochastic frontier menggunakan tujuh variabel independen diperlihatkan pada Tabel 20. Nilai parameter pada fungsi produksi stochastic frontier MLE menunjukkan elastisitas produksi batas dari sejumlah input yang digunakan. Elastisitas pada fungsi produksi batas yang lebih besar menunjukkan bahwa peningkatan masing-masing input produksi dengan asumsi input lainnya tetap akan berpengaruh pada peningkatan produksi yang lebih besar dibandingkan dengan fungsi produksi rata-rata. Tabel 24 menunjukkan koefisien parameter dugaan fungsi produksi stochastic frontier dengan metode MLE beserta nilai signifikansinya dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Tabel 24. Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Stochastic Frontier Cobb Douglas dengan Metode MLE Variabel Koefisien MLE t-hitung Konstanta 2,293 3,651 Ln Luas lahan Ha 0,799 7,264 Ln Jarak tanam cm -0,001 -0,033 Ln Tenaga kerja HOK 0,182 1,307 Ln Pupuk kandang kg 0,061 1,940 Ln Pupuk N kg -0,064 -2,135 Ln Pupuk P kg -0,099 -2,767 Ln Pestisida ml 0,002 0,072 Σ 2 0,095 0,999 R-sq 0,762 Keterangan: nyata pada  5 t-tabel = 1,703 Nilai koefisien MLE fungsi produksi Cobb-Douglas menghasilkan output yang bernilai negatif serta berpengaruh nyata yaitu pada variabel pupuk N dan pupuk P. Seperti telah dibahas pada bab metode penelitian, penggunaan fungsi Cobb-Douglas berada dalam keadaan law of diminishing return untuk setiap inputnya. Dengan demikian, model fungsi produksi Cobb-Douglas tidak dapat digunakan untuk mengestimasi produksi ubi jalar pada penelitian ini sehingga fungsi produksi linier berganda digunakan dalam penelitian ini. Tabel 25 menunjukkan koefisien parameter dugaan fungsi produksi stochastic frontier dengan metode MLE dengan menggunakan fungsi produksi linier berganda. 80 Tabel 25. Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Stochastic Frontier Linier Berganda dengan Metode MLE Variabel Koefisien MLE t-hitung Konstanta 0,585 1,344 Luas lahan Ha 15,866 11,912 Jarak tanam cm -0,013 -0,729 Tenaga kerja HOK 0,036 3,364 Pupuk kandang kg 0,000 0,656 Pupuk N kg -0,105 -8,981 Pupuk P kg -0,209 -4,259 Pestisida ml 0,014 1,786 Σ 2 0,744 0,125 R-sq 0,916 Keterangan: nyata pada  5 t-tabel = 1,703 Pada Tabel 25 diketahui nilai parameter sebesar 0,125. Artinya adalah perbedaan antara produksi yang sesungguhnya dengan kemungkinan produksi maksimum sebesar 12,5 persen disebabkan karena perbedaan inefisiensi teknis. Parameter merupakan rasio dari varians efisiensi teknis µ i terhadap varians total produksi  i . Hasil pendugaan parameter dengan menggunakan fungsi produksi linier berganda menunjukkan nilai koefisien determinasi R-sq sebesar 91,6 persen, artinya sebesar 91,6 persen keragaman produksi ubi jalar di daerah penelitian dapat dijelaskan oleh input-input produksi yang digunakan dalam model sedangkan sisanya sebesar 8,4 persen dijelaskan oleh komponen error yang tidak dimasukkan dalam model. Koefisien dari variabel-variabel pada fungsi produksi linier berganda tidak menunjukkan elastisitas seperti pada fungsi produksi Cobb- Douglas sehingga diperlukan perhitungan elastisitas produksi dari setiap variabel fungsi produksi. Hasil perhitungan nilai elastisitas produksi dari setiap variabel independen fungsi produksi linier berganda ditunjukkan pada Tabel 26. 81 Tabel 26. Elastisitas Fungsi Produksi Stochastic Frontier Linier Berganda dengan Metode MLE Variabel Elastisitas Luas lahan Ha 7,669 Jarak tanam cm 0,709 Tenaga kerja HOK -0,118 Pupuk kandang kg 0,191 Pupuk N kg -0,375 Pupuk P kg -5,386 Pestisida ml -5,391 Keterangan: nyata pada  5 t-tabel = 1,703 Hasil perhitungan elastisitas fungsi produksi stochastic frontier linier berganda dengan metode MLE menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh nyata dan bernilai positif terhadap produksi ubi jalar di daerah penelitian pada taraf nyata 5 persen hanyalah variabel luas lahan. Sebaliknya, variabel tenaga kerja, pupuk N, pupuk P, dan pestisida bernilai negatif dan berpengaruh nyata sedangkan variabel yang bernilai positif tetapi berpengaruh tidak nyata antara lain jarak tanam dan pupuk kandang. Di daerah penelitian, variabel luas lahan memiliki nilai elastisitas positif dan berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen. Nilai elastisitas variabel ini yaitu sebesar 7,669. Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Defri 2011. Nilai koefisien lahan sebesar 7,669 menunjukkan setiap peningkatan luas lahan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi ubi sebesar 7,669 persen, cateris peribus. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produksi ubi jalar masih berbanding lurus dengan luas lahan. Penggunaan lahan sangat berpengaruh besar terhadap produksi ubi. Variabel jarak tanam memiliki nilai elastisitas positif tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi di daerah penelitian. Artinya setiap penambahan atau pengurangan jarak tanam ubi dalam satu guludan tidak akan berpengaruh pada peningkatan produksi ubi. Hal ini diduga terjadi karena variasi jarak tanam stek ubi yang dilakukan oleh petani responden rendah atau dapat dikatakan jarak tanam stek ubi jalar hampir seragam yaitu 5-20 cm. Tenaga kerja memiliki nilai elastisitas negatif dan berpengaruh nyata terhadap produksi ubi pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien tenaga kerja sebesar -0,118 menunjukkan setiap peningkatan jumlah penggunaan tenaga kerja 82 sebesar satu persen maka akan menurunkan produksi ubi sebesar 0,118 persen, cateris peribus. Hal ini menunjukkan rata-rata tenaga kerja yang digunakan petani di daerah penelitian yaitu sebanyak 29,885 HOK seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya sudah cukup bahkan berlebih. Penggunaan tenaga kerja oleh petani baik tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga di daerah penelitian sangat lazim mulai dari proses penyiapan guludan, penanaman, pemupukan, hingga pemanenan. Variabel pupuk kandang bernilai elastisitas positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi ubi di daerah penelitian. Nilai koefisien pupuk kandang sebesar 0,191. Hal ini menunjukkan rata-rata pupuk kandang yang digunakan petani di daerah penelitian yaitu sebanyak 3,2 ton seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya sudah cukup bahkan berlebih. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani menunjukkan bahwa pupuk kandang memiliki peran penting untuk meningkatkan kesuburan tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan ubi jalar. Ini dapat dilihat dari jumlah penggunaan pupuk kandang yang paling besar dibandingkan dengan penggunaan pupuk lainnya. Variabel pupuk N memiliki nilai elastisitas negatif dan berpengaruh nyata terhadap produksi ubi di daerah penelitian pada taraf nyata 5 persen. Nilai elastisitas pupuk N adalah sebesar -0,375. Hal ini menjelaskan bahwa penambahan penggunaan pupuk N sebesar satu persen justru akan mengurangi produksi sebesar 0,375 persen. Kondisi di lapangan petani menggunakan pupuk N rata-rata sebanyak 20,89 kg per hektar. Jumlah tersebut sebenarnya masih berada di bawah dosis pupuk yang dianjurkan dalam usahatani ubi jalar adalah 45-90 kg NH, namun diduga penyebabnya adalah karena petani di daerah penelitian selain menggunakan pupuk urea yang di dalamnya mengandung unsur N, petani juga menggunakan pupuk kandang dalam jumlah besar yaitu sebanyak 3,2 tonHa. Pupuk kandang sendiri juga diketahui mengandung unsur N yang besar sehingga unsur N yang digunakan petani dalam usahtani ubi jalar di daerah penelitian sudah cukup bahkan berlebih. Variabel pupuk P memiliki nilai elastisitas negatif dan berpengaruh nyata terhadap produksi ubi di daerah penelitian pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien variabel ini sebesar -5,386. Hal ini menjelaskan bahwa penambahan 83 penggunaan pupuk P sebesar satu persen justru akan mengurangi produksi ubi jalar di daerah penelitian sebesar 5,386 persen. Hal ini diduga terjadi akibat penggunaan pupuk P yang terkandung dalam pupuk phonska melebihi batas yang dianjurkan yaitu 25 kg phonskaHa sedangkan rata-rata penggunaan pupuk phonska di lapang sebesar 75,58 kg phonskaHa sehingga penambahan penggunaan pupuk P akan mengurangi produksi ubi jalar. Di daerah penelitian, variabel pestisida memiliki nilai elastisitas negatif dan berpengaruh nyata terhadap produksi ubi. Nilai koefisien lahan sebesar 5,391 menunjukkan setiap peningkatan penggunaan pestisida sebesar satu persen maka akan menurunkan produksi ubi sebesar 5,391 persen, cateris peribus. Rata-rata penggunaan pestisida di daerah penelitian sebanyak 91,76 kg. Ini menunjukkan penggunaan pestisida di daerah penelitian sudah cukup bahkan berlebih. Kejadian ini juga diduga terjadi akibat residu penggunaan pestisida sebelumnya sehingga lahan tidak bisa menyerap kandungan pestisida dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara di lapang, petani yang melakukan penyemprotan pestisida cenderung hanya menduga-duga takaran yang mereka gunakan, tidak ada jumlah pasti yang diberikan petani sehingga diduga melebihi dosis yang dianjurkan. Takaran yang lebih banyak biasanya digunakan saat jumlah hama penyakit yang menyerang tanaman lebih banyak. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa variabel pupuk N, pupuk P, dan pestisida memiliki nilai elastisitas negatif dan berpengaruh nyata terhadap produksi ubi di daerah penelitian. Penyebabnya diduga terjadi akibat penggunaan pupuk maupun pestisida yang melebihi batas dari yang dianjurkan sehingga peningkatan penggunaannya justru akan menurunkan produksi ubi jalar. Untuk itu, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah subsistem pendukung yang ada diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada petani mengenai penerapan teknologi pemupukan berimbang dan pestisida tepat guna sesuai dengan dosis anjuran agar dapat meningkatkan efisiensi teknis usahatani ubi jalar.

7.2. Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis