Karakteristik Responden GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

51 pada sektor pertanian. Tabel 7 . Sebaran Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Penduduk di Desa Cikarawang tahun 2009 Sektor Jumlah orang Persentase Pertanian 310 17,62 Peternakan 3 0,17 Perikanan 2 0,11 Perkebunan 25 1,42 Perdagangan 31 1,76 Industri rumah tangga 12 0,68 Bidan 3 0,17 Buruh tani 225 12,79 Buruh swasta 750 42,64 PNS 180 10,23 Montir 3 0,17 Pensiunan 215 12,22 Sumber: Potensi Desa Cikarawang 2009 Berdasarkan tingkat pendidikannya Tabel 8, jumlah penduduk di Desa Cikarawang sebesar 29,55 persen telah menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA dan tidak ada penduduk yang buta huruf. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Desa Cikarawang sudah menguasai baca tulis. Tabel 8 . Sebaran Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Cikarawang tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase Tidak tamat SD 441 12,14 SD 1.002 27,57 SMP 1.002 27,57 SMA 1.074 29,55 D1 48 1,32 D2 15 0,41 D3 52 1,43 Sumber: Potensi Desa Cikarawang 2009

5.3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang akan dijelaskan meliputi jenis pekerjaan sampingan, usia petani, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, keikutsertaan dalam kelompok tani, luas lahan garapan, kepemilikan lahan, dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik petani tersebut akan memengaruhi keputusan petani dalam melakukan usahatani ubi jalar. 52 Jenis pekerjaan sampingan yang dimaksudkan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden selain bertani ubi jalar. Dari 35 responden, sebanyak 22 orang menganggap berusahatani ubi jalar sebagai pekerjaan utama. Selain itu, responden tersebut juga memiliki pekerjaan sampingan. Adapun pekerjaan sampingan responden tersebut antara lain berternak, buruh tani, bertani hortikultura, dan ibu rumah tangga seperti yang dijelaskan pada Tabel 9. Tabel 9 . Sebaran Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Sampingan Pekerjaan Sampingan Jumlah orang Persentase berternak 9 25,71 buruh tani 6 17,14 bertani hortikultura 3 8,57 Ibu rumah tangga 4 11,43 Tidak ada pekerjaan sampingan 13 37,14 Jumlah 35 100 Tabel 9 memperlihatkan bahwa mayoritas reponden yaitu 25,71 persen bekerja sampingan sebagai peternak dan sebanyak 37,14 persen tidak memiliki pekerjaan sampingan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di daerah penelitian menggantungkan diri pada bertani ubi jalar. Alasan responden memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak adalah agar memudahkan responden untuk memeroleh pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan ternak dimana pupuk kandang tersebut digunakan dalam usahatani ubi jalar. Selain itu, petani juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari hasil penjualan ternak. Sedangkan responden yang bekerja pula sebagai buruh tani adalah petani yang mencari tambahan penghasilan selain dari menggarap lahannya sendiri. Berdasarkan data responden, petani yang menjadi responden berusia antara 28-80 tahun. Tabel 10 menunjukkan petani responden didominasi oleh petani dengan usia 46-55 tahun. Sebagian besar petani responden yakni 82,75 persen memang masih berada dalam usia produktif 66 tahun. Usia produktif artinya orang tersebut telah siap dan bisa bekerja. Namun juga terlihat bahwa minat usia muda untuk bertani sangat rendah. 53 Tabel 10 . Sebaran Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Usia Petani Usia Petani tahun Jumlah orang Persentase 26-35 3 8,57 36-45 8 22,86 46-55 10 28,57 56-65 8 22,86 65 6 17,15 Jumlah 35 100 Pada Tabel 11 menunjukkan tingkat pendidikan formal petani responden dari tingkat pendidikan terakhir yang pernah dijalani. Tabel tersebut menunjukkan sebesar 91,43 persen dari petani responden telah mengenyam pendidikan. Responden terbesar adalah responden berpendidikan Sekolah Dasar SD yaitu sebesar 48,57 persen. Ini menunjukkan bahwa untuk bertani ubi jalar tidak diperlukan tingkat pendidikan tinggi dalam budidaya ubi jalar. Namun, diduga tingkat pendidikan formal petani akan memengaruhi peningkatan produksi ubi jalar. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi pendidikan petani responden maka adaptasi penyerapan teknologi akan lebih mudah. Tabel 11 . Sebaran Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase Tidak bersekolah 3 8,57 Tidak tamat SD 3 8,57 SD 17 48,57 SMP 3 8,57 SMA 8 22,86 Sarjana 1 2,86 Jumlah 35 100 Pengalaman berusahatani responden diduga memengaruhi tingkat produksi usahatani ubi jalar. Diduga bahwa semakin lama pengalaman berusahatani petani maka kemampuan dalam pengelolaan usahatani akan semakin baik. Sebesar 68,57 persen dari 35 responden yang ada, pengalaman berusahatani responden berada pada kurun waktu 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar telah lama responden lakukan sejak dahulu dan hanya sebagian kecil saja yang 54 baru memulainya. Ini membuktikan bahwa petani responden telah memiliki pengetahuan budidaya ubi jalar yang besar. Tabel 12 . Sebaran Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Pengalaman Berusahatani tahun Jumlah orang Persentase 5 1 2,86 5- 15 10 28,57 15 24 68,57 Jumlah 35 100 Keikutsertaan dalam kelompok tani diduga akan memengaruhi produksi usahatani. Hal ini dikarenakan keikutsertaan petani dalam kelompok tani memungkinkan petani untuk dapat mengikuti pelatihan serta penyuluhan terkait usahatani. Selain itu juga dapat mempermudah pemerolehan input produksi baik dalam hal jumlah maupun harga. Adapun data keikutsertaan petani dalam kelompok tani ditampilkan pada Tabel 13. Tabel 13 . Sebaran Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Kelompok Tani Keikutsertaan dalam Kelompok Tani Jumlah orang Persentase Hurip 11 31,43 Setia 8 22,86 KWT 10 28,57 Tidak Ikut 6 17,14 Jumlah 35 100 Sebagian besar petani responden yaitu 80 persen sudah tergabung dalam kelompok tani dan hanya sebesar 17,14 persen saja yang belum tergabung dalam kelompok tani. Alasan tidak bergabungnya petani dalam kelompok tani karena petani merasa tidak memiliki waktu lebih untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh kelompok tani. Selain itu, petani pun sudah merasa mampu untuk memenuhi kebutuhan input produksi ataupun bertani ubi jalar sendiri. Berdasarkan data di lapangan, sebaran luas lahan garapan petani responden dijelaskan oleh Tabel 14. Diketahui rata-rata luas lahan yang digarap oleh petani responden kurang dari 0,5 hektar atau dikatakan sebagai petani gurem. Hanya 11,43 persen saja yang 55 luas lahannya berada pada rentang 0,5-1 hektar. Diduga semakin luas lahan maka produksinya pun akan semakin tinggi. Tabel 14 . Sebaran Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan Luas Lahan Ha Jumlah orang Persentase 0,5 31 88,57 0,5 – 1 4 11,43 1 Jumlah 35 100 Berdasarkan status kepemilikan lahan, terdapat tiga tipe kepemilikan lahan yaitu lahan milik sendiri, bagi hasil, dan gadai. Petani dengan kepemilikan lahan bagi hasil artinya menggarap lahan orang lain dan hasil penjualan ubi nantinya dibagi dua dengan perbandingan 2:1 dengan pemilik lahan. Lahan gadai artinya petani menggarap lahan milik orang lain yang digadaikan kepadanya hingga pemilik lahan dapat mengembalikan uang yang dipinjamnya kepada petani. Tabel 15 . Sebaran Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Kepemilikan Lahan Jumlah orang Persentase Pribadi 22 62,86 Bagi hasil 9 25,71 Gadai 4 11,43 Jumlah 35 100 Sebanyak 22 orang petani responden 62,86 persen memiliki sendiri lahan pertaniannya, dan sebesar 25,71 persen merupakan lahan bagi hasil serta lahan gadai sebesar 11,43 persen. Jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki responden cukup bervariasi antara 1-7 orang. Persentase terbesar jumlah tanggungan keluarga sebesar 62,86 persen petani responden dengan jumlah 3-5 orang dan hanya sebagian kecil saja yakni 14,29 persen yang memiliki tanggungan keluarga lebih dari 5 orang. Se- lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 . Sebaran Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah orang Persentase 3 8 22,86 3-5 22 62,86 56 5 5 14,29 Jumlah 35 100 Sebelum dilakukan analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi jalar, terlebih dahulu akan dijelaskan sistem agribisnis ubi jalar di Desa Cikarawang. Sistem agribisnis ubi jalar di Desa Cikarawang ini digunakan sebagai landasan untuk menganalisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi jalar. Sistem agribisnis merupakan suatu kegiatan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir dimulai dari subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi, subsistem pasca panen, subsistem pemasaran, dan subsistem pen- dukung.

5.4. Sistem Agribisnis Ubi Jalar Di Desa Cikarawang