Penerimaan Usahatani Ubi Jalar

70

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan secara individu dan bersifat komersial. Analisis pendapatan usahatani terdiri atas analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis RC rasio. Analisis pendapatan meliputi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Komponen penyusun analisis pendapatan adalah penerimaan baik tunai maupun tidak tunai dan biaya baik bersifat tunai maupun diperhitungkan. Adapun analisis pendapatan usahatani dilakukan dengan membandingkan petani responden berdasarkan luas lahan garapan petani yakni luas lahan kurang dari 0,5 Ha petani gurem dan lebih dari 0,5 Ha. Pengelompokan luas lahan tersebut didasarkan pada pengelompokan luas lahan oleh Dinas Pertanian menjadi tiga bagian yaitu 0,5 Ha petani gurem, 0,5-1 Ha, dan 1 Ha. Di daerah penelitian tidak terdapat responden dengan luas lahan usahatani ubi jalar 1 Ha sehingga pengelompokan 0,5-1 Ha disingkat menjadi 0,5 Ha.

6.1. Penerimaan Usahatani Ubi Jalar

Penerimaan usahatani meliputi dua hal yaitu penerimaan tunai dan tidak tunai. Penerimaan tunai didapatkan dari hasil yang dijual sedangkan penerimaan tidak tunai adalah hasil yang dikonsumsi sendiri oleh petani. Penjumlahan antara penerimaan tunai dan tidak tunai disebut penerimaan total usahatani. Penerimaan usahatani merupakan hasil kali antara harga jual yang diterima petani per kilogram dengan jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu musim. Pada luas lahan garap petani 0,5 Ha, rata-rata produktivitas petani sebesar 13,306 ton per Ha sedangkan pada luas lahan antara 0,5 Ha produktivitasnya adalah 12,935 ton per Ha. Namun penerimaan total petani dengan luas lahan 0,5 Ha lebih besar daripada petani dengan luas lahan 0,5 Ha. Hal ini disebabkan karena harga jual yang mereka terima pun berbeda, harga jual ubi dari petani dengan luas lahan 0,5 Ha lebih besar daripada petani dengan luas lahan 0,5 Ha. Adapun harga jual ubi jalar di tingkat petani dengan luas lahan 0,5 Ha adalah Rp. 1.832 dan pada luas lahan antara 0,5 Ha adalah Rp. 2.000. Perbedaan 71 harga yang diterima oleh petani tersebut dihasilkan dari rata-rata harga jual yang diterima oleh petani responden di daerah penelitian. Setiap petani menjual ubi tidak hanya ke satu tempat yang sama sehingga harga yang diterima pun bervariasi. Petani dengan luas lahan 0,5 Ha menjual ubi ke tiga tempat yang berbeda yaitu poktan, tengkulak, dan pasar sedangkan petani dengan luas lahan 0,5 Ha hanya menjual ubi jalar ke poktan setempat. Ini menyebabkan rata-rata harga ubi di tingkat petani dengan luas lahan 0,5 Ha dan 0,5 Ha berbeda. Untuk itu, sebaiknya petani yang belum bergabung dalam kelompok tani dapat bergabung dengan kelompok tani setempat agar dapat memperkuat posisi tawarnya terhadap harga jual ubi jalar. Selain itu, penerimaan tidak tunai petani dengan luas lahan 0,5 Ha lebih rendah. Artinya petani dengan luas lahan 0,5 Ha lebih sedikit mengonsumsi secara pribadi hasil produksinya atau lebih banyak hasil yang dijual sehingga penerimaannya pun menjadi lebih besar. Rata-rata jumlah ubi yang dikonsumsi oleh petani dengan luas lahan 0,5 Ha hanya sebanyak 32,26 kg sedangkan petani dengan luas lahan 0,5 Ha sebanyak 116,15 kg. Ini menunjukkan bahwa petani dengan luas lahan 0,5 Ha sudah berpikir lebih komersil dari petani dengan luas lahan 0,5 Ha yang cenderung lebih subsisten. Penerimaan total petani dengan luas lahan 0,5 Ha sebesar Rp. 24.592.816 dan penerimaan total petani dengan luas lahan antara 0,5 Ha sebesar Rp. 25.935.484. Hasil ini berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya mengenai usahatani ubi jalar oleh Defri 2011 di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga. Walaupun produktivitas ubi di wilayah tersebut hampir sama yaitu sebesar 13,281 ton namun penerimaan tunai hanya sebesar Rp. 10.017.883,60 dan total penerimaan sebesar Rp. 10.198.907,60. Hal ini dikarenakan harga jual ubi di wilayah tersebut masih sangat rendah yaitu Rp. 754,26kg. Selengkapnya disajikan pada Tabel 20. 72 Tabel 20 . Perbandingan Penerimaan Usahatani pada Luas Lahan 0,5 Ha dan 0,5 Ha per Musim Tanam Komponen Penerimaan Nilai Rp 0,5 Ha 0,5 Ha Penerimaan Tunai - Ubi yang dijual 24.380.002 25.870.968 Penerimaan Tidak Tunai - Konsumsi oleh RT 212.814 64.516 Total Penerimaan 24.592.816 25.935.484 Mayoritas petani responden penelitian menjual hasil panennya kepada poktan setempat. Mekanisme penjualannya adalah perwakilan pengurus poktan yang biasanya diwakili oleh ketua poktan datang langsung ke lahan petani dan membeli di lokasi tersebut. Adapun beban biaya panen dan pasca panen merupakan tanggungan poktan. Alasan petani menjual hasil panennya kepada poktan adalah karena alasan kemudahan, merasa tidak enak atau sungkan karena banyak membantu dalam penyediaan input produksi, dan faktor kebiasaan. Pembayaran hasil panen kepada petani tidak diberikan pada hari yang sama dengan hari panen melainkan 3-7 hari kemudian.

6.2. Biaya Usahatani Ubi Jalar