83 penggunaan pupuk P sebesar satu persen justru akan mengurangi produksi ubi
jalar di daerah penelitian sebesar 5,386 persen. Hal ini diduga terjadi akibat penggunaan pupuk P yang terkandung dalam pupuk phonska melebihi batas yang
dianjurkan yaitu 25 kg phonskaHa sedangkan rata-rata penggunaan pupuk phonska di lapang sebesar 75,58 kg phonskaHa sehingga penambahan
penggunaan pupuk P akan mengurangi produksi ubi jalar. Di daerah penelitian, variabel pestisida memiliki nilai elastisitas negatif dan
berpengaruh nyata terhadap produksi ubi. Nilai koefisien lahan sebesar 5,391 menunjukkan setiap peningkatan penggunaan pestisida sebesar satu persen maka
akan menurunkan produksi ubi sebesar 5,391 persen, cateris peribus. Rata-rata penggunaan pestisida di daerah penelitian sebanyak 91,76 kg. Ini menunjukkan
penggunaan pestisida di daerah penelitian sudah cukup bahkan berlebih. Kejadian ini juga diduga terjadi akibat residu penggunaan pestisida sebelumnya sehingga
lahan tidak bisa menyerap kandungan pestisida dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara di lapang, petani yang melakukan penyemprotan pestisida cenderung
hanya menduga-duga takaran yang mereka gunakan, tidak ada jumlah pasti yang diberikan petani sehingga diduga melebihi dosis yang dianjurkan. Takaran yang
lebih banyak biasanya digunakan saat jumlah hama penyakit yang menyerang tanaman lebih banyak.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa variabel pupuk N, pupuk P, dan pestisida memiliki nilai elastisitas negatif dan berpengaruh nyata terhadap
produksi ubi di daerah penelitian. Penyebabnya diduga terjadi akibat penggunaan pupuk maupun pestisida yang melebihi batas dari yang dianjurkan sehingga
peningkatan penggunaannya justru akan menurunkan produksi ubi jalar. Untuk itu, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah subsistem pendukung yang
ada diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada petani mengenai penerapan teknologi pemupukan berimbang dan pestisida tepat guna sesuai
dengan dosis anjuran agar dapat meningkatkan efisiensi teknis usahatani ubi jalar.
7.2. Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis
Efisiensi teknis dianalisis menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier. Sebaran efisiensi teknis petani responden dapat dilihat pada Tabel 27.
Pada Tabel 26 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata efisiensi teknis petani
84 responden hanya sebesar 0,564 dengan nilai terendah 0,131 dan nilai tertinggi
0,955. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas ubi jalar yang dicapai petani adalah 56,4 persen dari produktivitas
maksimum yang dapat dicapai dengan sistem pengelolaan yang terbaik. Petani responden masih memiliki banyak kesempatan untuk memperoleh hasil potensial
yang lebih tinggi seperti yang diperoleh petani yang memiliki nilai efisiensi teknis paling tinggi. Dalam jangka pendek, secara rata-rata petani ubi jalar di daerah
penelitian berpeluang untuk meningkatkan produksi sebesar 40,94 persen 1- 0,5640,955.
Tabel 27. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pencapaian Efisiensi
Teknis dalam Usahatani Ubi Jalar di Desa Cikarawang
Indeks Efisiensi Jumlah orang
Persentase
0,2 7
20,00 0,2
– 0,3 2
5,71 0,3
– 0,4
2 5,71
0,4 – 0,5
5 14,29
0,5 – 0,6
0,00 0,6
– 0,7
3 8,57
0,7 – 0,8
3 8,57
0,8 – 0,9
4 11,43
0,9 – 1
9 25,71
Total 35
100 Rata-rata
0,564 Minimum
0,131 Maksimum
0,955 Adapun sebaran efisiensi petani ubi jalar di Desa Cikarawang berdasarkan
luas lahannya disajikan dalam Tabel 28 berikut. Pada Tabel 28 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata efisiensi teknis petani responden dengan luas lahan berturut-
turut 0,5 Ha dan 0,5 Ha sebesar 0,474 dan 0,576. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas ubi jalar yang dicapai petani
dengan luas lahan 0,5 Ha adalah 57,6 persen dari produktivitas maksimum yang dapat dicapai dengan sistem pengelolaan yang terbaik sedangkan rata-rata
produktivitas ubi jalar yang dicapai petani dengan luas lahan 0,5 Ha sebesar 47,4 persen dari produktivitas maksimum yang dapat dicapai dengan sistem
pengelolaan yang terbaik. Hal ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil analisis pendapatan yang telah dijabarkan sebelumnya dimana petani dengan luas
85 lahan 0,5 Ha lebih efisien dari aspek biaya. Berdasarkan sebaran efisiensi petani
berdasarkan luas lahan ternyata petani dengan luas lahan 0,5 Ha justru memiliki nilai efisiensi teknis lebih rendah dibandingkan dengan petani yang memiliki luas
lahan 0,5 Ha.
Tabel 28. Sebaran Tingkat Pencapaian Efisiensi Teknis dalam Usahatani Ubi
Jalar di Desa Cikarawang pada Luas Lahan 0,5 Ha dan 0,5 Ha
Indeks Efisiensi
0,5 Ha 0,5 Ha
Jumlah orang
Persentase Jumlah
orang Persentase
0,2 5
16,13 2
0,50 0,2
– 0,3 2
6,45 0,00
0,3 – 0,4
2 6,45
0,00 0,4
– 0,5
5 16,13
0,00 0,5
– 0,6 0,00
0,00 0,6
– 0,7
2 6,45
1 0,25
0,7 – 0,8
3 9,68
0,00 0,8
– 0,9
4 12,90
0,00 0,9
– 1
8 25,81
1 0,25
Total 31
100 4
100 Rata-rata
0,576 0,474
Minimum 0,131
0,167 Maksimum
0,955 0,931
Tabel 29 menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani di daerah penelitian dengan menggunakan efek inefisiensi teknis dari
fungsi produksi stochastic frontier. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap efek inefisiensi adalah usia petani dan pengalaman.
Tabel 29. Parameter Dugaan Efek Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastic
Frontier Variabel
Nilai Dugaan t-rasio
Konstanta 5,606
2,778 Usia petani
-0,122 -3,085
Tingkat pendidikan -0,139
-1,199 Pengalaman
0,074 2,598
Keikutsertaan poktan -0,010
-0,012 Varietas yang ditanam
-0,293 -0,272
Status dalam Rumah Tangga 0,808
1,074 Status usahatani
-0,911 -1,407
Status kepemilikan lahan 1,126
1,594 Pola tanam
-0,145 -0,147
Keterangan: nyata pada
5 t-tabel = 1,703
86 Adapun pengaruh dari masing-masing efek inefisiensi teknis diuraikan
sebagai berikut: 1. Usia Petani
Faktor usia responden diduga berpengaruh negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani ubi jalar di daerah penelitian pada taraf nyata 5 persen.
Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Khotimah 2010. Koefisien pada faktor usia sebesar -0,122 menunjukkan bahwa penambahan usia petani satu tahun
maka akan menurunkan tingkat inefisiensi sebesar 0,122 cateris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal dimana diduga semakin bertambah usia petani maka
akan menurunkan tingkat inefisiensi karena semakin tua petani menunjukkan semakin berpengalaman sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya.
Mayoritas petani responden di daerah penelitian berusia 46-55 tahun menunjukkan petani masih berada pada usia produktif. Selain itu, bertani ubi jalar
pun tidak membutuhkan teknik budidaya yang sulit untuk diterapkan serta tidak terlalu membutuhkan kemampuan fisik yang besar. Oleh karena itu, di lokasi
penelitian penambahan usia petani responden tidak menyebabkan peningkatan tingkat inefisiensi teknis. Pada Gambar 7 di bawah ini membuktikan bahwa
semakin tua usia petani tidak menyebabkan penurunan produktivitas ubi jalar.
Gambar 7 . Hubungan antara Usia Petani dengan Produktivitas Ubi Jalar
2. Tingkat Pendidikan Faktor tingkat pendidikan adalah lama waktu tahun yang digunakan petani
untuk menjalani pendidikan formalnya. Tingkat pendidikan diduga berpengaruh negatif tetapi tidak nyata. Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh
87 Khotimah 2010 dimana pendidikan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi
teknis. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama tingkat pendidikan formal petani maka akan menurunkan tingkat inefisiensi produksi ubi jalar. Hasil ini
sesuai dengan hipotesis awal yang telah dikemukakan. Pendidikan dapat menurunkan tingkat inefisiensi karena pendidikan pada umumnya akan
mempengaruhi cara berpikir petani. Pengetahuan membaca dan menulis dapat digunakan petani untuk membuat catatan seputar kegiatan usahataninya.
Kemampuan membaca petani juga dapat digunakan untuk membaca tulisan- tulisan seperti brosur, majalah, surat kabar, dan media cetak lainnyayang berkaitan
dengan usahataninya sehingga dapat menambah pengetahuan petani. Gambar 8 menunjukkan hubungan antara produktivitas dan lama pendidikan petani
responden di daerah penelitian.
Gambar 8 . Hubungan antara Lama Pendidikan dengan Produktivitas Ubi Jalar
3. Pengalaman Pengalaman diukur berdasarkan lamanya jumlah waktu petani telah
berusahatani ubi jalar. Tabel 29 menunjukkan bahwa pengalaman petani diduga berpengaruh positif dan nyata pada taraf nyata 5 persen terhadap efek inefisiensi.
Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Khotimah 2010. Koefisien pada faktor pengalaman sebesar 0,074 menunjukkan bahwa peningkatan pengalaman
petani satu persen justru akan meningkatkan inefisiensi teknis sebesar 0,074 persen. Hal ini bisa terjadi karena semakin lama pengalaman petani dalam
88 berusahatani ubi jalar maka akan merasa semakin benar apa yang sudah biasa
diterapkannya. Salah satu indikatornya adalah hasil produksi yang baik menurut petani sehingga petani enggan mengikuti saran-saran yang diberikan penyuluh
walaupun pada nyatanya apa yang telah diterapkannya selama bertani tidak sesuai anjuran. Gambar 9 menunjukkan hubungan antara produktivitas dan pengalaman
petani responden di daerah penelitian.
Gambar 9 . Hubungan antara Pengalaman dengan Produktivitas Ubi Jalar
4. Keikutsertaan dalam Kelompok Tani Variabel keikutsertaan dalam kelompok tani dianggap dapat mewakili
variabel pendidikan non formal petani. Ini dikarenakan dalam sebuah kelompok tani akan terdapat kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan dan pelatihan yang
merupakan bagian dari pendidikan non formal petani. Tabel 29 menunjukkan bahwa faktor keikutsertaan petani dalam kelompok tani diduga berpengaruh
negatif tetapi tidak nyata. Koefisien keikutsertaan poktan sebesar -0,010. Artinya bahwa keikutsertaan petani dalam kelompok tani akan menrunkan tingkat
inefisiensi petani dalam berusahatani ubi jalar atau menyebabkan efisiensi teknis produksi ubi jalar menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak
ikut serta dalam kelompok tani. Ini disebabkan karena pendidikan yang diperoleh petani dalam kelompok tani berupa penyuluhan dan pertemuan rutin akan
membuka wawasan petani serta menambah keterampilan dan pengalaman petani dalam mengelola usahataninya. Variabel ini berpengaruh tidak nyata karena
89 sebanyak 82,58 persen 29 orang dari seluruh responden penelitian telah
tergabung dalam kelompok tani setempat sehingga variasinya rendah. 5. Varietas yang Ditanam
Faktor varietas yang ditanam diduga memberikan pengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. Hasil perhitungan pada Tabel 29 menunjukkan bahwa varietas
yang ditanam memiliki pengaruh tidak nyata terhadap inefisiensi teknis. Nilai negatif pada variabel ini menunjukkan bahwa penggunaan varietas Ace dapat
memperkecil tingkat inefisiensi teknis dibandingkan dengan menanam varietas jenis lain. Variabel ini berpengaruh tidak nyata karena hanya sebanyak 11,43
persen saja 4 orang dari seluruh responden penelitian yang tidak menanam varietas Ace.
6. Status dalam Rumah Tangga Status dalam rumah tangga diduga akan berpengaruh positif tetapi tidak
nyata terhadap inefisiensi teknis pada taraf nyata 5 persen. Artinya petani yang berstatus sebagai kepala keluarga akan lebih tidak efisien secara teknis. Hal ini
terjadi karena status sebagai kepala keluarga menjadikan petani bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup keluarganya sehingga menuntut seseorang
untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Jika hasil dari bertani ubi jalar dirasakan belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga maka petani akan
mencari tambahan pekerjaan lain sehingga konsentrasinya terhadap usahatani ubi jalar sedikit berkurang. Petani responden di daerah penelitian, selain berusahatani
ubi jalar juga bekerja sebagai peternak. Hal tersebut dapat menyebabkan petani memluangkan waktu lebih banyak untuk mengurus ternaknya, dimana hewan
ternak harus diberi makan minimal dua kali dalam sehari berbeda halnya dengan tumbuhan.
7. Status Usahatani Status usahatani ubi jalar petani sebagai pekerjaan utamanya diduga
berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. Tabel 29 menunjukkan variabel status usahatani negatif tetapi tidak nyata. Artinya petani yang menganggap
bertani ubi jalar sebagai pekerjaan utamanya akan lebih efisien secara teknis dibandingkan dengan petani yang hanya menganggap bertani ubi jalar sebagai
pekerjaan sampingan saja. Petani yang menganggap bertani ubi jalar sebagai
90 pekerjaan utamanya lebih fokus dan bersungguh-sungguh dalam usahatani ubi
jalar. 8. Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan diduga akan berpengaruh positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap inefisiensi secara teknis. Hasil ini sesuai dengan
penelitian terdahulu oleh Khotimah 2010 dimana variabel kepemilikan lahan berpengaruh positif terhadap inefisiensi usahatani ubi jalar. Ini diduga terjadi
karena petani yang mempunyai lahan sendiri petani pemilik bebas menentukan faktor-faktor produksi yang digunakannya baik berupa lahan, peralatan, dan
sarana produksi lainnya tanpa dipengaruhi atau ditentukan oleh orang lain serta petani tidak mengeluarkan untuk untuk menyewa lahan sehingga kurang
berorientasi pada hasil produksi. Petani menganggap bahwa jika hasil produksinya rendah maka tidak akan terlalu merugikan dirinya sendiri atau orang lain. Berbeda
halnya jika petani menyewa atau menyakap lahan. Petani yang menyewa atau menyakap lahan mengeluarkan biaya untuk menyewa lahan dan menerapkan
sistem bagi hasil bagi petani penyakap sehingga mereka berusaha menggunakan input produksi yang tersedia secara efisien agar memperkecil kerugian yang
mungkin didapatkan. 9. Pola Tanam
Pola tanam tumpangsari diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. Namun demikian, pola tanam tumpangsari pengaruhnya tidak
nyata. Artinya pola tanam tumpangsari akan menurunkan inefisiensi atau menyebabkan efisiensi teknis produksi ubi lebih tinggi dibandingkan pola tanam
monokultur. Pada penelitian ini, fokus yang dilakukan hanya untuk melihat efisiensi dari
konsep efisiensi teknis saja dimana efisiensi teknis tercapai di saat sejumlah faktor produksi yang ada dapat menghasilkan output yang tinggi sedangkan kedua
konsep lainnya yaitu efisiensi harga dan efisiensi ekonomis tidak dianalisis dalam penelitian ini. Untuk itu, agar diperoleh analisis efisiensi yang lebih komprehensif
sebaiknya penelitian selanjutnya menganalisis kedua konsep lainnya yaitu efisiensi harga dan efisiensi ekonomis.
91
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN