23
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan lele Desa Lenggang yang terletak di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur,
Bangka Belitung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Gantung merupakan sentra produksi
yang membudidayakan ikan lele dumbo. Lama penelitian ini adalah 10 bulan sejak bulan Maret 2012 hingga Desember 2012.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik
pengusahaan ikan lele dumbo. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha yang terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional serta penerimaan dari pengusahaan ikan lele. Data sekunder yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini diperoleh
dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur serta Badan Pusat
Statistik BPS.
4.3. Metode Pengolahan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kasus case study. Subyek penelitian berupa kelompok yaitu Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa
Lenggang yang beranggotakan 17 orang. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat serta
karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status individu yang kemudian sifat-sifat tersebut dijadikan sebagai hal yang bersifat umum Nazir 2003.
Satuan kasus penelitian ini adalah pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa
Lenggang di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung. Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif merupakan data yang dikumpulkan, diolah menggunakan program
24 komputer Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian
dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani yang mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta
penerimaan dari hasil penjualan ikan lele. Data kualitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif meliputi hasil analisis terhadap
aspek pasar, aspek teknis, aspek manejemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan.
4.3.1. Analisis Aspek Pasar
Analisis aspek pasar yaitu bagaimana permintaan ikan lele dumbo di pasar, harga output yang dihasilkan yaitu ikan lele ukuran konsumsi serta strategi
pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang.
4.3.2. Analisis Aspek teknis
Analisis aspek teknis yaitu bagaimana teknis proses produksi yang dilaksanakan pada kegiatan pembesaran ikan lele dumbo, gambaran umum
pengusahaan pembesaran ikan lele, lokasi pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo, ketersediaan input dan output serta kapasitas produksi dan teknologi yang
dipakai oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang.
4.3.3. Analisis Aspek Manajemen dan Hukum
Pengkajian aspek manajemen dan hukum didasarkan pada struktur pengelola usaha, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab pihak yang terlibat
dalam usaha dan pelaksanaan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo di lapangan. Aspek hukum yang dikaji adalah bagaimana jaminan-jaminan yang bisa
disediakan bila menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin.
4.3.4. Analisis Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi
Analisis aspek sosial, budaya dan ekonomi dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh berjalannya kegiatan
25 pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan
Lele Desa Lenggang terhadap masyarakat sekitar maupun kelompok tani itu sendiri.
4.3.5. Analisis Aspek Lingkungan
Analisis aspek lingkungan yaitu menganalisis dampak lingkungan yang terjadi akibat berjalannya pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh
Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang.
4.3.6. Analisis Aspek Finanasial
Analisis yang diperhitungkan dalam aspek finansial meliputi biaya-biaya yang harus dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan
produk berdasarkan skala usaha dan teknologi yang digunakan. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang
dilakukan selama satu periode. Menurut Kadariah et al. 1999, salah satu metode yang dipakai dalam melihat kelayakan dari sisi finansial adalah dengan metode
cashflow. Beberapa kriteria yang dipakai adalah nilai bersih sekarang Net Present Value, rasio manfaat biaya bersih Net Benefit and Cost Ratio, tingkat
pengembalian investasi Internal Rate of Return dan masa pengembalian investasi Payback Period.
4.3.6.1. Net Present Value NPV
Net Present Value merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih
tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan yang dihasilkan oleh perhitungan NPV secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
1 Keterangan:
B
t
= Manfaat pada periode ke-t C
t
= Biaya pada periode ke-t
26 t
= Periode kegiatan bisnis t = 0, 1, 2, 3, …. n i
= Tingkat suku bunga Discount Rate =
Discount Factor DF pada periode ke-t
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: • NPV 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan layak dan dapat
dilaksanakan. • NPV 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan atau merugi dan proyek sebaiknya tidak dilaksanakan. • NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal atau proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
4.3.6.2. Net Benefit and Cost Ratio Net BC Ratio
Net Benefit and Cost Ratio Net BC Ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahunperiode keuntungan
bersih positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif Nurmalina et al. 2009. Net BC Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap tahunperiode
biaya yang telah dikeluarkan selama umur usaha. Rumus untuk menghitung Net BC Ratio adalah sebagai berikut:
Net BC =
∑ ∑
Keterangan: B
t
= Manfaat pada periode ke-t C
t
= Biaya pada periode ke-t t
= Periode i
= Tingkat suku bunga Discount Rate =
Discount Factor DF pada periode ke-t Untuk Bt – Ct 0
Untuk Bt – Ct 0
27 Kriteria yang berlaku:
Net BC 1, artinya usaha layak untuk dilaksanakan.
Net BC 1, artinya usaha tidak layak untuk dilaksanakan.
4.3.6.3. Internal Rate of Return IRR
Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan yang ditunjukkan dengan mengukur Internal
Rate of Return IRR Nurmalina et al. 2009. IRR merupakan tingkat discount rate DR yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Suatu bisnis dikatakan layak
apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital yang umumnya dihitung dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate
yang lebih rendah menghasilkan NPV positif dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi yang menghasilkan NPV negatif Nurmalina et al. 2009. Rumus
untuk menghitung IRR adalah:
Keterangan: i’
= Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV 0 i’’
= Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV 0 NPV
+
= NPV positif = NPV negatif
Kriteria yang berlaku: IRR i, maka usaha layak untuk dilaksanakan.
IRR i, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan.
4.3.6.4. Payback Period PP
Analisis Payback Period PP merupakan analisis suatu jangka waktu
periode kembalinya seluruh investasi kapital yang ditanamkan mulai dari permulaan usaha sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan sehingga
28 mencapai jumlah keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan dengan
menggunakan aliran kas Gittinger 1986. Rumus untuk menghitung Payback Period adalah sebagai berikut:
1
Dimana: I
= Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab
= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
4.3.7. Analisis Switching Value
Analisis switching value nilai pengganti yaitu perhitungan untuk
mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow penurunan harga output atau penurunan produksi atau perubahan komponen
outflow peningkatan harga input atau penigkatan biaya produksi yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak Nurmalina et al. 2009. Perhitungan ini
didasarkan pada besar perubahan yang terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol NPV = 0.
29
V GAMBARAN UMUM USAHA
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1. Letak dan Keadaan Alam
Kabupaten Belitung Timur merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Belitung yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 2004
dengan Kota Manggar sebagai Ibu kotanya. Kabupaten Belitung Timur terletak antara 107°45’ BT sampai 108°18’ BT dan 02°30’ LS sampai 03°15’ LS serta
masih terletak satu daratan dengan Kabupaten Belitung yaitu di pulau Belitung. Adapun batas-batas Administrasi Wilayah Kabupaten Belitung Timur
adalah sebagai berikut:
1
Batas Utara : Laut Cina Selatan,
2
Batas Timur : Selat Karimata,
3
Batas Selatan : Laut Jawa,
4
Batas Barat : Kabupaten Belitung. Kabupaten Belitung Timur terdiri dari tujuh kecamatan dan 30 desa
dengan luas seluruh mencapai 250.691 ha atau 2.506,91 km
2
. Kabupaten Belitung Timur memiliki iklim topis dan basah yang dengan variasi hujan bulanan pada
tahun 2004 antara 0 mm sampai 867,5 mm, dengan jumlah hari hujan antara 0 sampai 27 hari setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember
dan temperatur udara antara 21,5°C sampai 32,9°C, kelembaban udara antara 77 persen sampai 93 persen, dan tekanan udara antara 1009,4 mb sampai 1011,5 mb.
Kecamatan Gantung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Belitung Timur yang terletak di sebelah selatan dan berbatasan langsung dengan
Kota Manggar, Ibu Kota Kabupaten Belitung Timur serta memiliki luas 54.630 ha atau 21,79 persen dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Belitung Timur.
Secara geografis Kecamatan Gantung merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0-500 meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas
wilayahnya adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Kampit dan Kota Manggar, sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Badau dan Kecamatan Dendang, serta sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Dendang dan Laut Jawa. Kecamatan
30 Gantung dibagi menjadi tujuh desa antara lain Desa Gantung, Desa Lintang, Desa
Jangkar Asam, Desa Lenggang, Desa Renggiang dan Desa Selinsing. Lokasi penelitian analisis kelayakan pengusahaan pembesaran ikan lele
dumbo adalah Desa Lenggang yang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur dengan luas wilayah 3.800 ha.
Desa Lenggang merupakan salah satu daerah sentra pertanian dan perkebunan dengan kisaran luas lahan pertanian 30,54 ha dan perkebunan 221,78 ha. Akses
jalan yang menghubungkan antara Desa Lenggang dengan desa lainnya serta kecamatan lainnya sangat mudah dengan kondisi yang sangat baik sehingga
memungkinkan untuk pengiriman produk ke berbagai kecamatan di Pulau Belitung dengan sangat cepat.
5.1.2. Kependudukan
Penduduk Kecamatan Gantung berjumlah 23.092 jiwa dengan komposisi laki-laki dan perempuan masing-masing 11.921 jiwa dan 11.171 jiwa. Sedangkan
komposisi jumlah penduduk Desa Lenggang berdasarkan jenis kelamin adalah 1.943 laki-laki dan 1.961 perempuan BPS 2011.
5.1.3. Prasarana dan Sarana
Prasarana dan sarana yang ada di Kecamatan Gantung terdiri atas prasarana dan sarana transportasi, komunikasi, air bersih, irigasi, pemerintahan,
peribadatan, kesehatan, pendidikan, olahraga, kesenian, pariwisata, kemananan dan perdagangan. Prasarana dan sarana tersebut memegang peranan penting
dalam memperlancar kegiatan pembangunan di Kecamatan Gantung karena dapat mempermudah penduduk dalam melakukan kegiatan sehari-harinya, serta dapat
menunjang kegiatan usaha dalam bidang perikanan khususnya pengusahaan pembesaran ikan lele.
5.2. Gambaran Umum Usaha Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele
Desa Lenggang
Pada umumnya, sebelum mengenal dan melakukan usaha di bidang perikanan, penduduk Kecamatan Gantung sudah terbiasa dengan kegiatan
pertanian, perkebunan dan pertambangan. Pada tahun 2007 pemerintah Kabupaten
31 Belitung Timur mulai memperkenalkan kegiatan budidaya ikan air tawar sebagai
mata pencaharian alternatif bagi masyarakat dengan alasan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di masyarakat berupa lahan pekarangan yang luas.
Namun, program tersebut dijalankan dengan membina beberapa kelompok tani di beberapa kecamatan di Kabupaten Belitung Timur. Salah satu kelompok tani yang
dibina adalah kelompok tani yang ada di Kecamatan Gantung. Pembinaan tersebut diawali oleh inisiatif Kepala Desa Lenggang untuk mencari pekerjaan sampingan
yang memungkinkan bisa menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Lenggang sebagai pengganti mata pencaharian sektor pertambangan dengan
memanfaatkan pekarangan rumah. Kepala Desa Lenggang mengundang Dinas Kelautan dan Perikanan dengan mengadakan pelatihan budidaya ikan lele dengan
kolam terpal karena dinilai lebih mudah dalam pelaksanaannya. Kemudian masyarakat tertarik untuk berbudidaya ikan lele karena adanya potensi terutama
lahan milik sendiri yang berada di sekitar lingkungan rumah yang luas, modal yang digunakan untuk investasi kecil dan pasar yang dituju sudah jelas karena
adanya jaminan dari pemerintah. Selain itu, usaha tersebut tidak menyita waktu bagi pembudidaya yang sudah memiliki kegiatan lain sebagai kegiatan utama
karena pemeliharaan ikan lele hanya terfokus pada pagi hari dan sore hari. Kemudian dibentuk suatu kelompok tani yaitu Kelompok Tani Pembudidaya Ikan
Lele Desa Lenggang. Pada saat ini usaha tersebut masih bersifat sampingan karena usaha
tersebut masih tergolong baru. Namun pada saatnya nanti petani atau penambang yang tergabung dalam kelompok tani tersebut ingin beralih untuk melakukan
kegiatan budidaya ikan lele menjadi usaha yang bersifat utama dikarenakan kegiatan usaha budidaya ikan lele lebih cepat menghasilkan uang apabila
dibandingkan dengan kegiatan menanam tanaman pertanian dan perkebunan. Namun kegiatan budidaya ikan lele lebih lambat dibandingkan dengan kegiatan
pertambangan timah. Risiko yang tinggi pada kegiatan pertambangan timah adalah menjadi salah satu alasan keinginan untuk berpindah pada kegiatan
budidaya ikan karena lebih mudah dan bisa dilakukan di pekarangan rumah yaitu dengan sistem kolam terpal.
32 Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang dapat lebih
mudah mendapatkan informasi mengenai dunia perikanan baik cara budidaya dan pemasarannya karena adanya pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan serta alat telekomunikasi yang mendukung sudah masuk ke desa. Kendala khusus yang masih dihadapi adalah masalah teknis,
namun dengan adanya penyuluhan dan pelatihan yang telah dilakukan dalam beberapa waktu, kelompok tani tersebut mulai menguasai teknik pemeliharaan
ikan lele dengan baik. Selain itu, kelompok tani tersebut juga mendapat bantuan dari pemerintah berupa pakan dan benih, serta didukung oleh keadaan alam yang
potensial dalam melakukan kegiatan budidaya. Sumber air yang digunakan pembudidaya ikan lele di Desa Lenggang
adalah air sumur yang dihisap dan dialirkan ke kolam terpal yang dibangun di pekarangan rumah. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang
menggunakan kolam terpal untuk tempat pembesaran karena lebih mudah dan murah dibandingkan dengan membangun kolam semen atau kolam tanah. Hal
tersebut berhubungan erat dengan jumlah investasi yang akan dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan usaha. Selain itu, penggunaan kolam terpal sebagai media
pembesaran ikan lele sangat praktis dan cocok untuk pembudidaya pemula dan sesuai dengan kondisi masyarakat di Kabupaten Belitung Timur atau Desa
Lenggang khususnya yang masih baru menggeluti usaha tersebut. Kegiatan pengusahaan ikan lele berjalan lancar pada musim pertama dan
kedua atau saat awal pembentukan dan mulai menghadapi kendala pada triwulan ketiga. Para anggota kelompok tani merasa kegiatan usaha yang dijalankan tidak
menguntungkan lagi. Salah satu penyebabnya adalah bantuan benih dan pakan sudah tidak lagi diberikan. Benih yang digunakan pada musim berikutnya
dianggap memiliki kualitas yang rendah sehingga hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, pasokan input benih berkurang sehingga banyak
kolam terpal yang kosong. Hal tersebut menyebabkan beberapa anggota kelompok tani yang aktif menurun dari jumlah keseluruhan 23 orang menjadi 17 orang.
Namun, pada triwulan keempat, ada peningkatan jumlah input yang diusahakan oleh anggota kelompok tani sehingga terjadi peningkatan produksi. Rencana
untuk triwulan berikutnya adalah peningkatan jumlah input untuk
mengoptim dalam kel
memberik anggota K
pada gamb
Gambar 2 malkan pen
ompok tani kan penerim
Kelompok T bar 2.
2. Kolam T Lenggang
nggunaan ko i tersebut d
maan yang d Tani Pembu
Terpal Milik g
olam yang an perbaika
diinginkan. udidaya Ika
k Kelompo dimiliki ol
an teknik bu Gambar ko
an Lele De
ok Tani Pem leh masing-
udidaya aga olam terpal
esa Lengga
mbudidaya -masing an
ar hasil pro l milik beb
ang dapat d
Ikan Lele
33 ggota
oduksi berapa
dilihat
Desa
34
VI ANALISIS ASPEK NONFINANSIAL
6.1. Aspek Pasar