35 sederhana yaitu dari mulut ke mulut. Strategi yang sederhana tersebut tidak
menghambat sampainya produk ke konsumen sehingga dapat dikatakan layak. Harga jual ikan lele ukuran konsumsi adalah harga yang telah ditetapkan
oleh pengusaha ikan lele dan disepakati oleh pembeli yang terdiri dari warung pecal lele dan restoran yaitu Rp25.000,00 per kg. Harga jual tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan harga yang berlaku di Pulau Jawa yaitu berkisar Rp10.000,00-Rp13.000,00. Namun, harga jual yang tinggi tersebut tetap diterima
oleh konsumen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengusahaan ikan lele tersebut layak.
Berdasarkan kondisi jumlah permintaan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah penawaran, strategi sederhana yang tidak menghambat sampainya
produk ke konsumen, dan harga jual yang berlaku dapat diterima oleh konsumen, maka pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani
Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ditinjau dari aspek pasar layak untuk dilaksanakan.
6.2. Aspek Teknis
Lokasi tempat diusahakannya pembesaran ikan lele dumbo oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang adalah di pekarangan rumah
masing-masing anggotanya dan terletak persis di tepi jalan raya Laskar Pelangi yang berujung pada jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Belitung Timur
dan Kabupaten Belitung. Pertimbangan penentuan lokasi tersebut selain untuk mempermudah dalam pengawasan dan pemeliharaan adalah kemudahan akses
bahan baku dan akses pasar serta kondisi infrastruktur yang baik. Bahan baku utama dalam pengusahaan ikan lele dumbo adalah benih dan pakan. Kelompok
tani tersebut mendapatkan benih dari Desa Air Jelutung Kabupaten Belitung yang terletak sekitar 60 km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Pakan dapat
diperoleh di Kota Tanjungpandan Kabupaten Belitung dengan jarak tempuh 80 km atau dengan waktu tempuh sekitar 60 menit menggunakan kendaraan
bermotor. Pembelian benih diorganisir oleh satu bagian dalam struktur organisasi yaitu bagian pembelian.
36 Teknis pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan
Lele Desa Lenggang dimulai dengan persiapan kolam. Kolam yang dipakai adalah kolam terpal yang dibangun di atas tanah pekarangan masing-masing anggota
kelompok tani tersebut. Kolam terpal yang telah dibangun diisi dengan air sampai dengan kedalaman 30-40 cm. Sumber air yang digunakan berasal dari sumur.
Sistem pengairannya secara mekanis yaitu menggunakan pompa air sebagai alat untuk mengisi air ke dalam kolam terpal. Air yang sudah diisi ke dalam kolam
terpal dibiarkan selama 3 hari agar parasit yang menjangkiti kolam mati. Kegiatan
selanjutnya setelah kolam terpal terisi air adalah penebaran
benih. Benih ditebar pada waktu pagi dan sore hari saat suhu rendah untuk menghindari tingkat kematian yang tinggi karena ikan stres. Benih ikan lele
dumbo yang digunakan adalah benih berukuran 5-6 cm. Benih tersebut dipelihara hingga mencapai berat 125-160 gram atau berukuran 6-8 ekor per kilogram. Lama
pemeliharaan ikan lele dumbo untuk menghasilkan berat 6-8 ekor per kilogram adalah 2,5-3,0 bulan. Benih yang ditebar sebanyak 100 ekor per m
2
. Panen
dilakukan sekaligus dengan penyortiran dimulai dari 2 bulan setelah tebar benih sampai 3 bulan setiap 1-2 minggu sekali, sehingga dalam setahun petani dapat
melakukan panen 4 kali dalam setahun. Namun, penebaran benih yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang masih di bawah
kapasitas. Kapasitas kolam yang ada dapat menampung 59.900 ekor per triwulan musim atau 239.600 per tahun, sedangkan benih yang telah ditebar selama
berjalannya kegiatan pengusahaan empat triwulan hanya 98.500 ekor atau hanya terpakai sekitar 41,11 persen dengan kepadatan tebar 100 ekor per m
2
. Jumlah penebaran benih Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang selama
setahun berjalan atau empat triwulan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penebaran Benih Ikan Lele pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang per Triwulan dengan Kepadatan Kolam 100
ekor per m
2
Triwulan Jumlah Penebaran
Benih Ekor Kapasitas Kolam
Ekor Persentase
1 25.000 59.900
41,74 2 18.000
59.900 30,05
3 15.000 59.900
25,04 4 40.500
59.900 67,61
Total 98.500 239.600
41,11
37 Pemeliharaan ikan lele yang terpenting adalah pemberian pakan.
Pemberian pakan dapat memacu pertumbuhan pada benih ikan lele. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan yaitu pelet bermerek PF 1000, Hi-Pro-Vite 781-2
dan Hi-Pro-Vite 781. Perbedaan penggunaan pelet adalah berdasarkan ukuran butiran karena menyesuaikan dengan bukaan mulut ikan lele. Pelet PF-1000
memiliki butiran yang sangat kecil yaitu 1,3-1,7 milimeter sehingga cocok diberikan pada ikan lele saat awal tebar hingga minggu keempat setelah tebar. Isi
satu karung pelet PF-1000 adalah 10 kg untuk 1000 ekor ikan lele. Harga per karungnya Rp175.000,00. Pelet Hi-Pro-Vite 781-2 memiliki ukuran butiran 2
milimeter. Pelet merek ini digunakan oleh sebagian kecil anggota Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang sebagai pelet peralihan sebelum Pelet Hi-
Pro-Vite 781 yang memiliki ukuran butiran lebih dari 2 milimeter. Namun, sebagian besar anggota kelompok tani langsung menggunakan pelet Hi-Pro-Vite
781 mulai dari minggu kelima setelah tebar hingga panen dengan alasan kepraktisan dan sebagian besar bukaan mulut lele sudah bisa menerima ukuran
butiran tersebut. Dosis pemberian pelet Hi-Pro-Vite 781-2 adalah 1 karung per 1000 ekor ikan lele mulai dari minggu keempat hingga minggu keenam. Isi satu
karung pelet Hi-Pro-Vite 781-2 adalah 30 kg dengan harga Rp265.000,00 per karung. Dosis pelet Hi-Pro-Vite 781 adalah 2 karung per 1000 ekor ikan lele. Isi
satu karung pelet Hi-Pro-Vite 781 adalah 30 kg dengan harga Rp265.000,00. Gambar merek pelet yang digunakan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele
Desa Lenggang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3
Ke Lenggang
survival ra yang baik
jumlah pa dilakukan
tertera pad oleh Dina
panen yan dikarenaka
kelancaran Ikan Lele
dengan pe Se
Pengontro Pencegaha
dilakukan biasanya
Penangana . Merek Pak
Lele Desa endala yang
terkait de ate yaitu ha
k adalah 73- akan dan
oleh kelom da label pel
as Kelautan ng didapat
an ketersed n distribusi
e Desa Len embudidaya
lain pember olan ini be
an serangan dua mingg
disebabkan an hama dap
kan yang D a Lenggang
g dihadapi o engan benih
anya 64 pers -86 persen y
kepadatan mpok tani
et atau stan n dan Perik
juga tidak diaan pakan
dari Pulau nggang har
a ikan lele la rian pakan,
erupa penc n penyakit
gu sekali s n oleh sisa-
pat dilakuk igunakan O
g oleh Kelomp
h dan paka sen. Sedang
yang ditent kolam Gu
tersebut se ndar teknis p
kanan Kabu k sesuai de
ikan lele di u Jawa. Sel
rus bersaing ainnya yang
pemelihara cegahan da
dapat dila sekaligus d
sisa makan an dengan m
Oleh Kelomp
pok Tani Pe an adalah r
gkan tingkat ukan oleh k
ustav 1998 ering tidak
pemberian p upaten Beli
engan yang i Pulau Beli
ain itu, Ke g untuk m
g ada di selu aan berikutn
an penanga akukan den
dengan kegi nan yang m
memberi pe pok Tani Pe
embudidaya rendahnya
t survival ra kualitas air
8. Pemberi sesuai den
pakan yang itung Timur
g diharapka itung masih
lompok Ta endapatkan
uruh Pulau B nya adalah p
anan hama ngan pengg
iatan penyo mengendap
enutup kolam embudidaya
a Ikan Lele rata-rata ti
ate ikan rata dan rasio a
ian pakan ngan dosis
telah dianju r sehingga
an. Hal ter h tergantung
ani Pembud n pakan ter
Belitung. pengontrola
a dan peny gantian air
ortiran. Pen di dasar ko
m berupa ja
38 a Ikan
Desa ngkat
a-rata antara
yang yang
urkan hasil
rsebut g oleh
didaya rsebut
an air. yakit.
yang nyakit
olam. aring.
39 Kegiatan selanjutnya dalam proses budidaya ikan lele adalah penyortiran.
Penyortiran pertama dilakukan setelah ikan lele berumur 3-4 minggu setelah tebar. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran lele dumbo yang seragam dan
meminimalisir terjadinya kanibalisme akibat perbedaan ukuran dalam satu kolam. Penyortiran berikutnya dilakukan selama 2-3 minggu sekali, tergantung
penampakan keseragaman ikan lele dumbo di kolam. Kegiatan penyortiran pada dua bulan setelah tebar benih biasanya diikuti dengan kegiatan pemanenan awal
karena pada umur tersebut sudah terdapat ikan lele dumbo yang sudah berukuran konsumsi yaitu 125-167 gram per ekor. Pemanenan selanjutnya dilakukan setiap
1-2 minggu sekali hingga akhir bulan ketiga ikan lele terpanen semua. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan pembesaran ikan lele yang
dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang belum layak sepenuhnya. Aspek teknis ditinjau dari lokasi sangat cocok untuk kegiatan
pengusahaan karena kemudahan dalam akses pasar, akses bahan baku dan pengawasan sehingga dapat dikatakan layak. Namun, beberapa kriteria lain
menyebabkan pengusahaan pembesaran ikan lele kelompok tani ini masih belum layak. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat survival rate yang rendah 64 persen
atau belum mencapai tingkat survival rate rata-rata ikan yang baik 73-86 persen. Penyebab ketidaklayakan aspek teknis lainnya adalah pemberian pakan belum
sesuai standar yang dianjurkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur akibat ketersediaan pakan buatan yang masih kurang.
Ketersediaan pakan yang kurang tersebut disebabkan oleh persaingan untuk mendapatkan pakan dengan pembudidaya lain dan ketergantungan dengan
kelancaran distribusi dari Pulau Jawa. Selain itu, penebaran benih yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang juga masih di bawah
kapasitas seharusnya. Namun, kendala yang menyebabkan ketidaklayakan usaha tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara, diantaranya dengan mengadakan
koordinasi dengan penyedia pakan agar kegiatan produksi akan tetap berjalan, menaikkan tingkat survival rate menjadi tingkat survival rate rata-rata ikan yang
baik dan meningkatkan jumlah benih tebar hingga sesuai dengan kapasitas yang seharusnya.
40
6.3. Aspek Manajemen dan Hukum