4 Oleh karena itu, perlu dilakukannya studi kelayakan bisnis untuk
meyakinkan bahwa usaha tersebut memberikan manfaat atas investasi yang telah dikeluarkan dengan menggunakan asumsi-asumsi dasar studi kelayakan bisnis
sehingga suatu usaha tersebut dapat dikatakan layak. Analisis yang dilakukan berupa analisis finansial dengan beberapa kriteria kelayakan usaha, yaitu Net
Present Value NPV, Net BC Ratio, Internal Rate of Return IRR, dan Payback Period PP serta melihat hasil switching value yaitu seberapa peka usaha tersebut
terhadap perubahan yang berkaitan dengan manfaat dan biaya. Selain itu, perlu dilakukan juga analisis aspek nonfinansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk
menyusun alternatif-alternatif demi kemajuan usaha dan memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo masih terdapat berbagai kendala baik dari segi input dan output. Faktor input yang dapat mempengaruhi
keberhasilan produksi lele dumbo konsumsi adalah harga pakan pabrik yang mahal yaitu mencapai Rp265.000,00 per karung berisi 30 kg. Hal tersebut menjadi
pertimbangan bagi Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang untuk meneruskan usahanya setelah subsidi pakan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung
Timur dihentikan. Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah manfaat yang akan diterima apakah akan sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu aspek penting dalam usaha pembesaran ikan lele adalah kegiatan pemasaran. Menurut Rosmawati 2010, aspek tersebut dapat
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat, sebab upaya tersebut dapat menentukan hasil distribusi produksi perikanan dari tangan produsen ke
konsumen. Pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Belitung Timur saat ini masih didominasi oleh ikan laut. Hal ini menjadi tantangan terbesar bagi
pembudidaya ikan lele agar lebih diterima oleh masyarakat di Kabupaten Belitung Timur. Tantangan tersebut terletak pada harga yang ditawarkan relatif hampir
menyamai harga ikan laut yang menjadi konsumsi masyarakat Kabupaten
5 Belitung Timur sejak lama. Harga lele yang dijual di pasar Kabupaten Belitung
Timur mencapai Rp25.000,00 per kg, angka yang cukup besar bila dibandingkan dengan harga lele di pulau Jawa yang hanya mencapai Rp11.000,00 –
Rp15.000,00 per kg. Pada awal melakukan usaha pembesaran ikan lele juga membutuhkan
banyak investasi. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang sudah mengeluarkan biaya investasi. Namun, belum pernah dilakukan perhitungan
mengenai berapa jumlah biaya yang telah dikeluarkan. Semua biaya yang diperlukan dalam kegiatan usaha baik berjumlah besar ataupun kecil akan
diperhitungkan. Untuk itu, dibutuhkan sebuah analisis kelayakan pengusahaan ikan lele dumbo untuk melihat apakah usaha ikan lele dumbo Kelompok Tani
Pembudidaya Iken Lele Desa Lenggang ini layak untuk dilaksanakan, sehingga pengeluaran biaya investasi yang besar dapat memberikan hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, dirumuskan
pemasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana kelayakan usaha pembesaran ikan lele dumbo di daerah penelitian dilihat dari aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pembesaran ikan lele dumbo dilihat dari
kriteria investasi yaitu Net Present Value NPV, Net Benefit and Cost Ratio Net BC Ratio, Internal Rate of return IRR, dan Payback Period PP?
3. Bagaimana pengaruhnya jika terjadi peningkatan harga pakan dan penurunan
jumlah produksi pada usaha pembesaran ikan lele dumbo?
1.3. Tujuan Penelitian