Keragaan Usahatani Sayuran ANALISIS USAHATANI SAYURAN PETANI

VI. ANALISIS USAHATANI SAYURAN PETANI

RESPONDEN DI DESA CITAPEN

6.1. Keragaan Usahatani Sayuran

Sayuran merupakan jenis tanaman musiman yang memiliki umur panen pendek dan memiliki kadar air tinggi. Proses budidaya sayuran dapat dikatakan lebih mudah daripada budidaya tanaman pangan. Meskipun demikian, dalam proses budidaya sayuran bukan berarti tidak ada risiko dan harus memiliki keterampilan khusus agar budidaya sayuran dapat dilakukan secara maksimal. Pada umumnya berbeda jenis sayuran berbeda pula perlakuan dalam budidaya sayuran tersebut. Akan tetapi, secara umum langkah-langkah dalam proses budidaya sayuran meliputi : 1 persiapan lahan, yaitu pembuatan bedengan atau larik-larik tanam, pembuatan saluran irigasidrainase, serta pembuatan lubang tanam, 2 pembenihanpembibitan, bagi tanaman yang membutuhkan penyemaian, dilakukan penyemaian terlebih dahulu di tempat terpisah dari lahan utama. Sedangkan untuk benih tanaman yang dapat ditabur langsung, maka tidak perlu dilakukan penyemaian, melainkan langsung ditabur dilarik-larik tanam atau ditanam dalam lubang tanam, 3 penanaman, 4 pemupukan, 5 pemeliharaan, meliputi penyiangan dan penyulaman, dan 6 pemanenan. Pada umumnya sayuran dapat dipanen pada usia dua sampai empat bulan tergantung jenis sayurannya. Sayuran yang berumur pendek pada umumnya adalah sayuran yang habis sekali panen. Sayuran jenis ini seperti kacang- kacangan, caisin, dan ketimun. Sementara sayuran yang berumur cukup panjang pada umumnya adalah sayuran yang dapat dipanen berkali-kali. Adapun sayuran jenis ini adalah cabai, tomat, wortel, jagung sayur, dan terung. Jenis sayuran inilah yang biasa ditanam oleh petani sayuran di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Tahun 2012 ini. Petani responden biasanya tidak hanya menanam satu jenis sayuran saja, melainkan menvariasikan berbagai jenis sayuran pada satu lahan tanam atau yang biasa dikenal dengan istilah tumpangsari. Secara lebih rinci pola usahatani yang dilakukan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 28. Berdasarkan informasi pada Tabel 28, diketahui bahwa sebagian besar petani responden yaitu 64,71 persen membudidayakan sayuran dengan pola tumpangsari dan sisanya sebesar 35,29 persen membudidayakan sayuran dengan pola monokultur atau satu jenis sayuran. Pada umumnya petani melakukan pola usahatani secara tumpangsari karena ingin mendapatkan penghasilan tambahan atau memaksimalkan fungsi lahan yang tersedia. Dengan menerapkan pola usahatani tumpangsari petani akan mendapatkan penghasilan tidak hanya dari satu jenis tanaman saja. Tanaman yang ditumpangsarikan adalah tanaman yang memiliki umur panen berbeda dan bukan dari satu famili satu kelompok jenis tanaman secara morfologi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan lebih karena petani akan memperoleh pendapatan tidak hanya dari satu sumber sayuran dan pemanenan dapat dilakukan pada waktu yang berbeda sebagai akibat dari umur panen masing- masing sayuran berbeda. Meskipun demikian, pola tumpangsari juga memiliki kelemahan apabila tidak dilakukan pemeliharaan yang baik. Kelemahan tersebut yaitu terjadinya persaingan antar jenis sayuran dalam mendapatkan nutrisi tanah, sinar matahari, dan ruang tumbuh. Sehingga sayuran yang ditanam dengan pola tumpangsari umumnya tidak sebaik sayuran yang ditanam dengan pola monokultur dari segi kualitas. Tabel 28. Pola Usahatani Sayuran di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Tahun 2012 No . Pola Usahatani Anggota Gapoktan Bukan Anggota Gapoktan Jumlah Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Tumpangsari 14 80 8 57,14 22 64,71 2. Monokultur 6 20 6 42,86 12 35,29 Jumlah 70 100 14 100 34 100 Sayuran yang biasa ditumpangsarikan terdiri dari berbagai jenis sayuran, umumnya lebih dari dua jenis sayuran. Variasi sayuran dalam pola tumpangsari hampir terjadi di setiap musim tanam. Rata-rata petani responden menanam sayuran dalam tiga sampai empat musim tanam dalam satu tahun yaitu dengan umur panen rata-rata tiga sampai empat bulan. Akan tetapi, terdapat juga sayuran yang dapat ditanam hingga lima musim tanam dalam satu tahun karena umurnya yang pendek yaitu 60 hari. Jenis sayuran ini seperti kacang panjang, buncis, dan kapri. Disamping itu terdapat pula sayuran yang berumur lama hingga mencapai masa panen dengan umur delapan bulan hingga satu tahun, namun dapat dipanen berkali-kali karena pembungaan tidak terjadi hanya satu kali. Contoh sayuran jenis ini adalah cabai dan tomat. Secara lebih rinci pola tumpangsari sayuran yang dibudidayakan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 29 berikut: Tabel 29. Pola Tumpangsari Antar Jenis Sayuran yang Dibudidayakan Petani di Desa Citapen Tahun 2012 Jenis Sayuran Jumlah Petani Responden yang Menerapkan Pola Tanam Tumpangsari Anggota Gapoktan Persentase Bukan Anggota Gapoktan Persentase Cabai, Buncis, Kacang Panjang, Tomat 1 7,14 0,00 Cabai, Buncis 2 14,29 1 12,50 Cabai, Kacang Panjang, Caisin, Buncis 4 28,57 2 25,00 Cabai, Caisin, Terung 6 42,86 2 25,00 Kacang Panjang, Jagung Sayur, Timun 1 7,14 0,00 Kacang Panjang, Caisin, Timun, Buncis 8 57,14 2 25,00 Kacang Panjang, Caisin, Terung, Buncis 1 7,14 1 12,50 Tomat, Terung, Caisin, Timun 3 21,43 4 50,00 Buncis, Caisin, Tomat 0,00 1 1,00 Total Petani dengan Pola Tumpangsari 14 8 Persentase 70 57

6.2. Penggunaan Input-Input Produksi Usahatani Sayuran

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor

1 22 101

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 8 156

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 8 96

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan UD Ragheed Pangestu dengan Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi Bogor)

7 29 72