Tabel 34. Rata-Rata Jumlah Produksi, Harga, dan Penerimaan Usahatani Sayuran
Per Hektar Per Tahun di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Tahun 2012
Jenis Sayuran Rata-Rata Harga
Per Kilogram Per Tahun RpKg
Rata-Rata Petani
Rata-Rata Produksi Per Tahun KgTahun
Rata-Rata Petani
Anggota Gapoktan
Bukan Anggota
Gapoktan RpKg
Anggota Gapoktan
Bukan Anggota
Gapoktan KgTahun
Cabai 7.625
6.056 6.840
5.711 8.029
6.870 Buncis
2.793 2.533
2.663 7.388
7.348 7.368
Caisin 2.045
1.417 1.731
9.878 14.443
12.161 Kacang Panjang
2.787 3.900
3.343 9.697
4.333 7.015
Kapri 10.000
6.000 8.000
83 293
188 Terung
1.980 1.750
1.865 5.637
3.857 4.747
Tomat 1.583
2.000 1.792
13.167 15.238
14.202 Jagung Sayur
1.800 1.500
1.650 350
982 666
Kacang Damame 5.000
2.500 179
89 Timun
1.780 1.500
1.640 2.339
3.810 3.074
Rata-Rata Produksi dan
Harga
3.239 3.166
3.202 5.425
5.851 5.638
Jumlah Produksi 54.251
58.511 56.381
Total Penerimaan Per Hektar Per Tahun Rp Anggota
Gapoktan
154.699.148 Bukan Anggota
Gapoktan
157.907.025
6.5. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani mengukur seberapa menguntungkan kegiatan usahatani yang dilakukan dengan membandingkan total penerimaan dengan biaya-
biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani berlangsung. Pendapatan usahatani yang dilihat pada penelitian ini adalah pendapatan usahatani per hektar
per tahun yaitu selama tahun 2012, dengan membandingkan pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan dan petani bukan anggota Gapoktan. Besarnya
pendapatan usahatani masing-masing petani dapat dilihat pada Tabel 35.
Pendapatan merupakan pengurangan dari total penerimaan dengan biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani selama melakukan
kegiatan usahatani sayuran. Perhitungan dilakukan untuk pendapatan usahatani per hektar per tahun untuk semua jenis sayuran yang dibudidayakan selama satu
tahun tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 35, diketahui bahwa pendapatan yang diterima oleh petani bukan anggota Gapoktan lebih besar
daripada petani anggota Gapoktan. Hal ini dikarenakan pengeluaran usahatani petani anggota lebih besar daripada petani bukan anggota Gapoktan. Sementara
itu, hasil produksi yang diterima oleh petani anggota Gapoktan tidak sebaik jumlah produksi yang diterima petani bukan anggota Gapoktan. Meskipun rata-
rata harga yang diterima petani anggota Gapoktan lebih baik, namun biaya yang dikeluarkan oleh petani terlalu besar, sehingga mengurangi pendapatan total yang
seharusnya diterima petani. Disamping itu, petani anggota Gapoktan mendapatkan hasil produksi tidak sebaik petani bukan anggota Gapoktan sehingga penerimaan
total dari hasil produksi dikalikan harga yang berlaku untuk masing-masing sayuran lebih kecil jika dibandingkan dengan petani bukan anggota Gapoktan.
Tabel 35. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Sayuran Per Hektar Per Tahun di
Desa Citapen Kecamatan Ciawi Tahun 2012
Komponen Rata-rata Nilai Rupiah
Petani Anggota Gapoktan
Petani Bukan Anggota Gapoktan
Rata-rata Total Penerimaan a
154.699.148 157.907.025
156.303.087 Biaya Tunai b
14.554.639 13.048.932
13.801.787,50 Biaya Diperhitungkan c
988.431 1.335.257
1.161.844 Biaya Total Usahatani
d = b + c 15.543.070
14.384.189 14.963.632
Pendapatan atas Biaya Tunai a - b
140.144.509 144.858.093
142.501.299 Pendapatan atas Biaya Total
a - d 139.156.078
143.522.836 141.339.455
Penggunaan input yang besar namun tidak diimbangi dengan produksi yang baik menunjukkan tidak efisiennya kegiatan usahatani yang dilakukan. Hal
ini diduga terjadi karena : 1 penggunaan input-input produksi berlebihan, terutama pupuk dan obat-obatan yang justru memberikan pengaruh negatif kepada
lahan budidaya, dan 2 pengelolaan yang kurang baik oleh petani anggota Gapoktan dari segi teknis budidaya, sehingga kegiatan usahatani menjadi kurang
optimal. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pengurus Gapoktan, didapatkan keterangan-keterangan pendukung tentang faktor-
faktor yang menyebabkan hasil produksi petani anggota Gapoktan lebih rendah dibandingkan petani bukan anggota Gapoktan.
Faktor-faktor tersebut antara lain: 1 penggunaan input-input produksi yang berlebihan oleh petani anggota Gapoktan yang menyebabkan jarak tanam
dan ruang tumbuh bagi tanaman menjadi tidak teratur dan kurang baik bagi tanaman. Pengurus Gapoktan menyampaikan dari 20 petani anggota yang
bertindak sebagai responden, semua petani mengambil input pertanian dari Gapoktan. Gapoktan selalu memberikan batasan untuk setiap pengambilan input
produksi yang disesuaikan dengan kebutuhan lahan. Akan tetapi, petani tidak berkenan mengikuti arahan dari Gapoktan dengan mengambil input lebih banyak
dari yang seharusnya dibutuhkan, dengan alasan lebih baik berlebih daripada kekurangan. Saat pengaplikasian dalam penebaran benih pada umumnya petani
anggota Gapoktan yang mengambil benih dari Gapoktan mengalami kelebihan benih, namun karena terdapat kerugian jika benih yang tersisa dibuang, maka
benih ditanam semua pada lahan yang sama, sehingga terjadi kompetisi ruang tumbuh bagi calon tanaman maupun tanaman saat dewasa.
Faktor yang kedua 2 yaitu banyak sayuran dari petani anggota yang terserang hama dan penyakit. Hal ini diakui oleh pengurus Gapoktan dengan
seringnya pihak Gapoktan menerima keluhan akan kehadiran hama dan penyakit yang menyerang areal budidaya sayuran petani anggota. Faktor yang ketiga 3
yaitu petani anggota umumnya berusia lanjut sehingga kurang produktif dalam menjalankan kegiatan usahatani. Hal ini juga diakui oleh pengurus Gapoktan,
karena banyak petani anggota yang memanfaatkan jasa tenaga kerja yang disediakan oleh Gapoktan untuk meringankan pekerjaan di lahan terutama
pekerjaan yang cukup berat dalam kegiatan usahatani. Gapoktan menyediakan
cukup banyak jasa tenaga kerja buruh tani yang terdiri dari karyawan Gapoktan maupun petani yang biasa dimintai bantuan oleh Gapoktan dari desa lain. Adanya
kemudahan dalam memperoleh jasa tenaga kerja ini mengakibatkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga oleh petani anggota jumlahnya jauh lebih banyak.
Pengelolaan yang kurang baik terkait teknis budidaya oleh petani anggota Gapoktan juga disebabkan oleh kurangnya kegiatan bimbingan, pelatihan, dan
penyuluhan baik oleh pihak Gapoktan maupun penyuluh yang bertugas. Bahkan saat ini penyuluh yang seharusnya bertugas untuk wilayah Desa Citapen sudah
tidak pernah hadir lagi untuk memberikan penyuluhan. Penyuluhan maupun pelatihan-pelatihan seperti sekolah lapang dan kegiatan kunjungan juga hanya
Gapoktan berikan kepada pengurus inti masing-masing kelompok tani, baru jika terdapat kuota yang belum terpenuhi anggota biasa dapat masuk dan ikut untuk
memenuhi kuota yang kosong. Hal ini menjadi salah satu alasan petani responden kurang merasakan kegiatan bimbingan, pelatihan, dan penyuluhan kepada petani
anggota. Tujuan dari pengurus Gapoktan dengan hanya melibatkan pengurus inti masing-masing kelompok tani adalah agar nantinya masing-masing pengurus inti
kelompok tani yang akan menyampaikan pelatihan lanjutan kepada masing- masing anggotanya. Akan tetapi, fakta dilapangan belum menunjukkan
keberhasilan dari penerapan sistem tersebut.
Gapoktan Rukun Tani dalam hubungannya sebagai mitra tani memberikan fasilitas yang lebih banyak berkaitan dengan pelayanan penyediaan input produksi
dan pasca panen. Kegiatan yang berkaitan langsung dengan proses budidaya tidak terlalu banyak menonjol sehingga petani tidak terlalu dapat melihat peran
Gapoktan dalam membantu kegiatan budidaya sayuran mereka di lahan. Kegiatan penyuluhan dan bimbingan teknis yang berkaitan langsung dengan kegiatan
budidaya di lahan justru menjadi pelayanan yang masih kurang dirasakan keberadaannya oleh petani anggota. Adapun kegiatan penyuluhan yang sering
diberikan oleh dinas terkait, juga lebih banyak memfokuskan pada tanaman pangan, penyuluhan untuk hortikultura khususnya sayuran masih jarang.
Pelayanan atau fasilitas lain yang diberikan oleh Gapoktan adalah penyediaan sarana pengangkutan hasil panen dan penjaminan pasar dan harga
bagi sayuran hasil panen petani. Fungsi ini sangat nampak dan dirasakan oleh petani anggota. Fungsi ini juga diperkuat dengan hasil perhitungan pendapatan
diatas, dimana untuk biaya diperhitungkan terutama biaya pasca panen, petani anggota Gapoktan jauh lebih kecil dibandingkan petani bukan anggota Gapoktan.
Hal serupa juga berlaku untuk harga sayuran, dimana mayoritas harga sayuran yang diterima petani anggota Gapoktan lebih besar dibandingkan petani
bukan anggota Gapoktan. Prinsip Gapoktan yang tidak ingin mengambil keuntungan banyak dari penetapan harga jual kecuali untuk keperluan
pembayaran karyawan dan fasilitas pengangkutan, membuat petani menerima harga hampir serupa dengan harga di Pasar Induk TU Kemang Bogor, tempat
dimana Gapoktan menjual sayuran petani anggota selanjutnya. Fasilitas ini tentunya membantu petani memperlancar kegiatan usahataninya.
6.6. Analisis RC Rasio