Penilaian Sikap Responden Terhadap Fasilitas yang Diberikan

organisasi kelembagaannya, 10 kesesuaian aspek teknologi dan penerapannya, dan 11 pengembangan kelembagaan pendukung. Tolak ukur penilaian fasilitas dan pelayanan Gapoktan pada penelitian ini tidak semuanya menggunakan gambaran hasil penelitian Saptana, dkk 2004. Akan tetapi, mencari kesamaan antara hasil penelitian Saptana, dkk 2004 dengan kondisi aktual yang terjadi di lapangan, dengan terlebih dahulu mempelajari dan memahami hasil penelitian Saptana, dkk 2004 tersebut, kemudian dilakukan modifikasi terhadap tolak ukur yang dipakai dalam penilaian fasilitas dan pelayanan Gapoktan Rukun Tani agar tolak ukur tersebut lebih sesuai dalam menggambarkan kondisi sebenarnya, karena tidak semua gambaran hasil penelitian Saptana, dkk 2004 sesuai dengan kondisi yang terjadi di Gapoktan Rukun Tani. Setelah dilakukan pengamatan langsung ke lapangan serta mempelajari hasil penelitian Saptana, dkk 2004, dipilih 8 delapan parameter untuk mewakili tingkat kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas, serta 8 delapan pertanyaan indikator pelayanan yang mewakili tingkat kinerja Gapoktan dalam pemberian pelayanan kepada anggotan. Adapun delapan tolak ukur fasilitas yang digunakan dalam penelitian melliputi : 1 syarat awal masuk menjadi anggota Gapoktan, 2 ada tidaknya bantuan, 3 mudah sulitnya memperoleh input produksi dari Gapoktan, 4 harga input produksi, 5 intensitas bimbingan, pelatihan, dan penyuluhan kepada anggota, 6 lancar tidaknya pembayaran hasil panen petani, 7 ada tidaknya fasilitas pengangkutan hasil panen petani secara gratis, dan 8 informasi harga sayuran di tingkat petani. Sedangkan delapan pertanyaan indikator pelayanan yang jawabannya ingin diketahui pada penelitian ini terdiri dari: 1 tujuan pembentukan Gapoktan, 2 pelayanan pengurus Gapoktan kepada anggota, 3 penyediaan fasilitas dan sarana prasarana yang dibutuhkan petani oleh Gapoktan, 4 Gapoktan menghormati hak dan kewajiban anggota dengan baik dan adil, 5 penyelesaian masalah oleh Gapoktan yang ditimbulkan oleh anggota dengan non anggota maupun lingkungan sekitar, 6 kemudahan anggota dalam memperoleh informasi dan transparansi harga sayuran, 7 sikap Gapoktan dalam menerima dan mengatasi keluhan yang disampaikan oleh anggota, dan 8 peran Gapoktan dalam meningkatkan posisi tawar dan peningkatan pendapatan petani anggota.

4.5.4.1. Penilaian Sikap Responden Terhadap Fasilitas yang Diberikan

Gapoktan Penilaian sikap responden terhadap fasilitas yang diberikan oleh Gapoktan dianalisis dengan memberikan skor penilaian kinerja kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor dilakukan dengan menggunakan skala likert. Pengukuran penilaian dilakukan dengan menghadapkan responden pada beberapa pertanyaan, kemudian responden diminta untuk memberikan jawaban atau tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dalam skala tersebut. Jawaban-jawaban tersebut diberikan skor 1-3 dengan pertimbangan skor terbesar adalah tiga 3 untuk jawaban yang paling mendukung dan skor terendah adalah satu 1 untuk jawaban yang paling tidak mendukung fasilitas yang diberikan Gapoktan. Berdasarkan hasil perolehan skor dari hasil wawancara dengan responden, selanjutnya dilakukan rentang skala atau selang untuk menentukan kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas. Selang diperoleh dari selisih skor tertinggi dengan skor minimal dibagi jumlah kategori jawaban Umar, 2005. nilai maksimal – nilai minimal Selang = Jumlah kategori jawaban Berdasarkan perolehan nilai selang, selanjutnya ditentukan skor penilaian kinerja Gapoktan dengan membagi tiga skor diantara total nilai minimal sampai total nilai maksimal hingga diperoleh tiga selang penilaian kinerja. Selang terendah menunjukkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas belum baik, sementara selang tertinggi menunjukkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas sudah baik. Dari nilai tersebut kemudian dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian. Penilaian jawaban atau tanggapan responden terhadap kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas dibagi ke dalam tiga kategori yaitu baik, cukup baik, dan belum baik. Kategori penilaian merupakan kesimpulan dari nilai skor yang diperoleh. Nilai skor didapat dari hasil pengalian skor terendah 1 dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu 8 parameter dan jumlah responden yang sudah ditentukan yaitu 20 responden yang bergabung dengan Gapoktan. Nilai skor dapat ditulis dengan rumus 1 x 8 x 20 = 160 untuk skor terendah. Sedangkan nilai skor tertinggi yaitu 720 diperoleh dari rumus 3 x 8 x 20 = 480 dimana angka 3 menunjukkan skor tertinggi, 8 merupakan jumlah parameter yang digunakan dan 20 menunjukkan jumlah responden yang diwawancarai. Nilai skor yang diperoleh antara 160 - 480. Setelah diperoleh nilai skor, selanjutnya dilakukan penentuan selang dengan cara pengurangan antara nilai skor maksimum dengan nilai skor minimum dan hasilnya dibagi dengan banyaknya kategori pilihan, dan selanjutnya dikurangi satu. Nilai penentuan selang ini dapat ditulis dengan rumus: 480 - 160 3 Setelah didapatkan nilai penentuan selang, dapat ditentukan masing- masing rentang skala nilai yaitu dengan memberi selang pada setiap rentang skala nilai sebesar 106. Skala rentang penilaian yang diperoleh untuk setiap kategori penilaian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Skala dan Kategori Penilaian Fasilitas Gapoktan Kategori Penilaian Rentang Skala Belum Baik 160-266 Cukup Baik 267-372 Baik 373-480 Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa jika total skor yang diperoleh dari hasil penilaian dan pemberian skor pada 8 delapan parameter tolak ukur fasilitas yang ditanyakan kepada responden berada pada rentang nilai antara 160- - 1 - 1 = 106 266, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas belum baik. Jika total skor berada pada rentang nilai 267-372, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas cukup baik. Sementara jika total skor yang diperoleh berada pada rentang nilai 373-480, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Gapoktan dalam pemberian fasilitas sudah baik. 4.5.4.2. Penilaian Sikap Responden Terhadap Pelayanan Gapoktan Kinerja kelembagaan dapat dilihat dari kemampuannya dalam memberikan manfaat dan pelayanan kepada petani anggota secara efektif sesuai dengan yang diharapkan anggota. Kinerja kelembagaan diukur berdasarkan kriteria penilaian dari petani anggota secara langsung. Indikator-indikator pelayanan yang ditanyakan banyak mengacu kepada hasil penelitian Saptana, dkk 2004, karena memiliki beberapa persamaan dengan hasil pengamatan di lapangan. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan dianalisis secara deskriptif. Data diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam kepada petani anggota maupun pengurus Gapoktan. Pada setiap indikator pelayanan yang ditanyakan, petani responden diminta untuk memberikan penilaiannya dengan memberikan jawaban dari tiga tingkatan kategori jawaban yaitu setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Pertanyaan indikator pelayanan dibuat sejelas mungkin dengan terlebih dahulu memberikan penjabaran atau deskripsi, dan penjelasan kepada responden untuk setiap pertanyaan berikut penjelasan dari setiap pilihan jawaban, sehingga responden dapat dengan mudah memahami maksud dari pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Setiap tingkatan jawaban dari masing-masing pertanyaan dihitung berapa jumlah responden yang menjawab setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Setelah setiap tingkatan jawaban diketahui jumlah responden yang memilih, selanjutnya dilakukan persentase terhadap jumlah responden yang memilih pada masing-masing jawaban dengan jumlah total responden yaitu 20 orang. Setelah semua jawaban dari delapan indikator pelayanan dihitung, untuk mengetahui hasil akhir ataun kesimpulan, dilakukan perhitungan untuk mencari nilai rata-rata dalam bentuk persentase untuk masing-masing tingkatan jawaban. Pelayanan Gapoktan dikatakan “cukup baik” apabila lebih dari 50 persen responden menjawab “setuju” untuk indikator pelayanan yang ditanyakan. Sebaliknya, apabi la kurang dari 50 persen responden menjawab “kurang setuju” atau “tidak setuju”, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan Gapoktan “belum baik” atau bahkan “tidak baik”.

4.5.4.3. Penilaian Kinerja Gapoktan oleh Petani Bukan Anggota Gapoktan

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor

1 22 101

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 8 156

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 8 96

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan UD Ragheed Pangestu dengan Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi Bogor)

7 29 72