Analisis Titik Impas Break Event Point

6.7. Analisis Titik Impas Break Event Point

Analisis titik impas perlu diketahui dalam analisis usahatani karena mengukur berapa rupiah minimal yang harus diterima petani per kilogram hasil panen agar kegiatan usahatani tidak mengalami kerugian atau minimal mampu menutupi biaya produksi. Titik impas diperoleh dengan menghitung total biaya yang digunakan dalam kegiatan usahatani dibandingkan dengan jumlah produksi yang dihasilkan petani. Data pada Tabel 37 menunjukkan rata-rata nilai titik impas petani responden dalam melaksanakan usahatani sayuran per hektar per tahun pada tahun 2012. Berdasarkan informasi pada Tabel 37, diketahui bahwa nilai BEP untuk petani anggota Gapoktan sebesar Rp 286,5 Kg lebih besar daripada petani bukan anggota Gapoktan yaitu sebesar Rp 245,84Kg. Nilai BEP ini menunjukkan bahwa agar petani anggota Gapoktan tidak mengalami kerugian atau minimal biaya produksi tertutupi, harga rata-rata per kilogram sayuran per tahun minimal harus mencapai angka Rp 286,50Kg. Sedangkan biaya produksi usahatani petani bukan anggota Gapoktan sudah dapat tertutupi pada harga rata-rata sayuran per hektar sebesar Rp 245,84Kg pada tahun 2012. Nilai BEP yang lebih kecil yang diperoleh petani bukan anggota Gapoktan menunjukkan kegiatan usahatani yang dijalankan petani bukan anggota Gapoktan lebih maksimal dan lebih efsien karena petani mampu menekan biaya produksi dengan tanpa mengurangi kualitas hasil panen yang dihasilkan. Adapun petani anggota Gapoktan, penghematan terhadap penggunaan input-input produksi perlu dilakukan, terutama bagi tanaman yang ditanam dengan pola tanam tumpangsari. Tabel 37. Rata-Rata Nilai Titik Impas Break Event Point Usahatani Sayuran Per Hektar Per Tahun di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Tahun 2012 Komponen Rata-rata Nilai Petani Anggota Gapoktan Petani Bukan Anggota Gapoktan Rata-rata Total Biaya Usahatani Rp a 15.543.070 14.384.189 14.963.632 Total Produksi Kg b 54.251 58.511 56.381 Nilai BEP RpKg c = a b 286,50 245,84 265,40 Nilai BEP ini sudah dipenuhi oleh masing-masing petani baik petani anggota Gapoktan maupun petani bukan anggota Gapoktan karena harga rata-rata sayuran per kilogram per tahun yang diterima oleh petani lebih besar dari nilai titik impasBEP yaitu sebesar Rp 3.239Kg untuk petani anggota Gapoktan dan Rp 3.166Kg untuk petani bukan anggota Gapoktan. Berdasarkan perhitungan nilai BEP, dapat diketahui bahwa usahatani sayuran yang dijalankan baik petani anggota maupun petani bukan anggota Gapoktan per hektar selama satu tahun pada tahun 2012 memberikan keuntungan yang cukup baik.

VII. PENILAIAN KINERJA KELEMBAGAAN GAPOKTAN

RUKUN TANI DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI

7.1. Penilaian Sikap Responden Terhadap Fasilitas Gapoktan

Kelembagaan Gapoktan dikatakan penting keberadaannya apabila mampu memberikan manfaat bagi para anggotanya. Gapoktan Rukun Tani sebagai satu- satunya Gapoktan yang berada di Desa Citapen mencoba memberikan manfaat kepada anggota melalui berbagai pemberian fasilitas dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Gapoktan Rukun Tani terdiri dari tujuh Kelompok Tani yang memiliki fokus pengembangan komoditi yang berbeda-beda. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis peran Gapoktan dalam meningkatkan kesejahteraan petani sayuran. Oleh karena itu, tidak semua kelompok tani yang terhimpun dalam Gapoktan Rukun Tani dianalisis. Kelompok Tani yang menjadi fokus penelitian adalah Kelompok Tani Pondok Menteng dan Kelompok Tani Tani Jaya. Kedua kelompok tani ini memiliki fokus pengembangan terhadap komoditi sayuran karena sebagian besar anggota dari kelompok tani ini membudidayakan sayuran sebagai komoditas andalan usahatani yang dijalankan. Pengukuran tingkat kepentingan ini diketahui dari hasil wawancara dengan responden terhadap kinerja Gapoktan dalam memberikan faslitas yang dibutuhkan dan diharapkan oleh petani yang mampu mendukung dan memperlancar kegiatan usahataninya. Wawancara dilakukan secara mendalam kepada responden dari kedua kelompok tani untuk meminta tanggapan terhadap fasilitas yang diberikan oleh Gapoktan. Penilaian sikap responden terhadap indikator-indikator yang ingin diketahui pada penelitian ini dilakukan dengan skala likert. Berdasarkan hasil skala likert untuk penilaian sikap responden terhadap fasilitas yang diberikan oleh Gapoktan didapatkan nilai 330. Nilai 330 berada pada rentang skala nilai 267-372 dengan kategori “cukup baik”. Perhitungan skor untuk penilaian sikap responden terhadap fasilitas yang diberikan oleh Gapoktan dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil perhitungan skor terhadap fasilitas yang diberikan Gapoktan yang terlampir pada Lampiran 11, diketahui bahwa fasilitas yang paling dirasakan oleh petani anggota secara berturut-turut adalah informasi harga sayuran di tingkat petani yang transparan dan jelas, pembayaran hasil panen sayuran yang lancar, adanya bantuan pinjaman modal, selalu tersedianya fasilitas pengangkutan hasil panen, syarat masuk awal menjadi anggota yang mudah, dan kemudahan memperoleh input produksi dari Gapoktan. Sementara fasilitas yang masih kurang dirasakan oleh petani anggota dilihat dari hasil penilaian skor adalah harga input produksi yang masih sama dengan harga pasar, dan kegiatan bimbingan, pelatihan, dan penyuluhan oleh Gapoktan yang masih jarang dilakukan oleh Gapoktan. Adapun penjelasan untuk masing-maisng fasilitas yang diberikan Gapoktan adalah sebagi berikut: 1 Syarat Masuk Awal Menjadi Anggota Gapoktan Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara kepada petani maupun pengurus Gapoktan, syarat masuk awal menjadi anggota Gapoktan bukan merupakan hal yang sulit. Pengurus bahkan menyampaikan syarat utama ikut menjadi anggota Gapoktan adalah adanya kemauan. Sementara itu, dari sisi petani

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor

1 22 101

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 8 156

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 8 96

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan UD Ragheed Pangestu dengan Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi Bogor)

7 29 72