Status Usaha Karakteristik Petani Responden

Tabel 21. Lanjutan Karakteristik Petani Sayuran di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi Tahun 2012 No. Karakteristik Responden Jumlah Petani orang Persentase Anggota Gapoktan Non Anggota Gapoktan Jumlah 7 Alasan bertani sayuran a. Tradisiturun temurun 3 3 8,82 b. Hobikesenanganketerampilan 2 2 4 11,76 c. Kecocokan lahan 5 7 12 35,29 d. Modal yang terbatas 1 1 2,94 e. Cepat panen 5 3 8 23,53 f. Menambah penghasilanpekerjaan sampingan 3 1 4 11,76 g. Budidaya yang mudah 1 1 2,94 h. Daripada tidak kerja 1 1 2,94 9. Modal Usahatani Rupiah a. 1.000.000 1 1 2 5,88 b. 1.000.000 – 5.000.000 12 6 18 52,94 c. 5.000.000 – 10.000.000 5 1 6 17,65 d. 10.000.000 – 20.000.000 1 1 2,94 e. 20.000.000 4 4 11,76 f. Tidak diketahui 2 1 3 8,82

5.4.1. Status Usaha

Responden dalam penelitian ini adalah petani yang menjadikan usahatani sayuran sebagai pekerjaan utama dan sebagai pekerjaan sampingan. Pada umumnya sebagaian besar responden menjadikan usahatani sayuran sebagai pekerjaan utama karena tidak memiliki pekerjaan lain selain bertani, sedangkan responden yang menjadikan usahatani sayuran sebagai pekerjaan sampingan adalah responden yang memiliki pekerjaan lain yang memberikan pendapatan lebih baik dari bertani sayuran. Adapun pekerjaan utama dari petani responden yang menjadikan usahatani sayuran sebagai pekerjaan sampingan antara lain adalah sebagai karyawan sebuah perusahaan, pedagang sayuran di pasar, dan tukang buruh bangunan. Kegiatan usahatani sayuran bagi responden yang menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan utama tidaklah sulit dilakukan, karena bertani sayuran tidak sesulit bertani komoditi lain yang membutuhkan penanganan dan pemeliharaan secara intensif. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan petani yang benar-benar menjadikan usahatani sayuran sebagai pekerjaan utama, tentu kegiatan usahatani yang dilaksanakan akan lebih maksimal. Total responden pada penelitian ini adalah sebanyak 34 petani sayuran. Dari keseluruhan responden, 24 responden menjadikan usahatani sayuran sebagai pekerjaan utama, sedangkan 10 lainnya menjadikan usahatani sayuran sebagai pekerjaan sampingan. 5.4.2. Status Kepemilikan Lahan Lahan yang diusahakan oleh petani responden dalam kegiatan usahatani sayuran di Desa Citapen Kecamatan Ciawi berbeda-beda berdasarkan status kepemilikan lahan. Sebanyak 15 petani membudidayakan sayuran diatas lahan milik pribadi, 12 petani membudidayakan sayuran diatas lahan sewa, 4 petani membudidayakan sayuran diatas lahan gadai, 2 petani membudidayakan sayuran diatas lahan HGU Hak Guna Usaha, dan 1 petani membudidayakan sayuran diatas lahan garapan melalui sistem bagi hasil dengan pemilik lahan. Status kepemilikan lahan secara lebih rinci antara petani anggota gapoktan dengan petani bukan anggta gapoktan dapat dilihat pada Tabel 22. Berdasarkan Tabel 22, status lahan milik pribadi lebih banyak dimiliki oleh petani anggota Gapoktan, sedangkan petani bukan anggota Gapoktan lebih banyak mengusahakan kegiatan budidaya sayuran diatas lahan sewa. Perbedaan status kepemilikan lahan ini berpengaruh terhadap penentuan jenis komoditas maupun teknik budidaya dan pengelolaan usahatani yang dijalankan oleh kedua kelompok responden. Pada umumnya petani yang mengusahakan kegiatan usahataninya diatas lahan bukan milik pribadi akan lebih berhati-hati dan lebih bersungguh-sungguh dalam berusahatani sayuran untuk menghasilkan produksi yang tinggi guna mendapatkan penghasilan yang maksimal. Hal ini dikarenakan petani tersebut harus mampu menutupi biaya sewa atau gadai dari lahan yang menjadi lokasi usahatani. Demikian pula bagi petani yang mengusahakan budidaya sayuran diatas lahan garapan dengan sistem bagi hasil akan lebih maksimal dalam menjalankan kegiatan usahataninya karena menginginkan bagi hasil yang menguntungkan baginya. Tabel 22. Status Kepemilikan Lahan Petani Sayuran di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Tahun 2012 No. Keterangan Anggota Gapoktan Bukan Anggota Gapoktan Jumlah Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Milik Sendiri 11 55 4 28,57 15 44,12 2. Bukan Miliki Sendiri a. Sewa 6 30 6 42,86 12 35,29 b. Gadai 3 15 1 7,14 4 11,76 c. HGU 2 14,29 2 5,88 d. GarapanBagi Hasil 1 7,14 1 2,94 Jumlah 20 100 14 100 34 100 5.4.3. Umur Petani Pada umumnya faktor usia berpengaruh terhadap produktivitas kerja petani per satuan waktu. Dalam kegiatan usahatani, satuan produktivitas kerja sama halnya dengan kerja petani yaitu Hari Objektif Kerja atau Hari Orang Kerja HOK. Semakin tua usia petani pada umumnya produktivitas kerja semakin menurun. Begitu pula dengan kemampuan daya serap terhadap kebaruan dari teknologi-teknologi pertanian baik teknologi benih, teknik budidaya, serta mekanisasi pertanian. Sementara itu, petani pada kisaran usia produktif atau pada usia muda memiliki produktivitas kerja lebih besar serta mudah menerima dan meniru perkembangan dari teknologi terbaru di dunia pertanian. Produktivitas kerja petani akan berpengaruh terhadap tingkat produksi sayuran yang dibudidayakan. Pada penelitian ini, rata-rata umur responden berada pada kisaran usia 31- 40 tahun dan 61 tahun dengan jumlah sama yaitu masing-masing 9 petani. Sementara itu, 1 petani berada pada kisaran usia 20-30 tahun, 7 petani berada pada kisaran usia 41-50 tahun, dan 8 petani berada kisaran usia 51-60 tahun. Berdasarkan pengelompokan usia petani ini, dapat diketahui bahwa sebagian besar petani berada pada usia cukup lanjut yaitu pada kisaran usia diatas 50 tahun. Secara lebih rinci pengelompokkan petani responden berdasarkan kisaran usia dapat dilihat pada Tabel 23. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 23, dapat diketahui bahwa rata-rata usia petani anggota Gapoktan lebih tua jika dibandingkan dengan petani bukan anggota Gapoktan. Hal ini mengakibatkan produktivitas kerja dari petani anggota Gapoktan masih kalah dibandingkan dengan produktivitas kerja petani bukan anggota Gapoktan. Tabel 23. Penggolongan Umur Petani Sayuran di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Tahun 2012 No. Umur Petani Tahun Anggota Gapoktan Bukan Anggota Gapoktan Jumlah Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. 20 – 30 1 7,14 1 2,94 2. 31 – 40 4 20 5 35,71 9 26,47 3. 41 – 50 5 25 2 14,29 7 20,59 4. 51 – 60 5 25 3 21,43 8 23,53 5. 61 6 30 3 21,43 9 26,47 Jumlah 20 100 14 100 34 100 5.4.4. Tingkat Pendidikan Petani Tingkat pendidikan pada umumnya akan berkorelasi positif dengan tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang. Semakin tinggi pendidikan akan semakin mudah bagi petani tersebut untuk menyerap teknologi terkini dan mengaplikasikannya ke dalam kegiatan usahatani sehingga usahatani yang dijalankan lebih efektif dan efisien. Rata-rata pendidikan petani responden pada penelitian ini adalah setingkat SDsederajat dengan komposisi mencapai 80 persen yaitu sebanyak 28 orang. Sementara petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi masing-masing adalah 4 petani dengan tingkat pendidikan SMPsederajat, 2 petani dengan tingkat pendidikan SMAsederajat, 1 petani dengan tingkat pendidikan Diploma, dan tidak ada petani responden yang menempuh pendidikan hingga setingkat sarjana atau lebih tinggi dari itu. Kondisi pendidikan yang masih rendah ini mengakibatkan masih banyak petani yang melakukan kegiatan usahatani secara tradisional atau turun temurun, meskipun telah ada upaya dari penyuluh pertanian setempat maupun Gapoktan Rukun Tani untuk mengenalkan teknologi-teknologi usahatani sayuran terbaru. Adapun data lebih rinci tentang penggolongan umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 24. Berdasarkan informasi pada Tabel 24, diketahui bahwa baik petani anggota Gapoktan maupun petani bukan anggota Gapoktan mayoritas memiliki tingkat pendidikan setara SDsederajat. Komposisi dari keduanya masing-masing adalah 85 persen untuk petani anggota Gapoktan dan 73,33 persen untuk petani bukan anggota Gapoktan. Sementara untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi secara berturut-turut yaitu SMPsederajat 0 persen untuk petani anggota Gapoktan dan 26,67 persen untuk petani bukan anggota Gapoktan, SMAsederajat 10 persen untuk petani anggota Gapoktan dan 0 persen untuk petani bukan anggota Gapoktan, dan Diploma 5 persen untuk petani anggota Gapoktan dan 0 persen untuk petani bukan anggota Gapoktan. Data ini menunjukkan bahwa petani responden memiliki tingkat pendidikan masih rendah yaitu mayoritas hanya sampai tingkat SDsederajat. Tabel 24. Tingkat Pendidikan Petani Sayuran di Desa Citapen Kecamata Ciawi Tahun 2012 No. Tingkat Pendidikan Anggota Gapoktan Bukan Anggota Gapoktan Jumlah Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. SDsederajat 17 85 10 71,43 27 79,41 2. SMPsederajat 4 28,57 4 11,76 3. SMAsederajat 2 10 2 5,88 4. Diploma 1 5 1 2,94 5. Sarjana Jumlah 20 100 14 100 34 100

5.4.5. Pengalaman Bertani Sayuran

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor

1 22 101

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 8 156

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 8 96

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Manggis Di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1 6 61

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan UD Ragheed Pangestu dengan Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi Bogor)

7 29 72