Dan juga didalam buku Bidayatul Mujtahid menurut Imam Maliki menyembelih pada malam hari tidak boleh. Tetapi menurut Imam Syafi’I
dibolehkan menyembelih pada malam hari.
36
Lalu ada pendapat yang mengatakan bahwa menyembelih pada malam hari adalah makruh
hukumnya, karena dikhawatirkan penyembelihanya salah, atau pisaunya mengenaidiri penyembelih sendiri.
37
Dari penjabaran di atas penulis dapat memahami bahwa pelaksanaan ibadah kurban dapat dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah
melaksanakan sholat Idul Adha dan mendengarkan dua khotbah sampai dengan sebelum terbenamnya matahari ditanggal 13 Dzulhijjah. Adapun
waktu penyembelihan sebaiknya dilaksanakan pada pagi, siang dan sore hari. Jika tidak memungkinkan lalu melaksanakannya pada malam hari
tidaklah mengapa.
5. Syarat Hewan Yang Boleh Dikurbankan
Dalam pelaksanaan ibadah kurban, tidak semua hewan dapat dijadikan kurban. Ada beberapa jenis hewan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi
yang boleh dikurbankan. Para ulama telah bersepakat bahwa hewan kurban itu dapat diambil dari hewan ternak yang gemuk dan besar yaitu
kambing, domba, unta, sapi dan kerbau.
38
Tetapi hewan-hewan tersebut harus memenuhi syarat tertentu, adapun ketentuan yang harus dipenuhi :
a. Kambing dan Domba
Untuk satu ekor kambing ketentuannya hanyalah untuk satu orang. Kambing yang boleh dijadikan untuk kurban yaitu yang sudah
berumur satu tahun dan menginjak umur dua tahun, atau gigi depannya sudah ada yang tanggal dan berganti dengan gigi baru.
39
Sementara untuk kambing kacang yaitu harus yang sudah berumur dua tahun atau
36
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid: Analisa Fiqih Para Mujtahid, Terj. dari Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid oleh Imam Ghazali Said dan Acmad Zaidun, Jakarta: Pustaka Imani,
2007, Jilid. 2, h. 285.
37
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, op.cit., h. 249.
38
Ibnu Rusyd, op.cit., h. 268.
39
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, op.cit., h. 240.
menginjak umur tiga tahun. Lalu untuk domba ukuranya ialah yang sudah musinnah yang telah berumur satu tahun dan masuk tahun
kedua. Akan tetapi apabila sulit mendapatkan domba yang musinnah maka boleh jadza`ah yang masih berumur enam bulan.
40
b. Unta
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW, Rasullullah bersabda:
“Muhammad bin Hatim menyampaikan kepadaku dari Waki`, dari Azrah bin Tsabit, dari Abu az-Zubair bahwa Jabir bin Abdullah
berkata: Kami menunaikan haji bersama Rasulullah s.a.w. Kemudian kami menyembelih seekor unta untuk kurban tujuh orang, dan seekor
sapi untuk kurban tujuh orang ”. H.R. Muslim.
41
Dari hadis di atas dapat kita ketahui bahwa satu ekor unta dapat diperuntukan untuk tujuh orang. Tetapi mengenai unta ada pendapat
laian, Abu Ishaq mengatakan yang terdadapat dalam buku kifayatul al- Akhyar
“unta cukup untuk sepuluh orang”.
42
Untuk unta umur yang bisa dijadikan untuk kurban ialah sudah sempurna berumur lima tahun
dan menginjak enam tahun.
43
Kurang dari lima tahun tidak boleh digunakan untuk berkurban.
c. Sapi dan Kerbau
Untuk sapi dan kerbau sebagaimana hadis di atas bahwa sapi dan kerbau diperuntukan untuk tujuh orang. Sapi dan kerbau disyaratkan
harus sudah berumur dua tahun dan menginjak umur tiga tahun.
44
Apabila kurang dari dua tahun maka tidak bisa dijadikan untuk kurban.
40
Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, op.cit., h. 620.
41
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits 3: Shahih Muslim 1, Penerjemah Ferdinand Hasmand, dkk., Jakarta: Almahira, 2012, h. 623.
42
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, op.cit., h. 242.
43
Talimiyah Pondok Pesantren Sidogiri, Fikih Kita di Masyarakat Antara Teori dan Praktek, Jawa Timur: Pustaka Sidogiri, h. 111.
44
M. Husain Nashir, op.cit., h. 39.
Dari penjabaran di atas penulis memahami bahwa hewan yang dijadikan untuk berkurban adalah dari jenis hewan ternak seperti kambing,
domba, unta, sapi, dan kerbau. Hewan tersebut harus memenuhi syarat tertentu yaitu harus cukup umur sesuai ketentuannya masing-masing,
berbadan besar dan gemuk serta sehat. Selain ketentuan yang telah dijelaskan, hewan kurban pun perlu sehat
dan terbebas dari cacat. Sebagaimana Hadis Rasulullah SAW yaitu:
“Ismail bin Mas‟ud mengabarkan kepada kami dari Khalid yang menyampaikan dari Syu‟bah, dari Sulaiman bin Abdurrahman maulabani
Asad bahwa Abu adh-Dhahak Ubaid bin Fairuz maulana bani Syaiban berkata, “Aku berkata kepada al-Bara‟,`Sampaikanlah kepadaku hadits
tentang hewan yang dilarang oleh Rasulullah s.a.w berdiri sambil memberi isyarat tangan yang berarti empat-tanganku lebih pendek dari
tangan beliau-dan berkata,`Empat hewan yang tidak boleh dijadikan kurban: hewan yang buta sebelah matanya, hewan yang sakit yang nyata
sakitnya, hewan pincang yang nyata Aku berkata, „Aku tidak suka jika ada cacat
pada tanduk
atau gigi
hewan kurban.‟
Beliau menjawab,`Tinggalkan hal yang tidak engkau sukai, tetapi jangan
mengharamkannya kepada orang lain ‟.” H.R. An-Nasa’i
45
Cacat seperti ini ada empat macam yang dinyatakan tidak sah oleh Sunnah untuk dijadikan sebagai hewan kurban, yaitu :
45
Ahmad bin Syu`aib Abdurrahman an-Nasa`i, Ensiklopedia Hadits 7: Sunan an-Nasa`i, Penerjemah: M. Khairul Huda, dkk., Jakarta: Almahira, 2013, h. 881.
a. Buta. Seandainya warna putih matanya menutupi sebagian besar
pandanganya dan hanya tersisa sedikit, maka hewan tersebut tidak mencukupi untuk dijadikan kurban. Apalagi jika hewan itu buta.
b. Hewan yang sakit parah. Jika sakitnya tidak parah, maka boleh
dijadikan kurban. c.
Hewan yang pincang. Apabila kakinya patah maka tidak boleh dijadikan hewan kurban.
d. Hewan yang kurus yang tidak bersumsum. Yakni hewan yang tidak
memiliki sumsum karena terlalu kurus.
46
Lalu didalam hadis lain dari Ali bin Abu Thalib, mengatakan :
“Muslim bin Ibrahim menyampaikan kepada kami dari Hisyam bin Abu Abdullah ad-Dastawa`i, dari Hisyam bin Sanbar, dari Qatadah, dari
Jurai bin Kualib, dari Ali bahwa Nabi s.a.w melarang umat Islam berkurban dengan „adhbâ`, yaitu hewan yang telinga dan tanduknya
terpotong. Abu Dawud berkata, Jurai Sadusi adalah seorang dar Bashrah, dan hanya
Qatadah yang meriwayatkan darinya.” H.R. Abu Daud
47
Dari hadis di atas, dapat ditambahkan bahwa hewan yang dikurbankan yang mata dan telinganya baik, tidak sobek ataupun berlubang serta
ekornya tidak boleh terputus.
6. Tata Cara Melaksanakan Ibadah Kurban
46
Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, op.cit., h. 622.
47
Abu Daud Sulaiman bin al- Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, Ensiklopedia Hadits 5: Sunan Abu
Daud, Penerjemah Muhammad Ghazali, dkk., Jakarta: Almahira, 2013, h. 591.