Tafsir Surat Al-Kauśar Ayat 1-3

SAW. gelisah resah, merasa susah. Untuk menangkan hati Rasulullah SAW. yang gundah gulana, maka Allah SWT. menurunkan ayat-ayat yang terkandung dalam surat al- Kauśar. Yakni sebagai bantahan terhadap ucapan Ka’ab bin Asyraf. 45 Lalu pada ayat yang ke dua, turun pada peristiwa Hudaibiyyah, ketika itu Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah, Jibril membawa wahyu yang memerintahkan menyembelih kurban dan melaksanakan sholat, maka Rasulullah melaksanakan sholat ‘ied dua raka’at disertai khutbah setelah melakukannya lalu Rasulullah pergi ketempat penyembelihan korban untuk melaksanakan penyembelihan hewan kurban.. 46 Pada ayat yang ke tiga ini, asbabun nuzulnya adalah tentang wafatnya salah satu anak laki-laki nabi Muhammad SAW. Dalam tafsir al-Azhar ada beberapa riwayat yang menjelaskan turunnya ayat ini, yaitu : “Menurut suatu riwayat dari ‘Atha’, paman Nabi sendiri, Abu Lahab yang sangat memusuhi Nabi, setelah mendengar bahwa anak laki-laki Nabi telah meninggal, dia pergi menemui kawan-kawanya sesama musyrikin dan berkata: sudah putus turunan Muhammad malam ini” 47 Kemudian dalam suatu riwayat dijelaskan pula dari Syamr bin Athiyyah: “Uqbah bin Abu Mu’ith pun setelah mendengar anak laki- laki Rasulullah meninggal, dengan gembira berkata: “Putuslah dia” 48 Maka turunlah ayat ini: Sesungguhnya orang-orang yang membenci engkau itulah yang akan putus. Sedang engkau sendiri tidaklah akan putus. Mereka telah mencapur-adukkan kebenaran agama dengan kekayaan dan keturunan. Mentang-mentang nabi Muhammad s.a.w. tidak mempunyai keturunan laki-laki, akan putuslah 45 A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Qur`an Surat Al-Baqarah – An- Nas, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, cet. 1, h. 957. 46 Ibid, h. 958. 47 Abdulmalik Abdulrahman Amrullah Hamka, Tafsir Al-Azhar: Juzu` 30, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004, h. 285. 48 Ibid., sebutannya. Kalau dia mati, akan habislah sebutannya dan habislah agama yang dibawanya ini. Niscaya tidak akan ada lagi orang yang mengganggu-gugat penyembahan berhala. 49 Dari ketiga sebab-sebab turunya ayat tersebut yang berbeda-beda, hal ini menjelaskan bahwa surat al- Kauśar bukanlah surat yang diturunkan secara bersama-sama, tetapi ayat demi ayat. Kalau kita pahami surat al- Kauśar mempunyai satu kesatuan yang berkaitan erat ayat yang satu dengan yang lainya yang menjelaskan nikmat Allah, cara mensyukurinya dan ancaman bagi orang-orang yang menghina nabi Muhammad. Untuk lebih mendalami kandunga dari surat al- Kauśar tersebut penulis akan memaparkan isi kandungan surat al- Kauśar tersebut. Istilah Kauśar merupakan kasus deskriptif yang diturunkan dari kata Katsrat yang bermakna banyak kebaikan atau rahmat. Di samping itu, secara istilah, Kauśar juga diterapkan untuk meyebut orang yang mulia. 50    Sesungguhnya Allah telah menganugerahkan banyak pemberian yang tak terhitung banyaknya. Dan kami telah memberikan kepada Muhammad berbagai keutamaan yang hakekatnya sangat sulit dicapai. Jika musuh-musuhmu meremehkan keadaanmu, bahkan menyingkirkanmu, hal itu karena rusaknya cara berpikir mereka, disamping lemahnya pengertian mereka. 51 Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah memberi Nabi-Nya nikmat dan anugerah yang tidak dapat dihitung banyaknya dan tidak dapat dinilai tinggi mutunya, walaupun orang musyrik memandang hina dan tidak menghargai pemberian itu disebabkan 49 Ibid.,h. 286. 50 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, Terj. dari Nur al-Qur`an oleh Rahadian, Jilid XX, op.cit, h. 364. 51 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terj. dari Tafsir Al-Maragi oleh Bahrun Abubakar, dkk., Jilid 28, op.cit., h. 443. kekurangan akal dan jalan yang lurus yang membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 52 Hal yang mesti dicamkan adalah Allah menurunkan ayat-ayat ini kepada hati suci Rasul-Nya di saat ketika manisfestasi kebaikan yang melimpah ini belum tampak. Ia merupakan suatu kepingan berita yang menakjubkan yang mengambarkan perihal keadaan masa depan yang dekat dan masa depan yang jauh menyangkut keabsahan Rasul SAW. 53 Ayat ini menerengkan bahwa Allah telah memberikan nikmat yang banyak kepada manusia terutama kepada para Nabi dan nabi Muhammad SAW. Semua itu ditunjukan kepada manusia agar mereka sadar bahwa Allah Tuhan segala-galanya yang memberikan apa yang selama ini dinikmati oleh manusia. Dikatakan dalam ayat selanjutnya, maka dirikanlah sholat dan berkorbanlah, Jadikanlah salatmu itu ihkhlas karena Allah. Dan sembelihlah hewan kurban mu itu, juga ikhlas karena Allah. Allah-lah yang sebenarnya memelihara dirimu. Dan Allah-lah yang menganugerahkan nikmat-nikmat kepadamu yang tak terhitung banyaknya. 54    Karena Allah telah dan pasti akan menganugerahkan sedemikian banyak anugerah kepada Nabi Muhammad SAW., maka wajar sekali jika ayat-ayat di atas memerintahkan beliau bahwa: Jika demikian maka shalatlah demi Tuhan Pemelihara-mu dan sembelihlah binatang untuk kamu sedekahkan kepada yang butuh dan jangan menjadi seperti 52 Hafizh Dasuki, dkk., Al- Qur’ân dan Tafsirnya, Jilid 30, op.cit., h. 823. 53 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, Terj. dari Nur al-Qur`an oleh Rahadian, Jilid XX, op.cit., h. 365. 54 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terj. dari Tafsir Al-Maragi oleh Bahrun Abubakar, dkk., Jilid 28, op.cit., h. 444. yang Allah kecam pada surah yang lalu, yang menghardik anak yatim yang meminta sedikit daging sembelihan. 55 Pada ayat ini Allah menyandingkan dua ritual ibadah yaitu ibadah sholat dan kurban. Padahal kita telah mengetahui, bahwa ibadah sholat adalah ibadah yang vertikal, ibadah seorang hamba kepada Allah didalam bermunajah, menyembah, dan berdo’a kepada-Nya. Sedangkan ibadah kurban adalah ibadah yang vertikal dan horizontal dimana terdapat dua aspek ibadah yaitu kepada Allah dan sesama manusia. Ketika ayat tersebut menyandingkan dua aspek ibadah, penulis memahami disini bahwa inilah salah satu tolak ukur keimanan manusia, jika mereka rajin di dalam sholatnya dan Allah memberikan rizki yang cukup dalam kehidupanya, maka lakukanlah ibadah kurban sebagai tanda syukur kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya sesuai ayat tersebut. Ayat terakhir pada surat ini, berkenaan dengan ejekkan-ejekkan yang dilontarkan pemimpin kabilah musyrik kepada wujud suci Rasulullah SAW, berbunyi, Sesungguhnya musuhmu adalah orang yang tidak memiliki keturunan. 56     Istilah syani’ yang diturunkan dari kata syana’an berarti “permusuhan; kebencian; kemarahan”; dan syani’ adalah orangnya, yang memiliki ciri-ciri ini. 57 Dahulu, masyarakat Arab jika mengetahui ada seseorang yang sebelumnya memiliki anak laki-laki dan anak perempuan, lalu ia ditinggal mati oleh anaknya yang laki-laki, maka mereka akan menyebut orang tersebut sebagai abtar pincang. 58 55 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’ân, Vol 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 563. 56 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, Terj. dari Nur al-Qur`an oleh Rahadian, Jilid XX, op.cit., h. 367. 57 Ibid,. 58 Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, Terj. dari Al Ja mi’ li Ahkaam Al-Qur`an oleh Dudi Rosyadi dan Faturrahman, Jilid 20, op.cit., h. 822. Nabi Muhammad SAW. diejek oleh kaum musyrikin sebagai seorang yang terputus keturunannya. Allah menampik ejekkan itu melalui kudua ayat yang lalu dan menggembirakan Nabi Muhammad SAW. dengan anugerah yang banyak, antara lain keturunan yang banyak serta memerintahkan beliau mensyukuri Allah dengan perintah sholat, berdoa, dan menyembelih kurban. Ayat diatas mengembalikan ejekan kepada pengucapnya dengan menyatakan: Sesungguhnya pembencimulah yang abtar, yakni terputus keturunannya dan luput dari kebajikan. 59 Nabi Muhammad dijanjikan oleh Allah SWT, bahwa keturunanya maupun umatnya bukan termasuk kedalam golongan orang-orang yang terputus. Sementara itu Allah membenci orang-orang yang menghina nabi Muhammad dan mengatakan bahwa nabi Muhammad akan dilupakan setelah dia wafat karena menurut orang-orang yang membencinya beliau tidak mempunyai penerus. Ternyata hingga saat ini umat nabi Muhammad masih ada dan mereka yang menghina nabi Muhammad adalah orang-orang yang terputus keturunanya dan kepercayaanya. Pokok-pokok isinya : 1 Allah menjanjikan kepada Nabi Muhammad untuk memberikan nikmat yang tidak ternilai harganya dan janji itu ditepati-Nya 2 Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar mengerjakan shalat dan menyembelih hewan kurban sebagai tanda syukur terhadap nikmat tersebut 3 Orang yamg mencaci dan mencela Nabi Muhammad tidak akan disebut-sebut kecuali kejahatanya saja. 60 59 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’ân, Vol 15, op.cit., h. 668. 60 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 10, Jakarta: Departemen Agama RI, 2008, cet. 1, h. 794. Surah ini juga menganjurkan agar orang selalu beribadah kepada Allah dan berkurban sebagai tanda bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya.

B. Analisis Nilai Pendidikan Pada Syariat Kurban dalam Surat

Al-Hajj Ayat 34 dan Surat Al- Kauśar Ayat 1-3

1. Meneladani Nabi Muhammad Dalam Melaksanakan Ibadah Kurban

Pada surat al-Hajj ayat 34, mengandung perintah yaitu untuk melaksanakan ibadah kurban. Ayat tersebut menjelaskan tentang pensyariatan berkurban dan tujuan di dalam kurban itu sendiri, serta tiada Tuhan selain Allah yang berhak menerima persembahan kurban tersebut. Kurban disebut juga udhhiyah yaitu sesuatu yang disembelih pada hari raya kurban guna mendekatkan diri kepada Allah dengan syarat-syarat khusus. 61 Sedangkan menurut Sayyid Sabiq dalam bukunya fiqih sunnah menjelaskan kurban Al-Hadyu ialah hewan ternak yang diberikan kepada Tanah Suci dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 62 Sebenarnya ibadah kurban ini telah disyariatkan oleh Allah kepada nabi-nabi terdahulu, salah satu contohnya ialah Nabi Ibrahim AS, beserta Nabi Ismail AS yang mana tertulis di dalam al-Qur`ân surat Ash- Shâffat ayat 102, sebagai berikut:                              Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang 61 Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, Shahih Fiqih Sunah, Terj. dari Shahih Fiqh As- Sunnah Wa Adillatuhu wa Taudbib Madzabib Al A’immah oleh Besus Hidayat Amin, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007, h. 611. 62 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 2,Terj. dari Fiqhus Sunnah oleh Nor Hasanuddin, Dkk, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006, h. 439. diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar. Ketika nabi Ibrahim beserta putranya Nabi Ismail, menerima perintah berkurban, hal ini merupakan ujian yang berat bagi beliau. Tetapi karena keyakinan, keimanan serta ketaqwaan terhadap Allah SWT semua itu dapat dilalui dengan baik, walaupun didalam pelaksanaannya setan menggoyahkan keyakinan mereka berdua. Kisah tersebut menjadi salah satu cikal bakal ibadah kurban yang disyariatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam ayat ini Allah menyerukan kepada umat Nabi Muhammad untuk melaksanakan ibadah kurban yang dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah dan 11, 12, 13 Dzulhijjah atau yang disebut dengan hari-hari tasyrik. Kemudian pada surat al-hajj ayat 34 ini barulah disyariatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya untuk melaksanakan ibadah kurban.     Pada hakikatnya Ibadah kurban ini hukumnya tidaklah wajib bagi setiap muslim, menurut beberapa pendapat ulama terdahulu yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, hukum beribadah kurban ialah sunnah mu’akad sunah yang dianjurkan. Dan ada beberapa syarat yang harus dipenuhui oleh orang-orang yang ingin berkurban entah itu dari segi ekonomi, hewan yang dikurbankan, serta niat dan tujuannya. Dalam surat Al-Hajj ayat 34 ini Allah mensyariatkan kepada Nabi Muhammad untuk melaksanakan kurban, jika nabi Muhammad telah menerima perintah berkurban dan telah melaksanakanya, maka kita sebagai umatnya haruslah mengikuti dan meneladani apa yang telah dilaksanakan oleh beliau. Tetapi ingatlah walaupun ibadah kurban telah disyariatkan, hukum berkurban tidaklah wajib, melainkan sunnah mu’akad, hal ini dikarenakan dalam pelaksanaanya Kurban mengeluarkan dana yang cukup besar dan tidak menutup kemungkinan semua orang bisa untuk melaksanakanya.

2. Selalu Berorientasi Pada Sesuatu Yang Terbaik

Selalu memberikan yang terbaik dalam beribadah merupakan kewajiban setiap individu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, hal ini dikerenakan Allah selalu memberikan yang terbaik pada diri kita sendiri, dan sudah seharusnya kita untuk selalu memberikan yang terbaik dalam beribadah. Kemudian dalam surat Al-Hajj ayat 34 dikatakan hewan yang dijadikan untuk kurban adalh hewan ternak.     “terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka .” Dalam surat ini dikatakan ةَ ي َب yang artinya adalah binatang ternak ada juga yang mengartikan مئاَ َب binatang yang berkaki empat. 63 Lalu binatang ternak yang seperti apa yang boleh dijadikan hewan kurban, menurut para ulama telah bersepakat bahwa hewan kurban itu dapat diambil dari hewan ternak yang gemuk dan besar yaitu kambing, domba, unta, sapi dan kerbau. 64 Tetapi hewan-hewan tersebut harus memenuhi syarat tertentu. Misalkan untuk satu ekor kambing ketentuannya hanyalah untuk satu orang. Kambing yang boleh dijadikan untuk kurban yaitu yang sudah berumur satu tahun dan menginjak umur dua tahun, atau gigi depannya sudah ada yang tanggal dan berganti dengan gigi baru. 65 Kemudian untuk syarat sapi dan kerbau, bahwa sapi dan kerbau diperuntukan untuk tujuh orang. Sapi dan kerbau disyaratkan harus sudah berumur dua tahun dan menginjak umur tiga tahun. 66 Apabila kurang dari 63 Husin Al-Habsyi, op.cit., h. 34. 64 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid: Analisa Fiqih Para Mujtahid, Terj. dari Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid oleh Imam Ghazali Said dan Acmad Zaidun, Jakarta: Pustaka Imani, 2007, Jilid. 2, h. 268. 65 Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar Jilid 3, terj. dari Kifayatul Akhyar oleh Achmad Zaidun dan A.Ma’ruf Asrori, Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 1997, cet. 1, h. 38. 66 M. Husain Nashir, Fikih Dzabihah: Kurban, Aqiqah, dan Khitan, Jawa Timur: Pustaka Sidogiri, 2004, h. 39. dua tahun maka tidak bisa dijadikan untuk kurban. Selain syarat tersebut hewan kurban tidak boleh cacat. Cacat seperti yang dimaksud ada empat macam yang dinyatakan tidak sah oleh Sunnah untuk dijadikan sebagai hewan kurban, yaitu : a. Buta. Seandainya warna putih matanya menutupi sebagian besar pandangannya dan hanya tersisa sedikit, maka hewan tersebut tidak mencukupi untuk dijadikan kurban. Apalagi jika hewan itu buta. b. Hewan yang sakit parah. Jika sakitnya tidak parah, maka boleh dijadikan kurban. c. Hewan yang pincang. Apabila kakinya patah maka tidak boleh dijadikan hewan kurban. d. Hewan yang kurus yang tidak bersumsum. Yakni hewan yang tidak memiliki sumsum karena terlalu kurus. 67 Jika semua hewan kurban memenuhi syarat-syarat dan ketentuan tersebut, maka hewan tersebut layak dijadikan kurban. Tetapi sering yang terjadi dimasyarakat, masih adanya orang yang berkurban tetapi ia tidak paham tentang syarat hewan yang dijadikan kurban, mereka kebanyakkan hanya membeli saja tanpa mengetahui apakan sudah memenuhi syarat seperti: apakah umurnya sudah cukup atau belum, hewan tersebut sakit, hewan tersebut kurus, cacat atau buta matanya, pincang, atau terkena penyakit antraks, dan penyakit yang lainnya. Padahal mereka tidak boleh asal dalam membeli hewan kurban. Jika kita melihat permasalah tersebut tidak memberikan yang terbaik didalam beribadah. Ketika seseorang ingin melaksanakan kurban maka dia harus mengetahui hewan yang boleh dikurbankan serta sudah memenuhi syarat-syarat yang layak untuk dipersembahkan sebagai hewan kurban, barulah dapat dikatakan memberikan yang terbaik dalan berkurban. Kemudian belajarlah untuk memberikan yang terbaik didalam beribadah, tidak hanya dalam ibadah kurban tetapi ibadah-ibadah yang lainya. 67 Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, op.cit., h. 612.

3. Ikhlas Dalam Beribadah Menjadikan Pribadi Yang Tunduk dan

Patuh Kepada Allah. Dalam kejadian di masyaratakat, masih adanya orang yang berkurban dengan niat tidak ikhlas, semata-mata ingin dipandang orang lain dan ingin dipuji oleh orang lain karena mereka mampu dalam melaksanakan kurban. Misalkan ada seseorang yang membeli sapi yang besar, tetapi orang tersebut berbicara kepada orang lain seakan-akan hanya dia yang mampu membeli hewan kurban yang besar, dan orang lain tidak mampu menandinginya, atau orang tersebut ingin selalu dipuji oleh orang lain karena kurbannya. Hal tersebut tidak sesuai dengan ayat Al- qur’an surat al-Hajj ayat 37 dikatakan :                        “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. ” Dari ayat tersebut sudahlah jelas, bahwa bukan daging atau darahnya yang menjadi keutamaan, tetapi ketakwaan seseorang didalam melaksanakan ibadah kurban yang mencapai keridhoan Allah semata. Namun jika seseorang tersebut riya, ingin dipuji dan tidak ikhlas dalam berkurban, hal tersebut menjadikan kurbannya semata-mata hanya ingin mendapatkan pujian dan keistimewaan di masyarakat. Selanjutnya dijelaskan diakhir surat Al-Hajj ayat 34.  