Berdasarkan penjelasan di atas mengenai ibadah penulis memahami bahwa ibadah adalah mengabdikan diri serta tunduk kepada Allah Yang
Maha Esa dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Beralih ke definisi kurban, kata kurban disebut juga udhhiyah yaitu sesuatu yang disembelih pada hari raya kurban guna mendekatkan diri
kepada Allah dengan syarat-syarat khusus.
17
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq dalam bukunya fiqih sunnah menjelaskan kurban Al-Hadyu ialah
hewan ternak yang diberikan kepada Tanah Suci dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
18
Selanjutnya pengertian kurban secara etimologi dan terminologi syara, yaitu hewan yang khusus disembelih pada saat hari raya kurban `Id
al-adha dan hari tasyriq hari tanggal 10, 11, dan 13 bulan Dzul Hijjah beserta malamnya, sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
19
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kurban adalah persembahan
kepada Allah seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada hari lebaran Haji sebagai wujud ketaatan muslim kepada-Nya
”.
20
Menurut Muhammad Bagir Al-Habsyi di dalam bukunya fiqih praktis menjelaskan “udh-hiyah atau adh-ha adalah hewan unta, sapi atau domba
yang disembelih pada hari raya Idul-Adh-ha sampai tiga hari sesudahnya”.
21
Penulis sendiri mencoba menyimpulkan bahwa ibadah kurban ialah beribadah kepada Allah dengan cara menyembelih hewan dengan syarat
dan cara yang sesuai dengan syariat Islam pada hari raya Idul Adha sampai
17
Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, Shahih Fiqih Sunah, Terj. dari Shahih Fiqh As- Sunnah
Wa Adillatuhu wa Taudbib Madzabib Al A‟immah oleh Besus Hidayat Amin, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007, h. 611.
18
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 2,Terj. dari Fiqhus Sunnah oleh Nor Hasanuddin, Dkk, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006, h. 439.
19
M. Husain Nashir, Fikih Dzabihah: Kurban, Aqiqah, dan Khitan, Jawa Timur: Pustaka Sidogiri, 2004, h. 25-26.
20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, op.cit, h. 762.
21
Muhammad Bagir Al-Habsy, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur`ân, As-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama, Bandung: Mizan, 1999, h. 449.
dengan tanggal 11-12-13 Dzulhujjah atau yang disebut dengan hari tasyriq.
3. Hukum dan Syarat Orang yang Boleh Berkurban
a. Hukum Berkurban
Adapun hukum kurban menurut jumhur ulama adalah sunnat muakad, yaitu
sunnat‟ain muakkad dimana yang melakukanya mendapat pahala dan meninggalkanya tidak mendapat siksa.
22
Tetapi ada beberapa pendapat ulama yang menyatakan wajib, mereka
mengatakan kurban hukumnya wajib bagi orang yang mampu. Ini adalah pendapat Rabi’ah, Al Auza’I, Abu Hanifah, Al-Laits dan
sebagian ulama madzhab Maliki.
23
Para sahabat pun sepakat bahwa kurban bukan wajib. Dan tidak seorang pun dari mereka yang mengatakan wajib. Imam al mawardi
mengatakan bahwa sejumlah riwayat yang dilansir daripada sahabat menunjukan adanya
ijma‟ dikalangan mereka bahwa kurban itu tidak wajib.
24
Kecuali apabila seseorang bernazar untuk berkurban, maka hal itu menjadikannya wajib dilaksanakannya.
25
Ulama Ibn Qasim mengatakan, lalu dikutip di dalam buku fiqih dzabihah bahwa hukum berkurban adalah sunat kifayah bagi tiap-tiap
muslim yang sudah baligh, berakal, memiliki kemampuan untuk berkurban dan hidup dalam suatu keluarga. Sedangkan bagi mereka
yang hidup seorang diri hukumnya adalah sunat `ain.
26
Menurut beberapa pendapat para ulama diatas, penulis lebih setuju dengan pendapat yang pertama dan jumhur ulama. Karena tidak ada
dalil yang menyatakan dengan tegas bahwa kurban itu wajib
22
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Empat MadzhabBagian Ibadat Puasa, Zakat, Haji, Kurban, Terj. dari Al-
Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah oleh Chatibul Umum Abu Hurairah, Jakarta: Darul Ulum Press, 1996, h. 352.
23
Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, op.cit., h. 612.
24
Ibid., h. 615.
25
Muhammad Bagir Al-Habsy, loc.cit.
26
M. Husain Nashir, op.cit., h. 30-31.
hukumnya bagi setiap orang dan jika dilihat dari sisi lain, ketika hukum berkurban diwajibkan maka tidak semua orang mampu
melaksanakan ibadah kurban tersebut. Semua itu terbentur dengan biaya yang harus dikeluarkan dalam melaksanakanya.
b. Syarat Orang yang Boleh Berkurban
Syarat-syarat kurban ini sangatlah perlu diketahui untuk kita. Adapun syarat orang yang berkurban antara lain :
1 Islam. Kurban ini ditunjukan bagi mereka yang beragama Islam.
2 Berakal. Orang yang tdiak sehat akalnya tidak dianjurkan untuk
berkurban.
27
3 Merdeka. Bagi hamba sahaya tidak disunnatkan berkurban.
4 Mampu. Bagi yang tidak mampu tidak disunatkan untuk
berkurban. Ada beberapa pendapat tentang batas mampu atau tidaknya seseorang dalam berkurban.
28
Sementara ada berbagai macam pendapat dari beberapa kalangan madzhab mengenai syarat-syarat orang yang berkurban, diantaranya
sebagai berikut : 1
Madzhab Hanafiyah berpendapat bahwa yang disebut orang yang mampu berkurban adalah orang yeng memiliki harta sebanyak dua
ratus dirham, atau mempunyai harta seratus dirham tetapi tidak termasuk tempat tinggal, pakaian, dan perabot yang ia butuhkan.
29
Menurut madzhab ini jika harta seseorang belum mencukupi batasan maka belum dibolehkan berkurban.
2 Madzhab Hanabilah: Mereka berpendapat bahwa yang disebut
orang yang mampu berkurban adalah orang yang mampu membeli hewan kurban sekalipun dengan cara berhutang sekiranya dia yakin
27
Mansyur, dkk., Bina Fikih Untuk Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2009, h. 46.
28
Abdurrahman Al-Jaziri, op.cit., h. 354.
29
Ibid, h. 353.
mampu membayar
hutangnya itu.
30
Pendapat ini
lebih membolehkan seseorang walapun dengan cara berhutang, jika dia
yakin mampu membayarnya maka dibolehkan berkurban. 3
Madzhab Malikiyah: Mereka berpendapat bahwa yang disebut mampu ialah mereka yang memiliki kemampuan membeli hewan
kurban pada tahun ia berkurban, tetapi apabila ada kebutuhan yang sangat penting pada tahun yang sama dan mengharuskan memakai
dana yang banyak sehingga tidak mampu lagi membeli hewan kurban maka orang tersebut tidak disunatkan berkurban.
31
Pendapat madzhab ini lebih berhati-hati dalam membolehkan seseorang berkurban, jika pada pada tahun yang sama terjadi suatu
musibah yang memakan biaya banyak, sehingga menyebabkan dia belum bisa berkurban maka orang tersebut tidak dibolehkan
berkurban pada tahun yang sama. 4
Syafi’iyah: Mereka berpendapat bahwa yang dimaksud orang yang mampu berkurban adalah orang yang memiliki harta untuk
membeli hewan kurban lalu hartanya tersebut masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan kebutuhan orang yang dalam
tanggungannya seperti, kebutuhan makanan, lauk, kue, buah- buahan, dan lain sebagainya pada hari Idul Adha serta hari-hari
tasyriq.
32
Pendapat madzhab ini mengatakan haruslah memenuhi kebutuhan orang-orang yang berada didalam tanggunganya jika
semua terpenuhi barulah ia boleh berkurban. Ketika seseorang ingin berkurban maka mereka perlu mengetahui
apa saja yang harus diperhatikan. Jika seseorang mempunyai hutang maka lunasilah hutangnya, jika keluarganya ada yang mendapat
musibah lalu membutuhkan uang maka tolonglah mereka, baru dibolehkan untuk berkurban. Jika seseorang mempunyai tanggungan
keluarga yang banyak tetapi ia ingin berkurban serta berimbas kepada
30
Ibid,.
31
Ibid,.
32
Ibid,.