Tafsir Surat Al-Hajj Ayat 34

mencari ridho Allah. 15 Setelah mengetahui munasabah ayat-ayat tersebut sudah jelas bahwa didalam surat al-Hajj ayat 32-37 mempunyai kandungan ayat yang berkaitan. Untuk menafsirkan salah satu ayat, maka kita harus memahami musabah ayat-ayat tersebut agar lebih memudahkan dalam menafsirkannya. Selain itu kita dapat memahami kandungan ayat demi ayat, sekaligus memahami ayat yang akan dibahas. Setelah kita membahas tentang munasabah al-Hajj ayat 34, langkah selanjutnya yang harus dilakukan agar dapat menafsirkan ayat adalah mengetahui tentang asbabun nuzul ayat yang akan dibahas. Surat al-Hajj termasuk kedalam surat Madaniyah, terdiri atas 78 ayat, sedangkan menurut pendapat ahli tafsir, surat ini termasuk kedalam golongan surat-surat Makiyah. 16 Adanya perbedaan dalam menentukan apakah surat ini termasuk kedalam golongan Makiyah atau Madaniyah, hal ini disebabkan karena sebagian ayat tersebut yang turun di dua tempat berbeda, Seperti ayat 52, 53, 54 dan 55 antara Makiyah dan Madaniyah. 17 Surat ini dinamakan surat al-Hajj, nama yang telah dikenal sejak masa Rasulullah SAW. Nama al-Hajj adalah satu-satunya nama yang dikenal untuk surah ini. Penamaan tersebut agaknya disebabkan dalam surat ini diuraikan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as. agar mengumandangkan panggilan berkunjung ke Baitullah serta beberapa uraian tentang ibadah haji dan manfaatnya. 18 Sementara di dalam buku al-Qur`ân dan Tafsirnya menjelaskan bahwa surat ini dinamai al-Hajj, karena mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah haji, seperti Ihram, tawaf, sa’I, wuquf di Arafah, mencukur rambut serta 15 Ibid., h. 411. 16 Hafizh Dasuki, dkk., Al- Qur’ân dan Tafsirnya, Jilid 17, op.cit, h. 346. 17 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terj. dari Tafsir Al-Maragi Edisi Bahasa Arab oleh Bahrun Abu Bakar, dkk, Juz XVII, Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1992, cet. 2, h. 136. 18 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’ân, Vol. 8, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 143. menerangkan tentang syiar-syiar Allah, faedah-faedah dan hikmah- hikmah disyariatkan haji, dan sebagainya. Ditegaskan pula bahwa ibadah haji itu telah disyariatkan semenjak masa Nabi Nuh as. dan Ka’bah didirikan kembali oleh Nabi Ibrahim as bersama putranya Ismail as. 19 Kandungan surat al-Hajj ini ialah : 1 Keimanan Keimanan tentang adanya kebangkitan, dan huru hara yang terjadi pada hari kiamat; keadaan alam semesta serta aturan-aturan dan proses kejadiannya dapat dijadikan bukti tentang ke Esaan dan ke Kuasaan Allah. 20 Di dalam surat tersebut dijelaskan betapa dahsyatnya hari kiamat yang membuat manusia takut akan hari akhir yang pasti datang suatu saat nanti. 2 Hukum-hukum Kewajiban berhaji bagi kaum muslimin; ibadah haji adalah ibadah yang telah disyari’atkan sejak Nabi Ibrahim as; hukum berdusta; larangan menyembah berhala; binatang-binatang yang halal dimakan; hukum berperang dan hukum yang berhubungan dengan haji. 21 Mengenai hukum-hukum yang terdapat didalam surat al- Hajj ini, bisa menjadi acuan kita dalam kehidupan sehari-hari. 3 Dan lain-lain Menjelaskan tiap-tiap agama yang dibawa Rasul terdahulu mempunyai syari’at tertentu dan cara melakukannya; anjuran berjihad dilakukan dengan sungguh-sungguh; agama Islam tidak menimbulkan kesempitan bagi pemeluknya. 22 Selain penjabaran diatas masih banyak lagi isi kandungan surat al-Hajj yang lainnya. 19 Departemen Agama RI, Al- Qur’ân dan Tafsirnya, Jilid 6, Jakarta: Departemen Agama RI, 2006, h. 341. 20 Hafizh Dasuki, dkk., Al- Qur’ân dan Tafsirnya, Jilid 17, loc. cit. 21 Ibid. 22 Ibid., h. 347. Perlu dicatat bahwa, walaupun surah ini berbicara tentang haji, ia turun sebelum ditetapkannya kewajiban itu atas umat Islam. Rukun Islam yang kelima baru menjadi wajib setelah Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah melalui ayat-ayat surah al-Baqarah dan al- ‘Imran. 23 Al-Biqa`i berpendapat yang terdapat didalam tafsir al-misbah, bahwa tujuan pokok dan tema utama surah ini adalah mendorong manusia guna mencapai ketakwaan yang mengantarnya terhindar dari putusan Ilahi yang adil guna meraih peringkat perolehan anugerah- Nya di hari berkumpulnya semua makhluk kelak di padang Mahsyar. 24 Surat al-Hajj berisi tentang bagaimana dijelaskannya ibadah haji, kurban, beserta tata caranya. Tetapi selain itu surat al-Hajj mempunnyai kandungan yang lainnya seperti bertaqwa, menerangkan tentang hari akhir, berperang dan yang lainnya. Surat ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu sebagian ayatnya turun di Mekkah sebagian lagi di Madinnah. Jika kita membahas turunya ayat al-Qur`ân tentulah kita tidak bisa terlepas dari asbabun nuzul sebab-sebab turunya ayat tetapi pada ayat 34 ini tidak diketemukan asbabun nuzul dari ayat ter sebut. Menurut Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy ayat-ayat al- Qur`ân dibagi menjadi dua yaitu “ayat-ayat yang ada sebab nuzulnya dan ayat- ayat yang tidak ada sebab nuzulnya”. 25 Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat ayat-ayat al-Qur`ân yang diturunkan tanpa di dahului oleh sebab dan ada ayat yang diturunkan di dahului oleh suatu sebab. Sebagaimana dalam surat al-Hajj ayat 34 yang penulis kaji, di turunkan tanpa di dahului oleh sebab dengan kata lain surat al-Hajj ayat 34 tidak mempunyai asbabun nuzûl. Setelah menjelaskan tentang munasabah dan asbabun nuzul surat al-Hajj ayat 23 M.Quraish Shihab, op. cit., h. 144. 24 Ibid. 25 Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al- Qur’ân `Ulum al-Qur`an, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009, h. 18. 34, penulis akan memaparkan isi kandungan surat al-Hajj ayat 34 dengan menggunakan literatur dari kitab tafsir, h adiś-hadiś Rasulullah yang berkaitan dengan makna ayat tersebut, dan buku-buku penunjang seperti buku-buku pendidikan yang membicarakan seputar makna ayat tersebut. Surat al-Hajj ayat 34 ini membahas tentang pensyariatan kurban. Setelah ayat yang lalu menjelaskan tentang syari’at Allah menyangkut penyembelihan binatang dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, ayat ini menegaskan bahwa hal tersebut bukan hanya khusus bagi umat Islam. Ayat ini menyatakan bahwa tuntunan di atas merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah dan memang bagi tiap-tiap umat sebelum kamu telah kami syariatkan mansak, yakni syariat kurban dan tempat penyembelihannya. Tujuan syariat tersebut adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. 26     Kami telah menjadikan bagi para pemeluk agama terdahulu sebelum kalian, binatang kurban yang mereka sembelih dan darah yang mereka curahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. 27 M. Quraish Shihab menjelas dalam buku Tafsir Al-Misbah bahwa “Kata اكسن mansakan terambil dari kata اكسن nasaka yakni menyembelih ”. 28 Jika dibaca Mansakan adalah mashdar dan apabila dibaca Minsakan adalah isim makan atau nama tempat, maksudnya menyembelih kurban atau tempat penyembelihan. 29 Dalam buku Tafsir Al- Misbah dijelaskan bahwa “Patron kata yang digunakan ayat ini menunjuk pada tempat sehingga ia bernama tempat 26 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’ân, Vol 8, op.cit,.h.203. 27 Ahmad Mustafa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terj. dari Tafsir Al-Maragi Edisi Bahasa Arab oleh Bahrun Abu Bakar, dkk, Juz XVII,op.cit, h. 184. 28 M. Quraish Shihab, op.cit., h. 203. 29 Imam Jalalud-din Al-Maballiy dan Imam Jalalud-din As-Suyuthi, op.cit., h. 1383. penyembelihan. Sementara ulama memperluas maknanya sehingga memahaminya dalam arti ibadah dan ketaatan secara umum ”. 30 Pensyariatan ibadah kurban disini ialah dimana seseorang menyembelih hewan kurban pada waktu-waktu tertentu semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Potongan ayat tersebut menjelaskan bahwa telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu untuk melaksanakan ibadah kurban yang dipersembahkan hanya kepada Allah SWT. Seperti kisah nabi Ibrahim dengan putranya nabi Ismail yang melaksanakan perintah Allah untuk berkurban. Bahkan nabi Ibrahim rela mengorbankan anaknya sendiri sebagai ujian dalam ketakwaannya. Ketika nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut kemudian Allah mengganti nabi Ismail dengan kibas yang besar pada saat menyembelihnya. Kisah itulah yang menjadi salah satu latar belakang perintah berkurban.          Kami syari’atkan yang demikian itu kepada mereka, agar mereka menyebut Allah ketika menyembelihnya, dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah Dia limpahkan kepada mereka, karena itulah yang dimaksud yang terpenting. 31 Melaksanakan ibadah kurban, merupakan salah satu tanda rasa syukur manusia kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan kepadanya. Dalam potongan ayat tersebut Allah menyuruh kepada manusia agar bersyukur dengan cara berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan ternak dan menyebut Asma Allah pada saat penyembelihnya sebagai tanda bahwa hewan tersebut dipersebahkan hanya kepada-Nya. Jika kita memahami maksud dan tujuan mengapa harus menyebut nama Allah pada saat menyembelih hewan kurban, karena ditakutkan hewan kurban tersebut bukan ditunjukan untuk 30 M. Quraish Shihab, op.cit., h. 203. 31 Ahmad Mustafa Al Maragi, op.cit., h. 185. Allah SWT, tetapi untuk yang lainya. Maka tentulah hal tersebut sangat penting didalam melaksanakan ibadah kurban.      Sesungguhnya, sembahan kalian adalah satu, sekalipunibadah berbeda-beda sesuai dengan zaman, tempat dan penghapusan, sebagiannya dengan sebagian yang lain. Sebab, maksud dari ibadah- ibadah itu tidak lain adalah peyembahan terhadap Allah semata. 32 Pada penggalan ayat ini, dijelaskan tentang ke-Esaan Allah sebagai satu-satunya tempat menyembah dan memohon walaupun adanya perbedaan zaman dengan umat-umat sebelumnya ataupun nanti umat-umat yang akan datang. Ayat tersebut menjelaskan bahwa Tuhan yang disembah pada zaman nabi-nabi terdahulu sampai dengan nabi Muhammad semuanya sama dan hanya ada satu tuhan yaitu Allah SWT.   Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah, orang-orang yang taat dan merendahkan diri kepada-Nya. 33 Kata نيتبخ لا al-mukhbitin terambil dari kata تبخلا al-khabt yaitu dataran rendah yang siap diolah guna berbagai manfaat. Patron kata yang digunakan ayat ini bermakna orang yang berjalan didataran rendah. Kata tersebut secara mujazi bermakna orang yang rendah hati, tidak angkuh, tulus, tidak pamrih, serta selalu siap untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. 34 Orang yang menyembah Allah serta ia melaksanakan ibadah kurban sebagai salah satu cara bersyukur. Dan juga diartikan sebagai 32 Ibid., h. 186. 33 Imam Jalalud-din Al-Maballiy dan Imam Jalalud-din As-Suyuthi, op.cit., h. 1383. 34 M. Quraish Shihab, op.cit., h. 204. hamba Allah yang selalu taat didalam beribadah dan bertakwa kepada Allah. Ayat diatas menjelaskan bahwa penyembelihan kurban telah dikenal oleh umat-umat yang lalu. Ini dapat dibuktikan melalui al- Qur`ân dan sejarah. Hanya saja, sebagian dari umat-umat itu menyelewengkan ajaran kurban sehinggga bertentangan dengan tuntunan Allah swt., baik pada cara, tujuan, maupun jenis binatang yang disembelih sebagai kurban. 35 Pokok-pokok isi kandungan surat al-Hajj ayat 34 adalah: 1 Allah telah mensyariatkan kurban kepada uamat Nabi Muhammad sebagaimana yang telah dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu beserta umatnya. 2 Ayat ini menegaskan bahwa tiada Tuhan selain Allah yang berhak disembah dan menerima persembahan kurban tersebut, maka ketika menyembelih kurban, diwajibkan menyebut nama Allah dalam pelaksanaanya. 3 Orang yang melaksanakan Ibadah kurban, merupakan salah satu tanda bahwa ia bertaqwa dan bersyukur kepada Allah SWT.

2. Tafsir Surat Al-Kauśar Ayat 1-3

a. Teks Ayat dan Terjemahnya

             1 Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. 2 Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. 3 Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.

b. Kosa Kata Inti

35 Ibid. Kosa kata yang pertama adalah َكَنْيَطْعَأ kalimat ini terdiri dari kata kerja yaitu ىَطْعَا yang disandingkan dengan fail berdhomir نحن yang kemudian dilengkapi dengan maf`ul bih berdhomir تنأ . kalimat ىَطْعَا sendiri mempunyai arti memberikan. 36 Selanjutnya kata ْرَحْنَا merupakan fiil amr atau kata perintah yang berasal dari kata َرَحَن yang artinya menyembelih. 37

c. Tafsir Surat Al-Kauśar

Seperti surat al-hajj ayat 34, sebelum kita membahas tentang tafsirnya kita harus membahas tentang munasabah ayat terlebih dahulu untuk memudahkan dalam memahami tafsir. Pada munasabah surat al- Kauśar ini berbeda dengan surat al-Hajj yang sudah penulis paparkan di atas. Pada surat ini munasabahnya bukan ayat dengan ayat, tetapi surat ini dengan surat sebelumnya yaitu surat al-Mâ`ûn dan surat sesudahnya yaitu surat al-Kâfirûn. Pada surat sebelumnya yaitu surat al-Mâ`ûn, Allah telah memberikan penjelasan tentang ciri-ciri orang yang tidak percaya kepada kebenaran Dinul-Islam. Ciri-ciri tersebut adalah 1 bersifat bakhil, 2 berpaling dari salat yang sebenarnya 3 berlaku riya 4 tidak pernah memberi pertolongan. Kemudian dalam surat al- Kauśar ini, Allah menjelaskan tentang berbagai anugerah yang dikaruniakan kepada Rasulullah SAW., yakni berbagai kabaikan dan barakah. Karenanya, Allah menjelaskan telah memberikan al- Kauśar yang banyak mengandung nilai kebaikan. 38 Sementara itu hubungan dengan surat yang selanjutnya, dalam surat al- Kauśar Allah memerintahkan agar memperhambakan diri 36 Ahmad Warson Munawwir, Op Cit., h. 946. 37 Ahmad Warson Munawwir, Op Cit., h. 1394. 38 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terj. dari Tafsir Al-Maragi oleh Bahrun Abubakar, dkk., Jilid 28, Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993, cet. 2, h. 440. kepada-Nya, sedangkan dalam surat al-Kâfirûn perintah tersebut ditandaskan lagi. 39 Setelah penulis memaparkan munasabah surat al- Kauśar, untuk membahas tafsir surat tersebut kita juga harus mengetahui tentang makna dari nama surat dan asbabun nuzul surat al- Kauśar terlebih dahulu. Surat al- Kauśar ini termasuk kedalam surat Makiyyah, surat ini terdiri dari tiga ayat. Kata kauśar digunakan oleh masyarakat Arab untuk mengeskpresikan segala sesuatu yang banyak jumlahnya dan kedudukanya. 40 Istilah kauśar merupakan kasus deskriptif yang diturunkan dari kata kaśrat yang bermakna “banyak kebaikan atau rahmat”. Di samping itu, secara istilah, kauśar juga diterapkan untuk menyebut orang-orang mulia. 41 Surat al- Kauśar ini mempunyai banyak makna, hal ini dapat dilihat dari banyaknya para ulama tafsir dalam memberikan pendapat tentang surat ini. Kalau dari al-Qur`ân sendiri memaknai al- Kauśar adalah nikmat yang banyak. Sementara itu di dalam buku tafsir al Qurthubi dikatakan bahwa al- Kauśar adalah nama sebuah sungai di surga, makna ini disebutkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya. Lalu pendapat yang kedua di dalam buku tafsir ini mengatakan bahwa al- Kauśar adalah kolam pemandian Nabi Muhammad SAW di surga. Pendapat ini disampaikan oleh Atha, dan juga terdapat pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. 42 Kemudian di dalam tafsir Juz Amma menuliskan pendapat yang diriwayatkan para ulama diantaranya pendapat Ikrimah yang mengatakan al- Kauśar adalah kenabian, menurut Ja’far Ash-Shadiq 39 Hafizh Dasuki, dkk., Al- Qur’ân dan Tafsirnya, Jilid 30, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, h. 824. 40 Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, Terj. dari Al Jami’ li Ahkaam Al-Qur`an oleh Dudi Rosyadi dan Faturrahman, Jilid 20, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, cet. 1, h. 807. 41 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Q ur’an, Terj. dari Nur al-Qur`an oleh Rahadian, Jilid XX, Jakarta: Al-Huda, 2006, cet. 1, h. 364. 42 Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, Terj. dari Al Jami’ li Ahkaam Al-Qur`an oleh Dudi Rosyadi dan Faturrahman, Jilid 20, op.cit., h. 807-808. al- Kauśar adalah sifat Nabi Muhammad, lalu pendapat Ibn Jarir Asakir dan tokoh-tokoh lainnya, al- Kauśar adalah kebaikan yang amat banyak serta nikmat duniawi dan ukhrawi yang terdiri atas kebajikan dan keutamaan. 43 Selain pendapat yang sudah dipaparkan, masih banyak lagi dari ulama-ulama lainnya yang memaknai al- Kauśar, penulis sendiri setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa al- Kauśar adalah nikmat dan kebaikan yang banyak yang diberikan Allah kepada makhluknya. Karena isi kandungan surat, ada yang membahas tentang pemberian nikmat dari Allah kepada manusia. Meskipun penulis juga meyakini pendapat para ulama yang lain dan tidak meragukannya karena ada beberapa pendapat yang disandarkan pada hadis. Sebelum kita membahas lebih jauh tentang surat ini alangkah baiknya kita mengetahui asbabun nuzul sebab turunya ayat dalam surat tersebut. Ibnu Taimiyyah mengemukakan, bahwa mengetahui asbabun nuzul suatu ayat al-Qur`ân dapat membantu kita memahami pesan-pesan yang dikandung ayat tersebut. Selain itu asbabun nuzul suatu ayat memberikan dasar yang kokoh dalam menyelami kandungan ayat tersebut. 44 Ketika Ka’ab bin Asyraf, seorang pembesar kaum yahudi, datang ke kota Mekkah kaum kafir Quraisy menyambutnya dengan penuh hormat. Orang- orang kafir Quraisy berkata: “Tuan adalah pembesar orang Madinah, Bagaimanakah pendapat tuan tentang Muhammad yang berpura-pura menjadi orang yang sabar yang diisolasikan kaumnya. Ia beranggapan bahwa dirinya lebih mulia daripada kita semua. Padahal kita selalu menyambut orang yang beribadah haji: memberi makan dan minim kepada mereka, Asyraf: “kamu lebih mulia kepada Muhammad”. Mendengar kata-kata yang demikian Rasulullah 43 Muhammad ‘Abduh, Tafsir Juz ‘Amma, Terj. dari Tafsir Al-Qur`an Al-Karim Juz ‘Amma oleh Muhammad Bagir, Bandung: Mizan, 1998, cet. 1, h. 339. 44 A.A Dahlan dan M. Zaka Alfarisi, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat- Ayat al-Qur`an, Bandung: Diponegoro, 2002, cet. 2, h. V. SAW. gelisah resah, merasa susah. Untuk menangkan hati Rasulullah SAW. yang gundah gulana, maka Allah SWT. menurunkan ayat-ayat yang terkandung dalam surat al- Kauśar. Yakni sebagai bantahan terhadap ucapan Ka’ab bin Asyraf. 45 Lalu pada ayat yang ke dua, turun pada peristiwa Hudaibiyyah, ketika itu Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah, Jibril membawa wahyu yang memerintahkan menyembelih kurban dan melaksanakan sholat, maka Rasulullah melaksanakan sholat ‘ied dua raka’at disertai khutbah setelah melakukannya lalu Rasulullah pergi ketempat penyembelihan korban untuk melaksanakan penyembelihan hewan kurban.. 46 Pada ayat yang ke tiga ini, asbabun nuzulnya adalah tentang wafatnya salah satu anak laki-laki nabi Muhammad SAW. Dalam tafsir al-Azhar ada beberapa riwayat yang menjelaskan turunnya ayat ini, yaitu : “Menurut suatu riwayat dari ‘Atha’, paman Nabi sendiri, Abu Lahab yang sangat memusuhi Nabi, setelah mendengar bahwa anak laki-laki Nabi telah meninggal, dia pergi menemui kawan-kawanya sesama musyrikin dan berkata: sudah putus turunan Muhammad malam ini” 47 Kemudian dalam suatu riwayat dijelaskan pula dari Syamr bin Athiyyah: “Uqbah bin Abu Mu’ith pun setelah mendengar anak laki- laki Rasulullah meninggal, dengan gembira berkata: “Putuslah dia” 48 Maka turunlah ayat ini: Sesungguhnya orang-orang yang membenci engkau itulah yang akan putus. Sedang engkau sendiri tidaklah akan putus. Mereka telah mencapur-adukkan kebenaran agama dengan kekayaan dan keturunan. Mentang-mentang nabi Muhammad s.a.w. tidak mempunyai keturunan laki-laki, akan putuslah 45 A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Qur`an Surat Al-Baqarah – An- Nas, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, cet. 1, h. 957. 46 Ibid, h. 958. 47 Abdulmalik Abdulrahman Amrullah Hamka, Tafsir Al-Azhar: Juzu` 30, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004, h. 285. 48 Ibid.,