a. Buta. Seandainya warna putih matanya menutupi sebagian besar
pandanganya dan hanya tersisa sedikit, maka hewan tersebut tidak mencukupi untuk dijadikan kurban. Apalagi jika hewan itu buta.
b. Hewan yang sakit parah. Jika sakitnya tidak parah, maka boleh
dijadikan kurban. c.
Hewan yang pincang. Apabila kakinya patah maka tidak boleh dijadikan hewan kurban.
d. Hewan yang kurus yang tidak bersumsum. Yakni hewan yang tidak
memiliki sumsum karena terlalu kurus.
46
Lalu didalam hadis lain dari Ali bin Abu Thalib, mengatakan :
“Muslim bin Ibrahim menyampaikan kepada kami dari Hisyam bin Abu Abdullah ad-Dastawa`i, dari Hisyam bin Sanbar, dari Qatadah, dari
Jurai bin Kualib, dari Ali bahwa Nabi s.a.w melarang umat Islam berkurban dengan „adhbâ`, yaitu hewan yang telinga dan tanduknya
terpotong. Abu Dawud berkata, Jurai Sadusi adalah seorang dar Bashrah, dan hanya
Qatadah yang meriwayatkan darinya.” H.R. Abu Daud
47
Dari hadis di atas, dapat ditambahkan bahwa hewan yang dikurbankan yang mata dan telinganya baik, tidak sobek ataupun berlubang serta
ekornya tidak boleh terputus.
6. Tata Cara Melaksanakan Ibadah Kurban
46
Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, op.cit., h. 622.
47
Abu Daud Sulaiman bin al- Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, Ensiklopedia Hadits 5: Sunan Abu
Daud, Penerjemah Muhammad Ghazali, dkk., Jakarta: Almahira, 2013, h. 591.
Sebagaimana yang sudah dibahas terdahulu tentang waktu pelaksanaan kurban, yaitu setelah melaksanakan sholat Idul Adha dan
mendengarkan dua khutbah sampai dengan sebelum terbenamnya matahari ditanggal 13 Dzulhijjah.
Para ulama sepakat bahwa kurban tidak boleh diambil sebelum salat Idul Adha berdasarkan hadis berikut ini:
“Muhammad bin Basyar menyampaikan kepada kami dari Ghundar, dari Syu‟bah, dari Zubaid al-Iyami, dari asy-Sya‟bi, dari al-Bara` bahwa
Nabi Muhammad s.a.w bersabda: Pertama kali yang harus kita lakukan pada hari ini adalah shalat. Kemudian kita pulang, lalu kita menyembelih
hewan kurban. Orang yang melaksanakannya, dia telah melakukan sunah kita; orang yang menyembelih sebelum shalat Id, daging hewan itu
hanyalah seperti daging yang dipersembahkan untuk keluarganya dan
bukan daging kurban.” H.R. Bukhari
48
Seseorang yang berkurban, sebaiknya menyembelih dengan tangannya sendiri, tidak mewakilkannya kepada orang lain.
49
Apabila orang tersebut merasa ragu atau tidak mampu, boleh diwakilkan dengan orang lain yang
mengerti tentang persyaratan-persyaratan yang ada. Walaupun seseorang diwakilkan orang lain untuk menyembelih, namun dianjurkan untuk
menyaksikannya sendiri. Dalam Ibadah kurban, pelaksanaan penyembelihannya harus
memenuhi rukun-rukun, yaitu: a.
Penyembelih Penyembelih disini ialah orang yang boleh sah menyembelih
meliputi semua orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan,
48
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, loc.cit,.
49
Muhammad Bagir Al-Habsy, op.cit., h. 451.