Motivasi Belajar KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 56 Muhibbin mengatakan “belajar juga dapat dipahami sebagai proses yang dengan proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang ada ”. 57 Sardiman mengatakan “belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”. 58 Djamarah dalam bukunya juga menjelaskan bahwa “belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor ”. 59 Hamzah menjelaskan lebih jauh lagi bahwa “belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal dan nonformal”. 60 Menurut Sardiman “motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual ”. 61 Sedangkan Abd. Rachman Abror menyatakan bahwa “motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”. 62 56 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet.5, h. 2 57 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, Cet. 4, h. 69 58 Sardiman A.M, Interaksi Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, Cet. Ke-22, h. 20 59 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, Cet.3, h.13. 60 Hamzah B. Uno, op.cit, h. 22 61 Sardiman A.M, op.cit, h. 75 62 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 114 Martinis juga mengatakan bahwa “motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman”. 63 Sedangkan Evi Fitriyanti menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan faktor yang menentukan dan berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi belajar dapat menentukan baik tidaknya individu khususnya siswa sebagai peserta didik didalam mencapai tujuan dalam proses belajar, sehingga semakin besar motivasinya maka akan semakin besar juga kepercayaan, kegigihan, dan kesuksesan untuk meningkatkan prestasi dalam belajar. 64 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar “Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegi atan belajar yang menarik”. 65 a. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang berasal dari siswa itu sendiri intrinsik adalah: 1 Minat Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, dimana minat belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar siswa menjadi lebih mudah dan cepat. Minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Minat adalah kecenderungan seseorang untuk merasa pada objek tertentu yang dianggap penting. Dari rasa ketertarikan terhadap sesuatu akan membentuk motivasi yang akhirnya terimplementasikan dalam perilaku belajarnya. Syarat yang penting untuk memulai sesuatu adalah minat terhadap apa yang akan dimulai dan dipelajari. 63 Martinis Yamin, op.cit, h. 173 64 Evi Fitriyanti, op.cit, h. 92. 65 Hamzah B. Uno, op.cit, h.23 2 Cita-cita Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan serta oleh perkembangan kepribadian. Cita-cita untuk menjadi seseorang yang diinginkan gambaran ideal akan memperkuat semangat belajar. Seseorang dengan kemauan besar serta didukung oleh cita-cita yang sesuai maka akan menimbulkan semangat dan dorongan yang besar untuk bisa meraih apa yang diinginkan. 3 Kondisi siswa Kondisi-kondisi tersebut baik fisik maupun emosi yang dihadapi oleh peserta didik akan mempengaruhi keinginan individu untuk belajar dan tentunya akan melemahkan dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kegiatan belajar. Kondisi fisik serta pikiran yang sehat akan menumbuhkan motivasi belajar. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu. Keadaan emosional dan sosial berupa perasaan tertekan, yang selalu dalam keadaan takut akan kegagalan, yang mengalami kegoncangan karena emosi-emosi yang kuat tidak dapat belajar efektif. Demikian pula anak yang tidak disukai oleh teman dan lingkungan sosialnya akan menemui kesulitan belajar. 66 b. Menurut Elliot et al berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang berasal dari luar individu ekstrinsik, adalah: 1 Kecemasan terhadap hukuman Motivasi ekstrinsik berkenaan dengan intensif eksternal seperti penghargaan dan hukuman. Motivasi belajar dapat muncul jika ada kecemasan atau hukuman yang menyertai atau melandasi pembelajaran. Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan reinforcement dimasa 66 “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Motivasi Belajar”, http:sainsjournal- fst11.web.unair.ac.idartikel_detail-45907-PENDIDIKAN- Faktorfaktor20yang20berpengaruh20terhadap20motivasi20belajar.html, Minggu, 21 Agustus 2016 lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang terkena hukuman punishment. Maksudnya disini adalah seseorang jika mendapatkan hukuman akan lebih dikembangkan motivasinya kedepan agar tidak terkena hukuman kembali. Motivasi dengan kekerasan motivating by force yaitu memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan. 2 Penghargaan dan pujian Baik orang tua maupun pengajar memiliki cara yang berbeda- beda untuk menumbuhkan motivasi belajar anak. Selain dengan hukuman juga dapat dilakukan dengan penghargaan atau pujian. Motivasi bisa muncul jika terdapat penghargaan atau pujian yang layak yang menyertai atau melandasi pembelajaran. Penghargaan reward menimbulkan efek diantaranya yaitu: a Penghargaan dapat menimbulkan proses belajar b Penghargaan mempunyai efek negatif atas keinginan individu untuk mencoba tugas-tugas yang menantang c Penghargaan dapat mempertahankan perilaku tertentu hanya dalam waktu jangka pendek. 3 Peran orang tua Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Seiring dengan perkembangan jaman, dalam kenyataan sering tidak terasa lelah terdapat pergeseran fungsi peran orang tua pendidikan anaknya. Kebanyakan para orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya pada sekolah. Padahal seharusnya orang tua memberikan perhatian dan semangat belajar yang lebih sehingga dapat memunculkan motivasi belajar anak. Keterlibatan orang tua dalam menumbuhkan motivasi belajar perlu diusahakan, baik berupa perhatian bimbingan kepada anak maupun berprestasi secara individual dan selektif terhadap sekolah dan kegiatannya, serta memperhatikan kesulitan yang dialami anak dalam proses belajar. 4 Peran pengajar Peran pengajar dalam membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya agar makin aktif belajar. Strategi utama dalam mebangkitkan motivasi belajar pada dasarnya terletak pada guru atau pelajar itu sendiri. Membangkitkan motivasi belajar tidak hanya terletak bagaimana peran pengajar, namun banyak hal yang mempengaruhinya. Kreatifitas serta aktifitas pengajar harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswa sehingga siswa akan lebih terpacu motivasi untuk belajar, berkarya dan berkreasi. 5 Kondisi lingkungan Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar berupa keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebaya dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan yang sehat turut mempengaruhi motivasi belajar. Lingkungan yang aman, nyaman, dan bisa disesuaikan sendiri dapat menumbuhkan dorongan untuk belajar. Sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan seperti kegaduhan, kekacauan dan tidak adanya privasi dapat mengganggu kapasitas untuk berkonsentrasi dan menumbuhkan keinginan untuk tidak belajar. 67 Slameto menjelaskan “penghargaan merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dihormati oleh orang-orang lain. Secara tidak langsung ini merupakan kebutuhan perhatian, ketenaran, status, martabat, dan lain sebagainya”. 68 Ngalim Purwanto menjelaskan tentang peranan orang tua yang terdiri dari peranan Ibu dan Ayah. a. Peranan Ibu 1 Sumber dan pemberi kasih sayang, 2 Pengasuh dan pemelihara, 3 Tempat mencurahkan isi hati, 4 Pengatur kehidupan dalam rumah tangga, 5 Pembimbing hubungan pribadi, 67 Ibid,. 68 Slameto, op.cit, h.171 6 Pendidik dalam segi-segi emosional. b. Peranan Ayah 1 Sumber kekuasaan di dalam keluarga, 2 Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar, 3 Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga, 4 Pelindung terhadap ancaman dari luar, 5 Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, 6 Pendidik dalam segi-segi rasional. 69 Dalam buku Slameto, “Sutjipto Wirowidjojo menegaskan pernyataannya yang menyatakan bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama”. Orang tua yang kurang tidak mau memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka tidak menganggap penting kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak memantau kegiatan anaknya dalam belajar sehingga tidak mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang sedang dihadapi oleh anak dalam belajar dapat menyebabkan anak tidak kurang berhasil dalam belajarnya. 70 Slameto juga menjelaskan bahwasanya keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas-fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. 71

C. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren Dalam kamus besar Bahasa Indonesia “pondok adalah madrasah dan asrama tempat mengaji, belajar agama Islam”. 72 Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bamboo, atau barangkali berasal dari kata Arab, funduq, yang artinya hotel atau asrama. Terlepas dari asal-usul kata itu berasal dari mana, yang jelas ciri-ciri umum keseluruhan pesantren 69 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, Cet.20, h. 82-83 70 Slameto, op.cit, h.61 71 Ibid., h.63 72 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit, h.695 adalah lembaga pendidikan Islam yang asli Indonesia, yang pada saat ini merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia yang terus berkembang. 73 Tambahan kata “pesantren” merupakan kata benda bentukan dari kata santri yang mendapat awalan “pe-“ dan akhiran “-an”, “pesantrian”. Menurut buku Babad Cirebon, “santri” berasal dari kata “chantrik,” yang berarti orang yang sedang belajar kepada seorang guru. Jadilah bentukan kata baru “pesantrian” orang Jawa mengucapkannya “pesantren”. Dengan demikian, pesantren adalah sebuah tempat dimana para santri menginap dan menuntut ilmu mathlab. 74 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia “pesantrian pesantren tempat untuk tinggal dan belajar para santri”. 75 Pesantren adalah sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di sekitarnya. Dalam kompleks itu berdiri beberapa buah bangunan, diantaranya: rumah kediaman pengasuh, sebuah surau atau masjid, tempat pengajaran dalam bahasa Arab disebut Madrasah, atau biasa disebut sebagai sekolah, dan asrama tempat tinggal para siswa pesantren. 76 “Pondok pesantren dalam bacaan teknis merupakan suatu tempat yang dihuni oleh para santri. Pernyataan ini menunjukkan makna pentingnya ciri- ciri pondok pesantren sebagai sebuah lingkungan pendidikan yang integral ”. 77 Ciri khas paling menonjol yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya adalah sistem pendidikan yang dilakukan selama dua puluh empat jam, dengan mengkondisikan para santri dalam satu lokasi asrama yang dibagi dalam bilik-bilik atau kamar-kamar sehingga mempermudah mengaplikasikan sistem pendidikan secara total. 78 73 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta : LP3ES, 2011, Cet. 8, h. 41 74 Said Aqiel, dkk., Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999, Cet. 1, h. 133-134 75 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit, h.783 76 Abdurrahman Wahid, dkk., Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES, 1983, Cet. 2, h. 40 77 Said Aqiel, dkk., loc.cit, h. 13 78 Lanny Octavia, dkk., Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, Jakarta: Rumah Kitab, 2014, Cet. 1, h. xi 2. Kegiatan Santri Secara keseluruhan program pendidikan di pesantren terdiri atas bidang- bidang kegiatan sebagai berikut: a. Bidang pengajaran kurikuler b. Bidang adiministrasi pesantren c. Bidang pembinaan muridsantri pupil personal work 79 Zarkasyi menjelaskan berikut tabel kegiatan harian dan mingguan yang diasuh oleh Lembaga Pengasuhan: 80 Tabel 2.1 Kegiatan Harian Santri a. Harian NO. JAM KEGIATAN 1 04.00-05.30 1. Bangun tidur 2. Salat Subuh berjamaah 3. Pembinaan kemampuan berbahasa Arab atau Inggris 4. Membaca al- Qur’an 2 05.30-06.00 1. Olahraga 2. Mandi 3. Kursus-kursus bahasa, kesenian, keterampilan, dan lain- lain 3 06.00-06.45 1. Makan pagi 2. Persiapan masuk kelas 4 07.00-12.50 Masuk kelas pagi 5 12.50-13.00 Keluar kelas 6 13.00-14.00 1. Salat Zhuhur berjamaah 2. Makan siang 79 Mastuki HS et all, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2005, Cet.2, h. 128-129 80 Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern Gontor, Ponorogo: Trimurti Press, 2005, Cet.2, h. 127-128 7 14.00-15.00 Masuk kelas sore 8 15.00-15.45 1. Salat „Ashar berjamah 2. Membaca al- Qur’an 9 15.45-16.45 Aktivitas bebas 10 16.45-17.15 Mandi dan persiapan ke Masjid untuk jamaah Maghrib 11 17.15-18.30 1. Salat Maghrib berjamaah 2. Membaca al- Qur’an 12 18.30-19.30 Makan malam 13 19.30-20.00 Salat „Isya berjamaah 14 20.00-22.00 Belajar malam bersama di kelas-kelas 15 22.00-04.00 Istirahat dan tidur Tabel 2.2 Kegiatan Mingguan Santri b. Mingguan NO. HARI KEGIATAN 1 Sabtu Tidak ada perubahan dari jadwal harian 2 Ahad Pagi hari seperti jadwal harian, malam hari, setelah Jamaah „Isya’ latihan pidato muhadarah dalam Bahasa Inggris untuk kelas I-IV, kelas V diskusi, dan kelas VI menjadi pembimbing untuk kelompok latihan pidato. 3 Senin Tidak terdapat perubahan dari jadwal harian 4 Selasa Pagi hari, setelah jamaah Subuh, latihan percakapan bahasa Arab Inggris, dilanjutkan lari pagi wajib untuk para santri 5 Rabu Tidak ada perubahan dari jadwal harian 6 Kamis Dua jam terakhir pelajaran pagi digunakan untuk latihan pidato dalam bahasa Arab. Siang, 13.45-16.00, latihan Pramuka. Malam, 20.00-21.30, muhadarah bahasa Indonesia 7 Jum’at Pagi hari kegiatan percakapan dalam bahasa Arab Inggris dilanjutkan dengan lari pagi wajib. Setelah itu kerja bakti membersihkan lingkungan kampus. Selanjutnya acara bebas

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian yang relevan, diantaranya: Penelitian pertama “Siti Nurhasanah dengan judul Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang tua terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan yang diteliti pada tahun 2013. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan tekhnik korelasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling, dengan sampel penelitian seluruh siswa SMA Islam Harapan Ibu yang berjumlah 218 diambil 25 maka sampelnya berjumlah 54 orang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengaruh sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa terdapat korelasi yang sedang atau cukup kuat. Hasil tersebut terlihat dari indeks korelasi product moment r xy atau t hitung lebih besar dari pada t tabel pada taraf signifikasi 5 dan taraf signifikasi 1 0,377 0,266, sedangkan hasil analisi data menggunakan uji t diperoleh hasil t hitung 2,935 dan t tabel pada taraf signifikasi 5 sebesar 1,671, maka t hitung t tabel . dengan demikian H a diterima dan H o ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi belajar siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mencari Pengaruh dan meneliti tentang Status Sosial Ekonomi dan Motivasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu studi kasus dilakukan di SMA sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah di Pondok Pesantren.