Status Sosial Ekonomi KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

SAK Tahun 1999. Penghasilan meliputi pendapatan revenues dan keuntungan gains ”. 22 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia “penghasilan adalah perbuatan cara, proses menghasilkan atau bisa disebut sebagai pendapatan, yaitu perolehan uang yang diterima dsb ”. 23 Menurut Tulus T.H Tambunan “pendapatan artinya pembayaran yang didapat karena bekerja atau menjual jasa, tidak sama dengan pengertian kekayaan”. 24 Menurut Yusuf dan Yuni “Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang atau natura 25 . Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadi 3 golongan: 1 Gaji dan upah Imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan pekerjaan untuk orang lain. 2 Pendapatan dari usaha sendiri Merupakan nilai total hasil produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau natura. Tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital milik sendiri tanah, ternak, alat pertanian, dan lain-lain tidak diperhitungkan. Dengan demikian pendapatan dari usaha tani misalnya, merupakan penerimaan atas tenaga kerja keluarga, tanah dan managemen return to family labor, land and management. 3 Pendapatan dari sumber lain Pendapatan yang diperoleh tanpa pencurahan tenaga kerja, antara lain: a Menyewakan asset; ternak, rumah dan barang lain b Bunga uang c Sumbangan dari pihak lain d Pensiun ” 26 Sedangkan menurut Kaare sumber pendapatan digolongkan sebagai berikut: 1 Kekayaan warisan tertinggi 2 Kekayaan yang diperoleh dari usaha 3 Keuntungan dan bayaran 22 Ibid., 23 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit, h.300 24 Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, Cet. Pertama, h. 97. 25 Natura KBBI adalah barang yang sebenarnya, bukan dalam bentuk uang tt pembayaran 26 Yusuf Saefudin dan Yuni Marisa, ”Perubahan Pendapatan dan Kesempatan Kerja”, Rural Dynamics Series, No. 26, 1984, h. 10. 4 Gaji 5 Upah 6 Dana hasil usaha pribadi 7 Dana bantuan pemerintah dan penghasilan gelap 27 Badan Pusat Statistik yang dikutip oleh Mulyadi menjelaskan indikator tingkat pendapatan sebagai berikut: Rendah Rp 1.500.000 Sedang Rp 1.500.000 – Rp 3.000.000 Menengah Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000 Tinggi Rp 5.000.000 28 Pendapatan atau income, membutuhkan tersedianya sumber nafkah atau penghasilan, yaitu lapangan pekerjaan. 29 b. Pekerjaan Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, manusia harus bekerja untuk mendapatkan pendapatan agar kebutuhan hidupnya tercapai, maka dari itu setiap manusia harus memiliki pekerjaan atau profesi yang dijadikan sebagai identitas dirinya, “profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan dan keahlian dan biasanya memiliki ko de etik”. 30 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia “pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan diperbuat, dikerjakan, dsb; tugas kewajiban; hasil bekerja; perbuatan”. 31 Menurut Yusuf dan Yani pekerjaan dikelompokkan ke dalam 9 sektor, yaitu: petani, buruh tani, industri rumah tangga kerajinan, buruh industri, buruh bangunan, angkutan, dagang, jasa dan professional tatalaksana administrasi. Masing-masing sektor dibagi lagi dalam sub-sub sektor yang kesemuanya berjumlah 56 jenis kegiatan. Untuk penyederhanaan dalam analisa, maka dalam tabel- tabel yang disajikan, kegiatan pekerjaan dikelompokkan ke dalam 6 27 Kaare Svalastoga, op.cit h. 27-28 28 Mulyadi, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Pengetahuan Masyarakat Akan Dampak Konversi Lahan, Skripsi UIN Jakarta, 2015, h.18, tidak dipublikasikan. 29 Henry Faizal Noor, op.cit, h. 4 30 Oding Supriadi, Profesi Guru dan Langkah Pengembanganya, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Vol. 5, No. 1, 2008, h. 36. 31 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit, h.428 kegiatan, yaitu: usahatani padi, usahatani non padi, buruh tani, dagang, industri rumah tangga kerajinan dan buruh non pertanian. 32 Soekidjo juga menjelaskan “tenaga kerja mencakup antara lain:buruh atau karyawan, petani, nelayan, pekerja-pekerja sektor non-formal, pegawai negeri, dan sebagainya”. 33 Menurut Jeffries “pekerjaan merupakan segi penting dari kelas. Dikemukakannya pula bahwa pendidikan sering menjadi prasyarat bagi pekerjaan tertentu ”. 34 c. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan, yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah sepanjang hidup untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa kini ataupun masa yang akan datang. 35 3. Tingkatan dalam Status Sosial Ekonomi Tingkat status sosial ekonomi seseorang adalah tingkatan diperoleh dari tingkatan yang ada di dalam masyarakat. Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan: 36 a. Golongan sangat kaya, b. Golongan kaya, dan c. Golongan miskin Aristoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut seperti piramida: 32 Yusuf Saefudin dan Yuni Marisa, op.cit, h. 11. 33 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h.200 34 Sunarto Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Fakultas Ekonomi UniversitIndonesia, 2004, h. 94 35 Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, Ed.Pertama, h. 60 36 “Kelas Sosial, Status Sosial, Peranan Sosial dan Pengaruhnya ” https:belajar.kemdikbud.go.idSumberBelajartampilajar.php?ver=12idmateri=84lvl1=4lvl2 =0lvl3=0kl=11, 1= golongan sangat kaya 2= golongan kaya 3= golongan miskin a. Golongan pertama: Merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan. b. Golongan kedua: Merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. mereka terdiri dari para pedagang, dan sebagainya. c. Golongan ketiga: Merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. mereka kebanyakan rakyat biasa. Karl Marx juga membagi masyarakat ke dalam tiga golongan, yaitu: 37 a. Golongan kapitalis atau borjuis: adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi. b. Golongan menengah: terdiri dari para pegawai pemerintah c. Golongan proletar: adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik. Menurut Karl Marx golongan menengah lebih sering dimasukkan dalam kategori golongan kapitalis, karena dalam kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Sehingga hanya terdapat dua golongan masyarakat, yaitu golongan kapitalis atau borjuis dan golongan proletar. “Warner menemukan enam golongan yakni golongan “upper-upper, lower- upper, upper-middle, lower-middle, upper-lower, lower-lower ”. Jadi dapat dibedakan golongan atas, menengah, dan bawah dan tiap golongan terbagi pula dalam dua bagian yakni bagian atas dan bawah sehingga terdapat enam golongan”. 38 Gerungan mengatakan bahwa walaupun status sosial-ekonomi orang tua memuaskan, tapi apabila mereka tidak pernah peduli atau hanya sesekali memperhatikan pendidikan anaknya hal tersebut tidak akan menguntungkan bagi 37 Ibid., 38 Nasution, op.cit, h.28 1 2 3 perkembangan sosial anaknya. Pada akhirnya, perkembangan sosial anak itu bisa dtentukan dari banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya, sehingga sulit untuk menentukan faktor mana yang menyebabkan kesulitan pada saat anak mengalami kegagalan. 39

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Menurut Sardiman “kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagi daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan ”. 40 Menurut Sumardi “motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, guna mencapai suatu tujuan ”. 41 Sedangkan menurut Hamzah “motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu ”. 42 Motif itu merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Juga tingkah laku yang disebut tingkah laku secara refleks dan yang berlangsung secara otomatis, mempunyai maksud tertentu walaupun maksud itu tidak senantiasa sadar bagi manusia. Motif- motif manusia dapat bekerja secara sadar, dan juga secara tidak sadar bagi diri manusia. 43 39 Gerungan, op.cit, h. 196 40 Sardiman A.M, Interaksi Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012, Cet. Ke-21, h. 73 41 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2005, Ed 5, Cet. 13, h. 70. 42 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, Cet.3, h. 3 43 Gerungan W.A, Psikologi Sosial, Bandung: Eresco, 1988, Cet.11, h.140. “Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak ”. 44 Menurut Ormrod “motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan energize, mengarahkan dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak ”. 45 Menurut Mc. Donald, “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan ”. 46 Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting. 47 a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling”, afeksi seseorang. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan Menurut Hamzah “motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rang-sangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya”. 48 “Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan energi seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasismenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri motivasi instrinsik maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik ”. 49 44 Sardiman A.M, op.cit, h. 73 45 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2008, Ed.6, h.58. 46 Sardiman A.M, op.cit, h. 74 47 Ibid,. 48 Hamzah B. Uno, op.cit, h. 9 49 Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011, Cet. Pertama, h. 79. 2. Macam-macam Motivasi Sumardi membedakan adanya dua macam motif, yaitu a. motif-motif ekstrinsik dan b. motif-motif intrinsik. a. Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. b. Motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. 50 Hamzah juga menjelaskan perbedaan motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik berisi: 1 Penyesuaian tugas dengan minat 2 Perencanaan yang penuh dengan variasi 3 Respon siswa 4 Kesempatan peserta didik yang aktif 5 Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya, dan 6 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Sedangkan motivasi instrinsik berisi: 1 Penyesuaian tugas dengan minat 2 Perencanaan yang penuh dengan variasi 3 Umpan balik atas respon siswa 4 Kesempatan respons peserta didik yang aktif, dan 5 Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya 51 Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel di dalam buku Martinis, diantaranya adalah; 1 Belajar demi memenuhi kewajiban; 2 Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; 3 Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; 4 Belajar demi meningkatkan gengsi; 5 Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru; 6 Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat golongan administratif. 52 3. Fungsi Motivasi Tiga fungsi motivasi menurut Sardiman: 50 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, Cet. 13, h. 72-73 51 Hamzah B. Uno, op.cit, h. 9 52 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: gaung Persada Press, 2006, Cet.2, h. 179 a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menetukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 53 Sedangkan fungsi motivasi bagi manusia menurut Hamzah adalah: a. Sebagai motor penggerak bagi manusia b. Menentukan arah perbuatan c. Mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh d. Menyeleksi perbuatan diri 54 Motivasi memiliki tujuan dan fungsi yang sangat menunjang siswa di dalam proses kegiatan belajar dan memiliki peranan yang sangat penting antara lain, yaitu mendorong siswa untuk berbuat melakukan sesuatu yang akan dicapainya, menentukan arah perbuatan kepada tujuan yang akan dicapainya, menyeleksi perbuatan dengan menentukan hal-hal apa saja yang harus dilakukan dengan tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan menyisihkan hal-hal yang sekiranya tidak memberikan manfaat dalam mencapai tujuan. 55 4. Pengertian Motivasi Belajar Slameto mengata kan bahwa “belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara 53 Sardiman A.M, op.cit, h. 85 54 Hamzah B. Uno, op.cit, h.64 55 Evi Fitriyanti, “Pengaruh Motivasi Belajar dan Persepsi Siswa Atas Layanan Konseling terhadap Prestasi Belajar pada Mata pelajaran IPS”, Jurnal Sosio e-Kons, Vol. 7, 2015, h. 92-93 keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 56 Muhibbin mengatakan “belajar juga dapat dipahami sebagai proses yang dengan proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang ada ”. 57 Sardiman mengatakan “belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”. 58 Djamarah dalam bukunya juga menjelaskan bahwa “belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor ”. 59 Hamzah menjelaskan lebih jauh lagi bahwa “belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal dan nonformal”. 60 Menurut Sardiman “motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual ”. 61 Sedangkan Abd. Rachman Abror menyatakan bahwa “motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”. 62 56 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet.5, h. 2 57 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, Cet. 4, h. 69 58 Sardiman A.M, Interaksi Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, Cet. Ke-22, h. 20