global mempengaruhi wilayah tersebut. Pola-2 menunjukkan wilayah Banten, Jawa Barat bagian Utara, Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Barat
sensitif terhadap perubahan SML di perairan Indonesia dan Pasifik. Hal itu dapat dijelaskan bila SML Indonesia meningkat maka AMH di Banten, Jawa Barat bagian
Utara, Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Barat berpotensi Maju dari normalnya. Sebaliknya bila ENSO aktif maka AMH di Banten, Jawa Barat
bagian Utara, Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Barat berpotensi berpotensi mundur dari normalnya. Kondis tersebut menjelaskan bahwa kondis SML
Indonesia dan Pasifik memiliki peranan penting terhadap lokasi di 18 ZOM Jawa. Pola-3 menjelaskan wilayah Jawa Barat bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Timur
sensitif terhadap perubahan SML di perairan Indonesia. Bila terjadi peningkatan SML Indonesia maka AMH Jawa Barat bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Timur
berpotensi maju dari normalnya. Secara umum, perairan Indonesia dan Pasifik mempunyai peranan yang tidak dapat di abaikan dalam kejadian AMH di sebagian
besar wilayah Jawa. Dalam kajian ini tidak diketahui besarnya pengaruh tiap lokasi SML karena pengaruh yang diberikan tidak bersifat individu melainkan bersamaan.
4.5 Domain Prediktor SML
Berdasarkan hasil analisa peta korelasi antara anomali SML periode bulan JJA dengan AMH periode 1978-2008 di ketiga pola hubungan maka diperoleh domain
prediktor. Domain prediktor di tentukan pada pola hubungan yang nyata dengan membuat batas luasan wilayah yang memiliki nilai korelasi signifikan -0.5
≤ R ≥ +0.5. Analisis peta korelasi pada pola-1, pola-2 dan pola-3 menghasilkan batasan
wilayah prediktor domain prediktor terpilih dapat dilihat pada Tabel 1. Untuk 2 kelompok yang hubungannya tidak tampak jelas, dimasukan pada domain prediktor
pola-2. Domain prediktor menggambarkan luasan maksimum wilayah SML di lokasi perairan hasil penggabungan kemiripan pola korelasi spasial. Implikasinya adalah
domain akan berbentuk persegi sehingga dimungkan akan tercampur dengan sejumlah grid yang nilai korelasinya tidak signifikan. Hal itu akan teratasi saat
mereduksi seluruh komponen grid SML hasil ekstraksi sehingga didapatkan variabel
yang dominan. Domain yang di hasilkan berdasarkan peta spasial menggambarkan tiga domain utama. Domain pertama terletak di perairan Barat Sumatera dan
mencirikan karakteristik fenomena IOD. Domain kedua terletak di perairan Pasifik Tengah-Timur, mencirikan karakteristik fenomena ENSO. Domain ketiga terletak di
Selatan Jawa mencirikan aktifitas laut Indonesia lokal. Wilayah domain adalah batasan dalam bentuk empat persegi dari kumpulan tiap kelompok sehingga
menggambarkan luasan pola korelasi gabungan dalam satu kelompok yang sama. Dalam penyusunan model prediksi AMH, domain prediktor merupakan kombinasi
dari ketiga wilayah terpilih. Urutan kombinasinya bergantung dari pola umum hubungan korelasi AMH Jawa dan SML. Pola-1 adalah kombinasi wilayah Perairan
Barat Sumatera IOD dan Perairan Pasifik Tengah-Timur ENSO. Pola-2 adalah kombinasi Perairan Pasifik ENSO dan Perairan Selatan Jawa aktifitas laut lokal.
Pola-3 adalah perairan Selatan Jawa aktifitas laut lokal. Dengan menetapkan domain pada tiap pola hubungan maka tiap ZOM yang masuk pada pola itu memiliki
prediktor yang sama saat menyusun model prediksi AMH.
Tabel.1 Domain prediktor Pola Korelasi
ZOM vs SML Batasan wilayah
Lintang ⁰ Bujur ⁰
Pola-1
9S 3S
175E 130W
8S 3N
80E 100E
Pola-2
6S 6N
180 120W
3S 3N
120E 130E
Pola-3 8S
3N 80E
100E
4.6 Reduksi Prediktor SML