2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Musim Hujan dan Monsun
Di tinjau dari aspek geografis, Indonesia diapit oleh dua benua dan dua samudera sehingga memungkinkan adanya tiga sirkulasi atmosfer yang aktif
sepanjang tahun. Sirkulasi Hadley yang berubah menjadi monsun, sirkulasi Walker yang mengindikasikan fenomena ENSO El Nino Southern Oscillation serta sirkulasi
laut-atmosfer menyebabkan konveksi kuat yang membentuk awan potensial hujan. Selain itu sebagai negara kepulauan yang terbesar di dunia dengan luas perairan
sekitar 70 dan daratan 30 serta di lewati garis khatulistiwa menyebakan Indonesia menerima INSOLASI Incoming Solar Radiation dalam jumlah besar
mengakibatkan potensi penguapan uap air cukup kuat terjadi. Wilayah lautan dengan temperatur 28°C merupakan lokasi potensial terjadi konveksi tropis Vinaya et al.
2007.
Monsun adalah angin yang arahnya berbalik secara musiman, pembalikan tersebut membutuhkan gaya gradien tekanan yang disebakan oleh beda tekanan
atmosfer. Angin monsun disebabkan oleh perbedaan sifat fisis antara lautan ocean dan daratan continen karena kapasitas panas lautan lebih besar dari pada daratan.
Permukaan lautan memantulkan radiasi matahari lebih banyak dari pada daratan dan radiasi matahari dapat memasuki kedalaman laut juga dengan bantuan arus laut,
sedangkan didarat radiasi matahari hanya mencapai beberapa centimeter saja dari permukaan. Hasil dari beda sifat fisis ini adalah lautan lebih lambat panas bila ada
radiasi matahari dan lebih lambat dingin bila tidak ada radiasi matahari dibandingkan daratan. Pergerakan semu matahari dapat membalikkan arah gaya gradient tekanan
dari daratan ke lautan menghasilkan perubahan arah angin musiman atau monsun sehingga beda panas Utara-Selatan yang sangat penting diperkirakan antara benua
Asia dan samudera Hindia. Jika angin berhembus dari arah Barat Laut Northwest atau menuju pantai daratan maka Indonesia terjadi periode musim hujan, sebaliknya
jika angin berhembus dari arah Tenggara Southeast atau menuju lepas pantai
lautan maka Indonesia terjadi periode musim kemarau. Gambar 1 menunjukkan daerah monsun yang dibatasi oleh garis bujur 30° Barat dan 170° Timur dan oleh
garis lintang 35° Utara dan 25° Selatan Ramage 1971. Namun, belum banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi datangnya monsun, apalagi biasanya
model yang ada tidak melibatkan variabilitas interannual Falluso Webster 2002.
Gambar 1.
Peta daerah monsoon muka bumi berdasarkan definisi dari Ramage 1971.
2.2 Pengaruh Sirkulasi Walker