Evaluasi Skill Model Prediksi Awal Musim Hujan di Jawa

ZOM di Jawa secara umum cukup handal. Hal tersebut di tunjukkan dengan nilai rataan kesalahan prediksi bias di semua ZOM sebesar 1,6 dasarian atau 16 hari. Hasil verifikasi juga menunjukkan dari 30 model ZOM, sebanyak 12 model menghasilkan error lebih dari satu dasarian dan sisanya kurang dari satu dasarian. Hasil itu menunjukkan sebanyak 57 model prediksi AMH di Jawa dapat menduga hingga mendekati hasil observasi deviasi 10 hari. Kelayakan model prediksi AMH yang di indikasikan dengan kestabilan saat validasi dan verifikasi tampak berhasil di hampir semua ZOM wilayah Jawa.. Hal itu tidak terlepas dari penentuan variabel SML digunakan sebagai prediktor yang tepat sebelum model disusun. Demikian pula teknik identifikasi wilayah domain prediktor juga tampak memberikan hasil yang baik. Alasan mendasarnya adalah suatu sistim model yang baik ditentukan dengan masukan prediktor yang tepat. Namun kesatuan sistim lainnya seperti penentuan teknik dan metode yang tepat juga tidak dapat di abaikan, karena model disusun tidak bersifat individual melainkan sebuah sistim dari gabungan beberapa teknik dan metoda. Hasil tersebut tentunya semakin menguatkan alasan fisis bahwa wilayah Jawa secara umum di pengaruhi oleh iklim laut lokal dan global.

4.9.2 Evaluasi Skill Model Prediksi Awal Musim Hujan di Jawa

Kehandalan model prediksi AMH mundur dari normal pada tingkat skill kurang dari 60 terletak pada wilayah DKI Jakarta, Bogor, sebagian Sukabumi dan sebagian kecil Jawa Timur bagian Timur. Pola sebaran nilai skill pada tingkat 60- 70 tampak mendominasi sebagian besar wilayah Jawa Barat dan Banten serta Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian Tengah. Sedangkan nilai skill pada tingkat lebih dari 70 tampak terdistribusi di Banten Utara, Jawa Barat bagian Timur, sebagian Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian Timur. Kehandalan model prediksi AMH maju dari normal pada tingkat kategori lebih dari 70 tampak mendominasi sebagian besar wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa tengah dan Jawa Timur. Sedangkan nilai skill pada tingkat 60-70 tampak terdistribusi di Jawa Barat bagian tengah, Jawa Tengah, Jogjakarta dan sebagian Jawa Timur bagian Timur. Pola sebaran nilai skill pada tingkat kurang dari 60 terdistribusi di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat bagian selatan. Meskipun beda nilainya tidak terpaut jauh, secara umum kehandalan model prediksi AMH di Jawa saat kejadian maju dari normal lebih baik dibandingkan saat kejadian mundur dari normal. Kondisi itu dapat di pahami, karena wilayah Jawa tidak hanya di pengaruhi aktivitas ENSO dan IOD. Pengaruh SML Indonesia lokal tampaknya cukup kuat mensuplai uap air ke Jawa sehingga hujan tetap terjadi dan pada saat yang sama pengaruh global tidak cukup kuat. Dengan demikian, awal musim hujan maju dari normalnya di Jawa sedikit lebih dipengaruhi oleh aktivitas SML Indonesia lokal namun pengaruh iklim global tetap memilki pengaruh terhadap AMH. Besarnya pengaruh dua fenomena iklim tersebut di satu wilayah akan berbeda terhadap wilayah lainnya di Jawa. Pola skill model prediksi AMH saat kejadian mundur dari normal dengan tingkat kehandalan lebih dari 70, tampak menyebar di wilayah sekitar pesisir Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Utara. Sedangkan pola skill model prediksi AMH saat kejadian maju dari normal dengan tingkat kehandalan lebih dari 70 pola sebaranya tampak lebih luas yaitu sebagian besar Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Polanya juga tampak lebih lebar tidak hanya wilayah pesisir dan sekitarnya namun juga wilayah Jawa bagian Tengah. Uraian tersebut menunjukkan AMH mundur dari normal wilayah pesisir Jawa memiliki sensitifitas atau respon yang baik terhadap pengaruh aktifitas laut global meskipun laut lokal tetap mempengaruhi. Sedangkan kejadian AMH wilayah Jawa secara umum memiliki respon yang baik terhadap perubahan SML lokal. Rataan skill prediksi AMH maju dari normal pada pola-1 sebesar 69, pola-2 sebesar 68.8 dan pola-3 sebesar 77.0. Sedangkan rataan skill prediksi AMH mundur dari normal pada pola-1 sebesar 65.5, pola-2 64.6 dan pola-3 sebesar 75.7. Berdasarkan hasil tersebut tampak pola-3 mempunyai skill prediksi maju dan mundur dari normal lebih baik dibandingkan dua pola lainnya. Sehingga dapat dijelaskan bahwa kombinasi domain prediktor karakteristik ENSO dan laut lokal memberikan pengaruh yang lebih baik.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Secara umum AMH di Jawa dipengaruhi oleh tiga pola interaksi Laut- Atmosfer yaitu ENSO, IOD, SML Lokal, meskipun besar pengaruhnya di tiap wilayah berbeda-beda. Pernyataan itu dibuktikan oleh hasil korelasi AMH di Jawa dengan SML wilayah 15°S – 15°N; 80°E- 100°W. Terdapat hubungan linier antara AMH di Jawa dengan SML di perairan India,Indonesia dan Pasifik. Hal ini di indikasikan bila terjadi kenaikan SML di perairan Indi dan pasifik yang berasosiasi dengan kejadian IOD dan ENSO maka AMH di Jawa secara umum mundur dari normalnya. Sejalan dengan itu, bila terjadi kenaikan SML di perairan Indonesia yang berasosiasi dengan kejadian konveksi laut lokal maka AMH di Jawa secara umum maju dari normalnya. Rataan JJA di tentukan karena sekitar awal Juni adalah waktu transisi sirkulasi atmosfer dan lautan wilayah perairan Indonesia hingga Pasifik. Waktu transisi mengindikasikan sirkulasi arus laut yang hangat masuk dari pasifik dan selanjutnya meningkatkan uap air laut lokal di wilayah Indonesia pada umumnya. Sejalan dengan kondisi laut, transisi angin Timuran menjadi Baratan akan menambah uap air di wilayah Indonesia dari samudera Hindia. Sehingga apabila terjadi penyimpangan SML di perairan Indonesia-Pasifik akan menunda transisi arus angin Timuran. Dampaknya adalah musim hujan di wilayah Indonesia pada umumnya akan tertunda. Kondisi tersebut menggambarkan daerah tropis berada di ambang kritis suhu muka laut yang mendorong curah hujan maksimum atau minimum sehingga suhu muka laut berperan terhadap kejadian awal musim hujan Dari 30 ZOM 28 membentuk pola korelasi signifikan dengan SML yang terbentuk pada wilayah Samudera India, Perairan Indonesia dan Pasifik. Kondisi itu menyebabkan efek kombinasi ENSO dan SML lokal tampak dominan mempengaruhi AMH di Jawa. Indikasikan lainnya yaitu jumlah model ZOM pada pola-2 lebih banyak dibandingkan pola-1 dan pola-3.