Pola hubungan SML dengan ZOM di Jawa

Gambar 15 Peta Korelasi ZOM vs Anomali SML Pola-3 Pola ketiga menunjukkan korelasi signifikan terkonsentrasi pada perairan wilayah Indonesia R ≥ -0.5 dihasilkan oleh ZOM 12, ZOM 14, ZOM 15, ZOM 25, ZOM 28, ZOM 30. Dengan teknik yang sama dengan pola sebelumnya ditentukan batasan domain prediktor pola-3 berdasarkan gabungan lokasi peta korelasi spasial tiap ZOM pola-3 Gambar 14. Pola tersebut menjelaskan hubungan korelasi negatif antara AMH di 6 kelompok wilayah Jawa dengan perairan yang mencirikan karakteristik iklim laut lokal. Apabila SML perairan Indonesia mengalami anomali positif maka 6 kelompok wilayah Jawa akan mengalami AMH maju dari normalnya. Sedangkan ZOM 8 dan ZOM 13 tidak mempunyai pola yang jelas, namun dua ZOM tersebut dianggap sebagai pola ke-2 dalam penyusunan model prediksi. Hal itu dilakukan karena pola ke-2 merupakan kombinasi kejadian dua fenomena iklim laut global dan regional. Sehingga diharapkan pengaruh dua fenomena iklim laut dapat memberikan kontribusi terhadap wilayah ZOM 8 dan ZOM 13. Hasil peta korelasi antara anomali SML periode bulan JJA dengan AMH tiap ZOM periode 1978-2007 dapat di lihat pada lampiran 4.

4.4 Pola hubungan SML dengan ZOM di Jawa

Korelasi spasial AMH di tiap ZOM dengan SML global, didapatkan 30 pola hubungan. Masing-masing pola memuat informasi lokasi SML yang berkorelasi signifikan dengan kejadian AMH. Berdasarkan analisis visual pola yang terbentuk memiliki hubungan spesifik dengan tiga lokasi SML global, yaitu perairan Barat Sumatera, Pasifik dan Laut Indonesia. Merujuk hasil analisis korelasi spasial pada sub bab sebelumnya bahwa hubungan tiga lokasi SML dengan AMH tiap ZOM memilki tiga pola Utama. Penentuan pola didasarkan pada kemiripan peta spasial nilai korelasi signifikan. Selanjutnya ditentukan batasan lokasi SML yang berkorelasi signifikan dengan tiap ZOM itu untuk digabungkan kedalam satu peta. Hasil penggabungan adalah kumpulan kemiripan pola lokasi SML yang berkorelasi signifikan dengan AMH di tiap ZOM. Pola-1 terdiri dari 4 ZOM yang serupa, Pola-2 terdiri dari 18 ZOM yang serupa dan Pola-3 terdiri dari 6 ZOM yang serupa. Bila ZOM di Jawa yang termasuk dalam satu pola sama dipetakan maka didapatkan suatu zonasi wilayah berdasarkan kemiripan pola hubungan AMH dengan tiga lokasi spesifik SML global Gambar 15. Gambar 16. Peta Wilayah Berdasarkan Kemiripan Pola Korelasi Berdasarkkan peta kemiripan pola korelasi, dapat diidentifikasi wilayah ZOM di Jawa yang sensitif terhadap pengaruh tiga lokasi spesifik SML global. Pola-1 menunjukkan wilayah Karawang dan Jawa Tengah bagian Utara sensitif terhadap perubahan SML di Barat Sumatera dan Pasifik. Hal itu dapat dijelaskan bila terjadi IOD aktif dan ENSO aktif maka AMH wilayah Karawang dan Jawa Tengah bagian Utara berpotensi mundur dari normalnya. Kondisi tersebut karena posisi geografis Jawa Tengah bagian Utara adalah termasuk wilayah pesisir Utara sehingga iklim laut global mempengaruhi wilayah tersebut. Pola-2 menunjukkan wilayah Banten, Jawa Barat bagian Utara, Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Barat sensitif terhadap perubahan SML di perairan Indonesia dan Pasifik. Hal itu dapat dijelaskan bila SML Indonesia meningkat maka AMH di Banten, Jawa Barat bagian Utara, Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Barat berpotensi Maju dari normalnya. Sebaliknya bila ENSO aktif maka AMH di Banten, Jawa Barat bagian Utara, Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Barat berpotensi berpotensi mundur dari normalnya. Kondis tersebut menjelaskan bahwa kondis SML Indonesia dan Pasifik memiliki peranan penting terhadap lokasi di 18 ZOM Jawa. Pola-3 menjelaskan wilayah Jawa Barat bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Timur sensitif terhadap perubahan SML di perairan Indonesia. Bila terjadi peningkatan SML Indonesia maka AMH Jawa Barat bagian Selatan dan Jawa Timur bagian Timur berpotensi maju dari normalnya. Secara umum, perairan Indonesia dan Pasifik mempunyai peranan yang tidak dapat di abaikan dalam kejadian AMH di sebagian besar wilayah Jawa. Dalam kajian ini tidak diketahui besarnya pengaruh tiap lokasi SML karena pengaruh yang diberikan tidak bersifat individu melainkan bersamaan.

4.5 Domain Prediktor SML