Pohon inti digolongkan rusak apabila mengalami salah satu atau lebih keadaan Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan 1990, sebagai berikut:
a. Tajuk pohon rusak lebih dari 30 atau percabangan pohondahan besar
patah. b.
Luka batang mencapai kayu berukuran lebih dari keliling batang dengan
panjang lebih dari 1,5 m. c.
Perakaran terpotong atau banirnya rusak.
Untuk menentukan persentase kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan pemanenan kayu digunakan rumus Sukanda 1995:
Dimana : K = tingkat kerusakan tegakan tinggal
R = jumlah pohon berdiameter ≥ 20 cm yang mengalami kerusakan dalam plot
pengamatan pohonha P =
jumlah pohon berdiameter ≥ 20 cm sebelum penebangan pada plot pengamatan pohonha
Q = jumlah pohon ditebang berdiameter ≥ 50 pada plot pengamatan pohonha
3. Pengaruh kegiatan penebangan dan penyaradan terhadap kerusakan tegakan
tinggal dapat diketahui dengan melakukan analisis regresi berganda.
3.6.2 Keterbukaan Areal
Menghitung keterbukaan areal akibat pembuatan jalan sarad dan penyaradan kayu. Besar keterbukaan areal akibat pemanenan kayu diukur dengan menyusuri
jalan sarad pohon yang ditebang. Keterbukaan lahan akibat penyaradan ditentukan dengan mengukur panjang dan lebar jalan sarad pada plot tebangan, kemudian
dihitung luas jalan sarad tersebut.
3.7 Data Sekunder
Data sekunder yang diambil adalah data potensi tegakan sebelum dilakukan kegiatan penebangan pada tiap RKT PT. Ratah Timber berupa Laporan Hasil
Cruising LHC, data kondisi umum perusahaan, peta kawasan pengusahaan hutan,
peta sebaran pohon, peta topografi, dan daftar nama pohon yang berada di kawasan PT. Ratah Timber.
3.8 Analisis Data 3.8.1 Kerusakan Tegakan Tinggal
Elias 1993 menyatakan bahwa kerusakan tegakan tinggal dapat ditetapkan dengan dua cara, sebagai berikut:
1. Berdasarkan populasi pohon dalam petak, yaitu pembagian antara jumlah
pohon yang rusak setelah kegiatan pemanenan kayu dengan jumlah pohon sebelum penebangan dikurangi dengan jumlah pohon yang ditebang.
2. Berdasarkan tingkat keparahan kerusakan tegakan tinggal menggunakan
kriteria yang terjadi pada individu pohon Berdasarkan populasi pohon dalam petak, kerusakan tegakan tinggal dapat
dikelompokkan menjadi kerusakan ringan besarnya kerusakan tegakan tinggal kurang dari 25, kerusakan sedang 25 sampai 50, dan kerusakan berat lebih
dari 50. Persentase kerusakan tegakan tinggal dilihat dari kerapatan awal tegakan sebelum pemanenan dengan banyaknya pohon yang rusak akibat kegiatan
pemanenan. Terdapat tiga tipe kerusakan yang terjadi pada individu pohon Elias 1993,
sebagai berikut: 1.
Kerusakan ringan a.
Rusak tajuk kurang dari 30 tajuk rusak b.
Luka batangrusak kulit keliling dan panjang luka kurang dari
1,5 m atau kerusakan sampai kambium dengan lebar lebih dari 5 cm, sepanjang garis sejajar sumbu longitudinal dari batang
c. Rusak banirakar kurang dari
banir rusak atau perakaran terpotong 2.
Kerusakan sedang a.
Rusak tajuk 30 sampai 50 tajuk rusak atau bagian tajuk mengalami
kerusakan b.
Luka batangrusak kulit sampai
keliling pohon rusak atau 150 sampai 300 cm kulit rusak
c. Condong atau miring pohon miring membentuk sudut kurang dari 45
dengan tanah 3.
Kerusakan berat a.
Patah batang b.
Pecah batang c.
Roboh, tumbang atau miring sudut lebih dari 45 dengan permukaan tanah
d. Rusak tajuk lebih besar dari 50 tajuk rusak, juga didasarkan atas
banyaknya cabang pembentuk tajuk patah e.
Luka batangrusak kulit lebih dari keliling pohon atau 300 sampai 600 cm
kulit mengalami kerusakan f.
Rusak banirakar lebih dari banir atau perakaran rusak terpotong
3.8.2 Keterbukaan areal akibat kegiatan penyaradan
Keterbukaan lahan akibat penyaradan adalah luas tanah yang terbuka akibat kegiatan penyaradan pohon yang dilewati oleh bulldozer atau lalu lintas bulldozer
menuju lokasi penyaradan. Keterbukaan areal ditentukan dengan dengan mengukur panjang dan lebar jalan sarad pada plot tebangan untuk memperoleh luas jalan sarad
tersebut. Penelusuran jalur sarad dilakukan dengan menggunakan GPS dan pita ukur.
Persen keterbukaan lahan akibat penyaradan dihitung dengan rumus:
Dimana: K =
persentase keterbukaan areal L =
Luas areal terbuka akibat penyaradan m
2
3.8.3 Analisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi keruskan tegakan tinggal
Untuk mengetahui pengaruh penebangan dan penyaradan terhadap kerusakan tegakan tinggal pada kedua metode pemanenan kayu dilakukan analisis
regresi. Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya kerusakan
tegakan tinggal adalah kelerengan dan kerapatan tegakan sebelum ditebang. Hubungan regresi dinyatakan dalam persamaan regresi berganda.
Dimana: ŷ
= kerusakan tegakan tinggal b
, b , b = koefisien regresi
x = intesitas pemanenan pohonha
x = kerapatan tegakan pohonha
x = kelerengan lahan
Untuk mengetahui pengaruh ketiga peubah x , x , x terhadap kerusakan
tegakan ŷ dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
3.8.4 Analisis pengaruh penerapan metode RIL terhadap kerusakan tegakan tinggal pada pemanenan kayu
Untuk mengetahui pengaruh penerapan RIL pada kegiatan pemanenan kayu dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t berpasangan.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Biofisik 4.1.1 Letak dan luas IUPHHK
Secara geografis areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber terletak pada 114
o
55’ – 115
o
30’ Bujur Timur dan 0
o
2’LS – 0
o
15’LU. Berdasarkan letak administrasi pemerintahan, areal tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Long
Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan wilayah pemangkuan hutan IUPHHK PT. RATAH TIMBER
termasuk dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Mamahak Besar, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Timur. Adapun batas-batas areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber disajikan pada Tabel 13 PT. Ratah Timber 2010.
Tabel 13 Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT. Ratah Timber
No Lokasi Berbatasan dengan
1 Utara
Areal Penggunaan Lain APL dan IUPHHK-HA PT Seroja Universum Narwastu
2 Timur
APL dan IUPHHK PT. Kedap Sayaaq 3
Selatan Hutan Negara Non IUPHHK dan Hutan Lindung Batu Buring
Ayok 4
Barat Hutan Negara Non IUPHHK dan IUPHHK Agro City Kaltim
Sumber: PT. Ratah Timber 2010
Hasil super-impose antara Peta Areal Kerja IUPHHK PT. Ratah Timber dengan Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi Kalimantan Timur
disajikan pada Tabel 14 di bawah ini PT. Ratah Timber 2010. Tabel 14 Luas areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan fungsi hutan
No Fungsi hutan
Luas Jumlah Ha
Blok I Blok II
1 Hutan
Produksi Tetap
HP 66.610
6.810 73.420
2 Hutan Produksi Terbatas
HPT 20.005
- 20.005
Jumlah 86.615
6.810 93.425
Sumber: PT. Ratah Timber 2010
4.1.2 Jenis tanah dan geologi
Berdasarkan peta tanah tinjau Kalimantan skala 1:250.000 tahun 1976, areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik merah
kuning, latosol, dan aluvial. Luas masing-masing jenis tanah secara rinci disajikan pada Tabel 15 berikut PT. Ratah Timber 2010.
Tabel 15 Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan jenis tanah
No Jenis tanah Luas
Blok I Blok II
Total Ha
Ha Ha
1 Podsolik Merah Kuning
75.095 86,7
3.228 47,4
78.323 84
2 Latosol
9.354 10,8
3.582 52,6
12.936 14
3 Aluvial
2.165 2,5
- -
2.165 2
Jumlah 86.615
100 6810
100 93.425
100
Sumber: PT. Ratah Timber 2010
4.1.3 Topografi
Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara skala 1:25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja ±71,9 tergolong
datar hingga landai. Di samping itu juga terdapat areal dengan kelerengan 40 sangat curam seluas 496 ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya disajikan
pada Tabel 16 di bawah PT. Ratah Timber 2010. Tabel 16 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber
Klasifikasi Kelas Lereng Blok I ha
Blok II ha Jumlah HP
HPT HP
Ha A : 0
– 8 Datar 37.348
4.553 2.125
44.026 47,1
B : 9 – 15 Landai
16.992 4.685
1.498 23.175
24,8 C : 16
– 25 Agak curam 8.446 4.303
2.186 14.935
16,0 D : 26
– 40 Curam 2.785
3.347 885
7.017 7,5
E : 40 Sangat curam 380
116 496
0,5 Tidak ada data
1.039 2.737
3.776 4,0
Jumlah 20.005
6.810 93.425
100,0
Sumber: PT. Ratah Timber 2010
4.1.4 Iklim
1. Curah hujan Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di areal IUPHHK
PT. Ratah Timber termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah bulan basah adalah 12 bulan nilai Q = 0. Data tentang curah hujan rata-rata bulanan
dan hari hujan bulanan disajikan pada Tabel 17 berikut PT. Ratah Timber 2010. Tabel 17 Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata-rata di sekitar areal
IUPHHK PT. Ratah Timber
No Bulan
Curah hujan mm Hari hujan
1 Januari
399 11
2 Februari
147 4
3 Maret
348 6
4 April
372 11
5 Mei
310 9
6 Juni
159 8
7 Juli
170 9
8 Agustus
80 5
9 September
404 17
10 Oktober
407 12
11 November
552 17
12 Desember
400 14
Jumlah 3.748
123 Rata-rata
312 10
Sumber: PT. Ratah Timber 2010
2. Suhu dan kelembaban udara Kecepatan angin tertinggi tercatat sebesar 17
– 22 knot dengan frekuensi rata-rata 23 kali setahun, bertiup dari arah Timur Laut dan umumnya berlangsung
antara bulan Januari sampai Maret. Selain bulan-bulan tersebut, angin bertiup dengan kecepatan antara 4 sampai 6 knot dari arah Utara ke Timur Laut atau Barat
Laut PT. Ratah Timber 2010.
4.1.5 Hidrologi
Areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber berada di dalam satu Daerah Aliran Sungai DAS dengan beberapa Sub DAS, yaitu: Sub DAS Mahakam Ulu, Sub
DAS Ratah, Sub DAS Hubung, Sub DAS Long Gelawang, Sub DAS Benturak, Sub DAS Nyerubungan, Sub DAS Pari dan Sub DAS Jerumai PT. Ratah Timber 2010.
4.1.6 Kondisi hutan
Berdasarkan hasil interpretasi citra, kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT. Ratah Timber sebagian besar berupa hutan bekas tebangan, meliputi: 75.123 ha
80,4, dan sisanya berupa hutan primer seluas 7.149 ha 7,6, non hutan 9.144 ha 9,8, dan areal tertutup awan 2.009 ha 2,2, sebagaimana disajikan pada
Tabel 18 PT. Ratah Timber 2010. Tabel 18 Kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. Ratah Timber
No Penutupan lahan Fungsi dan peruntukan hutan ha
HPT HP
BZHL Jumlah
1 Hutan primer
2.487 4.330
332 7.149
7,6 2
Hutan bekas tebangan 14.422
58.269 2.432
75.123 80,4
3 Non-hutan
477 8.464
233 9.144
9,8 4
Tertutup awan 2.009
2.009 2,2
Jumlah 17.356
73.072 2.997 93.425
100,0
Sumber: PT. Ratah Timber 2010
Untuk kepentingan penyusunan dokumen RKUPHHK ini, maka kondisi penutupan lahan sebagaimana tersebut diatas perlu dilakukan analisis dan koreksi
terhadap areal yang tertutup awan dan juga disesuaikan dengan perubahan kondisi terkini di lapangan, seiring dengan perkembangan kegiatan operasional
pemanfaatan hutan di areal IUPHHK PT. Ratah Timber PT. Ratah Timber 2010. Perkiraan kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT. Ratah Timber setelah
dilakukan analisis dan koreksi terhadap areal yang tertutup awan serta prognosa realisasi tebangan sampai dengan akhir tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 19
berikut PT. Ratah Timber 2010. Tabel 19 Perkiraan kondisi penutpan lahan di areal IUPHHK PT. Ratah Timber
pada akhir 2010 No Penutupan lahan
Fungsi dan peruntukan hutan Ha HPT
HP BZ HL
Jumlah 1
Hutan primer 2.487
4.330 332
7.149 7,6
2 Hutan bekas tebangan
16.431 58.269
2.432 75.123
82,6 3
Non hutan 477
8.464 233
9.144 9,8
Jumlah 17.356
73.072 2.997
93.425 1000
Sumber: PT. Ratah Timber 2010
4.2 Kondisi Sosial Ekonomi 4.2.1 Kependudukan
Menurut administrasi pemerintahan, areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber berada di Kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten Kutai
Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Terdapat 11 desa yang berada disekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber PT. Ratah Timber 2010. Jumlah penduduk di
11 desa yang terdapat di dalam dan disekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber menurut data Kecamatan Long Hubung Dalam Angka dan Kecamatan
Laham Dalam Angka Tahun 2009 adalah sebesar 8.524 Jiwa. Kepadatan penduduk berkisar antara 1,88
– 49,27 jiwakm². Jumlah dan kepadatan penduduk di desa-desa yang terdapat di sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber
disajikan pada Tabel 20 PT. Ratah Timber 2010. Tabel 20 Jumlah dan kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. Ratah
Timber
No Desa
Luas Km²
Penduduk jiwa
Keluarga KK
Kepadatan JiwaKm²
JiwaKK I
Kec. Long Hubung
1 Mamahak Teboq
199,01 1.480
385 12,44
3,84 2
Sirau
1
3 Lutan
137,32 751
186 5,47
4,04 4
Datah Bilang Ilir 36,62
73,24 1.428
2.137 380
485 39,00
29,18 3,76
4,41 5
Datah Bilang Ulu 6
Datah Bilang Baru
1
7 Long Hubung
27,46 1.353
303 49,27
4,47 Sub Jumlah I
473,65 7.149
1.739 15,09
4,11 II
Kec. Laham 1
Muara Ratah 366,18
689 166
1,88 4,15
2 Long Gelawang
137,32 514
128 3,74
4,02 3
Danum Paroy 45,77
172 46
3,76 3,74
4 Nyerubungan
1
Sub Jumlah II 549,27
1.375 340
2,50 4,04
Jumlah 1.022,
92 8.524
2.079 8,33
4,10
Sumber : PT. Ratah Timber 2010
Keterangan :
1
Desa hasil pemekaran data kependudukan dan luas wilayah masih tergabung dengan desa induk .
Desa-desa tersebut belum tercantum dalam data Kecamatan Long Hubung dalam Angka dan Kecamatan Laham Dalam Angka 2009
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Plot Penelitian