BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Plot Penelitian
Plot penelitian dibuat pada petak tebang RKT 2010 dan 2011. Pada plot yang berada pada petak tebang RKT 2010 petak J5 dan J15, tahap pertama yang
dilakukan di lapangan adalah pembuatan plot. Selanjutnya dilakukan pengecekan tunggak dan pohon yang masih berdiri pada setiap plot. Hal ini dilakukan untuk
memeriksa kebenaran data Laporan Hasil Cruising LHC perusahaan. Tahapan yang sama juga dilakukan pada plot yang dibuat di petak P38 RKT 2011 karena
pada petak tersebut telah dilakukan pemanenan kayu dengan metode pemanenan RIL.
Dari pengecekan yang dilakukan, data yang diperoleh dari LHC perusahaan sama seperti data yang ditemukan di lapangan. Hal ini dijelaskan dengan tunggak
dan pohon berdiri yang ditemukan pada plot penelitian sesuai dengan data LHC perusahaan. Namun, ada beberapa pohon atau tunggak yang tidak ada identitas
berupa label merah atau kuning. Hal ini disebabkan pada saat proses pemanenan label terjatuh pada saat pohon tumbang. Lepasnya label dari pohon berdiri atau
tunggak juga dapat disebakan oleh kondisi alam, seperti hembusan angin dan gangguan dari hewan yang ada di hutan. Identitas pohon tersebut dapat diketahui
dengan melihat tally sheet LHC perusahaan dan membandingkannya di lapangan. Sementara itu, pada plot yang dibuat di petak P36B dilakukan pengecekan terhadap
pohon berdiri baik pohon berlabel merah dan kuning. Pada plot di petak ini, semua label masih terdapat pada pohon inti maupun layak tebang karena petak ini belum
dilakukan pemanenan kayu. Hasil pengecekan kembali sesuai dengan LHC perusahaan.
Data LHC dan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa besarnya ke
rapatan pohon yang berdiameter ≥ 20 cm, pohon layak tebang, dan kelerengan lahan pada setiap plot serta intensitas pemanenan pada plot yang menggunakan
metode pemanenan CL dan RIL seperti ditunjukkan pada Tabel 21 dan Tabel 22.
Tabel 21 Kondisi plot penelitian yang menggunakan metode pemanenan CL
No Kelerengan
Kerapatan Pohon Layak tebang
Intensitas Pemanenan Plot
Lahan Tegakan
Jumlah Volume
Jumlah Volume
pohonha pohonha
m
3
pohonha m
3
1 18,54
39 2
5,12 2
5,12 2
26,10 47
7 39,37
7 39,37
3 24,21
38 6
23,21 3
12,63 4
25,05 44
11 41,37
9 31,23
5 30,83
34 7
37,68 5
22,95 6
24,00 26
4 30,67
2 14,15
7 40,28
47 7
41,58 4
17,53 8
31,94 32
9 105,24
3 10,73
9 63,25
47 14
89,10 6
50,27 10
69,02 31
9 55,95
6 36,09
Rata-rata 35,32
38,50 7,60
46,93 4,70
24,01 Simpangan
Baku 16,42
7,23 3,23
28,35 2,19
13,88
Keterangan : Jumlah pohon berdiameter ≥ 20 cm setiap ha
: Jumlah pohon yang ditebang dan disarad setiap ha Lampiran 1
Tabel 21 menunjukkan bahwa kondisi awal ke-10 plot penelitian bervariasi dilihat dari kelerengan lahan, kerapatan tegakan, jumlah pohon layak tebang dan
intensitas pemanenan. Plot yang memiliki kelerengan paling curam adalah plot 10 dengan kelerengan sebesar 69,02 dan plot dengan kelerengan paling landai adalah
plot 1 sebesar 18,54. Kerapatan tegakan paling besar terdapat pada plot 2, plot 7, dan plot 9 dengan kerapatan tegakan sebanyak 47 pohonha, sedangkan kerapatan
tegakan paling kecil berada pada plot 6 yakni 26 pohonha. Tabel 21 juga memperlihatkan perbedaan intensitas pemanenan pada masing-masing plot.
Intensitas pemanenan terbanyak terdapat pada plot 4 sebanyak 9 pohonha dan yang paling sedikit terdapat pada plot 1 dan plot 6 sebanyak 2 pohonha. Perbedaan
intensitas pemanenan pada masing-masing plot disebabkan oleh perbedaan jumlah pohon per ha setiap plot.
Tabel 22 Kondisi plot penelitian yang menggunakan metode pemanenan RIL
No Kelerengan
Kerapatan Pohon Layak tebang Intesitas P
emanenan
Plot Lahan
Tegakan Jumlah
Volume Jumlah
Volume pohonHa pohonha
m
3
pohonha m
3
1 59,40
64 8
29,55 4
14,75 2
55,90 48
9 32,19
5 19,32
3 44,40
46 4
14,98 2
7,81 4
47,60 31
9 46,47
6 34,46
5 50,00
33 9
61,02 4
17,77 6
44,53 47
10 51,66
9 46,32
7 28,76
50 8
49,86 3
20,98 8
46,53 28
7 72,98
4 61,97
9 32,33
29 3
55,36 3
55,36 10
63,87 45
6 51,47
4 42,22
Rata-rata 47,33
42,10 7,30
46,55 4,40
32,10 Simpangan
Baku 10,43
10,96 2,19
15,93 1,85
17,68
Keterangan : J
umlah pohon berdiameter ≥ 20 cm setiap ha : Jumlah pohon yang ditebang dan disarad setiap ha Lampiran 2
Tabel 22 menunjukkan kondisi awal ke-10 plot penelitian untuk pemanenan menggunakan metode RIL bervariasi dilihat dari kelerengan lahan, kerapatan
tegakan, dan jumlah pohon layak tebang dan intensitas pemanenan. Tabel di atas menunjukkan bahwa plot yang memiliki kelerengan paling curam adalah plot 10
sebesar 63,87 dan plot dengan kelerengan paling landai adalah plot 7 sebesar 28,76. Kerapatan tegakan paling besar terdapat pada plot 1 sebanyak 64 pohonha
sedangkan kerapatan tegakan paling kecil terdapat pada plot 8 yakni 28 pohonha. Intensitas pemanenan paling banyak terdapat pada plot 6 sebanyak 9 pohonha dan
yang paling sedikit terdapat pada plot 3 yakni 2 pohonha. Kondisi awal pada plot menggunakan metode pemanenan CL dan RIL
bervariasi dilihat dari kerapatan tegakan, intensitas pemanenan, dan kelerengan lahan. Pada plot yang menggunakan metode pemanenan CL, kerapatan tegakan
berkisar antara 26 sampai 47 pohonha dengan rata-rata 38,50 pohonha. Sementara pada plot dengan pemanenan menggunakan metode RIL berkisar antara 28 sampai
64 pohonha dengan rata-rata 42,10 pohonha. Kondisi kelerengan lahan juga berbeda. Pada plot yang menggunakan metode pemanenan CL kelerengan lapangan
berkisar antara 18,54 sampai 69,02 dengan rata-rata 35,32. Sementara pada
plot menggunakan metode pemanenan RIL kelerengan lapangan berkisar antara 28,76 sampai 63,87 dengan rata-rata 47,33. Intensitas pemanenan pada plot
menggunakan metode pemanenan CL berkisar antara 2 sampai 9 pohonha dengan rata-rata 4,70 pohonha, sedangkan pada plot yang menggunakan metode
pemanenan RIL intensitas pemanenan berkisar antara 2 sampai 9 pohonha dengan rata-rata 4,40 pohonha.
Pada Tabel 21 dan Tabel 22 terlihat bahwa besarnya intensitas pemanenan berbeda-beda pada setiap plot penelitian. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah pohon
layak tebang yang berbeda pada setiap plot, kondisi topografi plot penelitian dan keadaan fisik pohon layak tebang tersebut. Hasil penelitian Suhartana 2001
menunjukkan jumlah pohon yang ditebang pada plot terkendali berkisar antara 9 pohonha sampai 12 pohonha dengan rata-rata 10 pohonha dan pada plot
konvensional berkisar antara 8 pohonha sampai 12 pohonha dengan rata-rata 10 pohonha. Perbedaaan intensitas pemanenan ini dipengaruhi oleh perbedaaan
potensi pohon layak tebang yang terdapat pada masing-masing plot dan kondisi fisik pohon layak tebang tersebut.
5.2 Kegiatan Pemanenan Kayu