plot menggunakan metode pemanenan RIL kelerengan lapangan berkisar antara 28,76 sampai 63,87 dengan rata-rata 47,33. Intensitas pemanenan pada plot
menggunakan metode pemanenan CL berkisar antara 2 sampai 9 pohonha dengan rata-rata 4,70 pohonha, sedangkan pada plot yang menggunakan metode
pemanenan RIL intensitas pemanenan berkisar antara 2 sampai 9 pohonha dengan rata-rata 4,40 pohonha.
Pada Tabel 21 dan Tabel 22 terlihat bahwa besarnya intensitas pemanenan berbeda-beda pada setiap plot penelitian. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah pohon
layak tebang yang berbeda pada setiap plot, kondisi topografi plot penelitian dan keadaan fisik pohon layak tebang tersebut. Hasil penelitian Suhartana 2001
menunjukkan jumlah pohon yang ditebang pada plot terkendali berkisar antara 9 pohonha sampai 12 pohonha dengan rata-rata 10 pohonha dan pada plot
konvensional berkisar antara 8 pohonha sampai 12 pohonha dengan rata-rata 10 pohonha. Perbedaaan intensitas pemanenan ini dipengaruhi oleh perbedaaan
potensi pohon layak tebang yang terdapat pada masing-masing plot dan kondisi fisik pohon layak tebang tersebut.
5.2 Kegiatan Pemanenan Kayu
Sistem pemanenan kayu yang dilaksanakan di IUPHHK PT. Ratah Timber merupakan sistem pemanenan mekanis. Kegiatan pemanenan kayu yang diamati
pada penelitian ini adalah penebangan dan penyaradan pada masing-masing plot. Kegiatan penebangan dilakukan oleh regu chainsaw dengan sistem
borongan. Setiap regu chainsaw menebang pada petak tebangan yang telah ditentukan oleh mandor tebang. Satu petak tebang dikerjakan oleh dua regu
chainsaw, pembagiannya menurut jalur sarad utama yang akan dilalui oleh bulldozer. Seorang operator chainsaw dibantu oleh satu orang helper. Sebelum
melakukan penebangan, operator chainsaw mempersiapkan alat tebang yaitu chainsaw, mengisi BBM, pelumas mesin dan rantai, dan kadang mengikir rantai
chainsaw agar tetap tajam. Sebelum melakukan penebangan, operator chainsaw melihat keadaan pohon untuk menentukan boleh atau tidaknya pohon tersebut
ditebang. Ketentuan itu dilihat dari diameter, kondisi fisik, kondisi kesehatan pohon, dan tipe pohon yang mudah pecah. Selain itu, kondisi topografi juga
menjadi pertimbangan operator chainsaw. Apabila topografi terlalu curam, operator chainsaw tidak akan menebang pohon karena akan menyebabkan pecah batang
yang parah dan bulldozer akan sulit menyarad kayu tersebut. Operator chainsaw tidak akan menebang pohon yang cacat dan yang berdiameter kurang dari 50 cm.
Arah rebah pohon ditentukan dengan melihat kecondongan tajuk, topografi sekitar pohon dan memperhatikan kondisi tegakan tinggal pada pemanenan menggunakan
metode RIL. Tahap selanjutnya yang dilakukan operator chainsaw adalah membersihkan tumbuhan yang melilit pada pohon yang akan ditebang sementara
helper membuat jalur keselamatan yang berlawanan arah dengan arah rebah pohon untuk memudahkan operator chainsaw dan helper menghindari pohon tumbang.
Kegiatan penyaradan dilakukan dengan menggunakan bulldozer CAT D7G. Ukuran bladenya adalah 4 meter dan memiliki winch pada bagian belakangnya.
Winch sepanjang ± 30 meter ini digunakan untuk menyarad kayu. Pada pemanenan menggunakan metode RIL, kegiatan penyaradan dimulai dengan pembukaan jalan
sarad oleh bulldozer. Jalur sarad sebelumnya telah ditandai di lapangan oleh tim perencanaan perusahaan berupa pita merah yang diikat atau diselipkan pada pohon
sepanjang jalur penyaradan. Kemudian bulldozer menarik log yang telah ditebang. Sementara itu, pada pemanenan kayu menggunakan metode CL, tim perencanaan
tidak membuat rencana jalan sarad. Operator bulldozer juga tidak berkoordinasi dengan operator chainsaw sehingga operator bulldozer bertugas untuk mencari log
yang telah rebah. Operator bulldozer dibantu oleh satu orang helper yang bertugas untuk mengikatkan chocker pada kayu siap sarad dan membantu proses penyaradan
hingga TPn.
5.3 Kerusakan Tegakan Tinggal 5.3.1 Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan