Simulasi Transportasi Hasil Pertanian

13 komoditas. Bahan yang umum digunakan adalah merang atau jerami, daun-daun kering, pelepah batang pisang, tikar, kertas koran atau kertas lainnya, dan sebagainya Hasiholan 2008. Menurut Noer 1998, kunci utama pengepakan sayuran dan buah-buahan yang baik adalah pemberian dan penyusunan lapisan dasar atau bahan pengisi liner dengan baik dan tepat. Bahan pengisi yang baik merupakan faktor yang penting bagi penyelesaian lapisan-lapisan berikutnya sehingga tekanan tidak terlalu besar. Bahan pengisi yang berupa cabikan kertas maupun daun pisang kering tersebut dapat diletakkan pada bagian atas dan bawah wadah, diantara buah dalam wadah atau pada setiap tempat dimana buah bersentuhan dengan wadah pengemas.

E. Simulasi Transportasi Hasil Pertanian

Pengangkutan merupakan mata rantai yang penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan serta sayuran. Pengangkutan dilakukan untuk menyampaikan komoditas hasil pertanian secara cepat dari produsen ke konsumen. Di Indonesia perhubungan lewat darat sangat dominan terhadap pengangkutan buah yang hendak dipasarkan selanjutnya. Alat angkut yang umum digunakan adalah truk, mobil bak terbuka atau sejenisnya, dan menggunakan kereta api Satuhu, 2004. Dalam kondisi jalan yang sebenarnya, permukaan jalan ternyata memiliki permukaan yang tidak rata. Permukaan jalan yang tidak rata ini menyebabkan produk mengalami berbagai guncangan ketika ditransportasikan. Besarnya guncangan yang terjadi bergantung kepada kondisi jalan yang dilalui. Ketidakrataan ini disebut amplitudo dan tingkat kekerapan terjadinya guncangan akibat ketidakrataan jalan tersebut dinamakan frekuensi. Kondisi transportasi yang buruk ini dan penanganan yang tidak tepat pada komoditi yang ditransportasikan buah dan sayuran dapat menyebabkan kerugian berupa turunnya kualitas komoditi yang akan disampaikan ke tangan konsumen. Penurunan kualitas yang sering terjadi adalah kerusakan mekanis pada buah dan sayuran. Purwadaria dkk telah merancang alat simulasi transportasi yang dapat mewakili pengaruh guncangan yang terjadi pada kondisi jalan yang sebenarnya. Alat simulasi ini telah disesuaikan dengan jalan yang terdapat di dalam dan luar kota. Menurut Darmawati 1994, hal yang menjadi dasar perbedaan jalan dalam kota dan luar kota adalah besar amplitudo ynag terukur dalam suatu panjang tertentu. Jalan dalam kota mempunyai amplitudo yang rendah dibanding jalan luar kota, maupun jalan buruk aspal dan jalan buruk berbatu. Frekuensi alat angkut yang tinggi bukan penyebab utama kerusakan buah dalam pengangkutan, yang lebih berpengaruh terhadap kerusakan buah adalah amplitudo jalan. Pada simulasi pengangkutan dengan menggunakan truk guncangan yang dominan adalah guncangan pada arah vertikal. Sedangkan guncangan pada kereta api adalah guncangan horisontal, guncangan lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensinya kecil sekali Soedibyo 1992. Purwadaria 1992 dalam Muthmainah 2008, menyatakan bahwa guncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun di rel kereta api dapat mengakibatkan kememaran, susut bobot, dan memperpendek masa simpan. Hal ini terutama terjadi pada pengangkutan buah dan sayuran yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat menahan efek guncangan, tetapi gaya redamnya tergantung pada jenis kemasan dan tebal bahan kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan, dan susunan kemasan di dalam alat angkut. 14 Tabel 3. Data guncangan truk Jumlah kejadian amplitudo Amplitudo gerakan vertikal cm Jalan dalam kota Jalan luar kota Jalan buruk aspal Jalan buruk berbatu 1 3.5 3.9 4.8 5.2 500 3.2 3.6 4.2 4.1 1000 2.9 3.3 3.9 3.8 1500 2.5 3.0 3.5 3.6 2000 2.2 2.8 3.1 3.2 2500 1.8 2.5 2.8 2.6 3000 1.6 2.1 2.8 2.6 3500 1.5 2.0 2.0 2.0 4000 1.1 1.7 1.2 1.1 4500 0.9 1.3 0.8 0.7 5000 0.0 0.1 0.2 0.1 Amplitudo rataan 1.3 1.74 1.85 1.71 Sumber: Lembaga Uji Kontruksi BPPT, 1986 Pradnyawati 2006 telah melakukan penelitian mengeni pengaruh kemasan dan guncangan terhadap mutu fisik jambu biji selama transportasi. Jenis kemasan yang digunakan adalah keranjang bambu dengan pengisi daun pisang, kardus karton dengan bahan pengisi kertas koran cacah, dan kardus karton dengan bahan pembungkus kertas koran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kerusakan mekanis yang tertinggi dialami oleh jambu biji dalam kemasan keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang. Sedangkan tingkat kerusakan mekanis terendah dialami oleh jambu biji dalam kemasan kardus karton dengan bahan pembungkus koran. Kusumah 2007 pernah mengkaji pengaruh kemasan dan suhu terhadap mutu fisik mentimun selama transportasi. Penelitian ini menggunakan empat kemasan yang berbeda untuk mengemas mentimun yang akan ditransportasikan. Simulasi penggetaran dilakukan selama tiga jam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kerusakan mekanis tertinggi dialami oleh mentimun dalam peti kayu dengan nilai kerusakan sebesar 40.915 dan kerusakan terendah dialami oleh mentimun dalam kemasan kardus dengan nilai kerusakan sebesar 26.1 Darmawati 1994 meneliti pengaruh guncangan terhadap jeruk dalam kemasan karton bergelombang di atas meja getar dengan kompresor. Simulasi dengan pengangkutan ini dilakukan selama delapan jam dengan frekuensi penggetaran sebesar 6 Hz dan amplitudo 5 cm. Keadaan ini setara dengan 2490 km pada jalan beraspal atau 905 km pada jalan berbatu. Simulasi pengangkutan ini mewakili pengangkutan antarpulau Jawa dan Sumatera dan mengakibatkan kerusakan buah sebesar 26.1. Anwar 2005 mengkaji dampak kemasan terhadap perubahan sifat fisik dan masa simpan buah dengan menggunakan meja getar yang sama. Simulasi transportasi dalam penelitian ini dilakukan selama satu jam dengan frekeuensi 3.33 Hz dan amplitudo 5.31 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kemasan kardus karton dengan bahan pengisi kertas koran merupakan kemasan yang paling baik untuk transportasi buah dengan kerusakan mekanis terkecil, yaitu 8.46 15 apabila dibandingkan dengan jenis kemasan lain seperti kantong plastik tanpa bahan pengisi dengan kerusakan mekanis yang terjadi sebesar 23.70. Hasiholan 2008 telah melakukan penelitian mengenai peningkatan performa pengemasan jambu biji selama transportasi dengan penggunaan bahan pengisi. Simulasi dengan pengangkutan ini dilakukan selama dua jam dengan frekuensi penggetaran sebesar 3.4 Hz dan amplitudo 3.2 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kemasan kardus karton dengan bahan pengisi styrofoam merupakan kemasan yang paling baik untuk transportasi buah dengan kerusakan mekanis terkecil, yaitu 39.585 apabila dibandingkan dengan jenis kemasan lain seperti kemasan karton dengan tanpa bahan pengisi dengan kerusakan mekanis yang terjadi sebesar 84.025. Gambar 9. Ilustrasi gerakan pada simulasi sistem transportasi buah pepaya

F. Kerusakan Mekanis