Susut Bobot HASIL DAN PEMBAHASAN

41

E. Susut Bobot

Susut bobot adalah kehilangan kandungan air pada produk yang mempengaruhi kenampakan, tekstur seperti kelunakan atau kelembekan, berkurangnya kandungan gizi, dan menyebabkan kerusakan lain seperti kelayuan dan pengekrutan dari buah tersebut. Kandungan air buah umumnya berkisar 70-90. Apabila buah telah dipetik, kandungan air ini secara alamiah berkurang sehingga terjadi penyusuatan melalui proses transpirasi. Transpirasi adalah penguapan air dari dalam sel, baik stomata lentisel maupun retakan kutikula Sjaifullah 1996. Kerusakan mekanis pasca transportasi mempengaruhi susut bobot buah pepaya, karena buah yang mengalami kerusakan mekanis tersebut akan kehilangan air dan terjadi penguapan lebih cepat karena buah kehilangan pelindung alaminya kulit sehingga proses transpirasi berjalan begitu cepat. Jika kerusakan mekanis yang terjadi pasca transportasi kecil, maka penguapan dan kehilangan air pada buah yang terjadi selama masa penyimpanan akan berlangsung lambat. Tabel 8. Persentase penurunan susut bobot Jenis kemasan hari penyimpanan ke- 0 + 8 jam 2 4 6 8 KKH 0.02 1.87 4.31 6.89 10.26 KKV 0.03 1.80 3.72 5.48 7.70 KSH 0.05 1.65 3.71 5.71 7.92 KSV 0.01 1.62 3.26 5.23 7.29 KGV 0.01 1.35 2.88 4.43 6.51 KNH 0.00 1.89 4.14 6.21 10.31 KNV 0.06 1.74 4.01 6.33 9.70 Gambar 43. Grafik perubahan susut bobot buah pepaya sebelum simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari 42 Berdasarkan Gambar 43 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang signifikan susut bobot buah pepaya mulai dari beberapa jam pasca transportasi hingga pada hari terakhir masa penyimpanan dibandingkan dengan bobot awal buah pepaya sebelum mendapatkan perlakuan apapun yaitu sebelum simulasi transportasi dilakukan. Hal ini menandakan bahwa bobot atau massa dari buah pepaya semakin hari semakin mengalami penurunan, dikarenakan buah pepaya mangalami proses respirasi dan transpirasi terus menerus . Kehilangan air selama penyimpanan tidak hanya menurunkan berat, tetapi juga menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan. Nilai susut bobot buah pepaya dapat diketahui dengan mengukur bobot buah beberapa jam pasca transportasi dan tiap dua hari sekali sejak pengukuran pasca simulasi transportasi dilakukan hingga hari ke delapan dan membandingkannya dengan bobot awal buah pepaya sebelum mendapat perlakuan apapun sebelum simulasi transportasi dilakukan. Berdasarkan Gambar 43 diketahui susut bobot terendah pada akhir masa penyimpanan dihasilkan oleh kemasan buah pepaya dengan perlakuan bahan pengisi sekat kardus dengan posisi vertikal KGV sebesar 6.51 sementara susut bobot tertinggi dihasilkan oleh kemasan buah pepaya dengan perlakuan tanpa bahan pengisi dengan posisi penyusunan horizontal KNH sebesar 10.31. Gambar 44. Grafik kecepatan perubahan susut bobot buah pepaya pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari Sedangkan jika dilihat dari Gambar 44 kecepatan perubahan susut bobot tertinggi beberapa jam pasca simulasi transportasi adalah kemasan buah pepaya dengan perlakuan bahan pengisi sekat kardus dengan posisi penyusunan horizontal KGH dengan nilai 7.50 gramhari dan kecepatan perubahan susut bobot terendah adalah kemasan KNH sebesar 0.15 gramhari . Pada dasarnya dari hari ke hari selama penyimpanan pasca simulasi transportasi, kecepatan susut bobot pada masing- masing perlakuan kemasan mengalami peningkatan dibandingkan kecepatan susut bobot pada hari 43 pengukuran sebelumnya. Pada hari ke delapan, kemasan kontrol dengan posisi penyusunan buah secara vertikal KNV yang lebih cepat mengalami susut bobot dari bobot awal sebelum pepaya mengalami simulasi transportasi sebagai acuannya dengan nilai sebesar 26 gramhari sedangkan yang mengalami kecepatan susut bobot terkecil adalah kemasan KSV sebesar 17.18 gramhari. Hal ini menunjukkan bahwa pengemasan yang selama ini dilakukan oleh para petani maupun tengkulak lebih cepat mengalami susut bobot dibandingkan dengan pengemasan buah pepaya yang telah diteliti, dimana pada perlakuan kemasan yang lain juga mengalami kenaikan susut bobot akan tetapi tidak secepat pada kemasan KNV. Tabel 9. Pengaruh bahan pengisi terhadap susut bobot Bahan Pengisi Susut bobot hari ke- 2 4 6 8 KK 1 0.02748 a 1.8613 a 2.2855 a 3.1689 a 2.3300 a KS 2 0.03116 a 1.7883 ab 1.8785 a 2.2400 a 2.0528 a KG 3 0.08481 a 1.5981 ab 1.8499 a 2.5727 a 1.9208 a KN 4 0.03001 a 1.3619 b 2.3554 a 3.6429 a 2.3535 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 Tabel 10. Pengaruh posisi penyusunan terhadap susut bobot Posisi susun Susut bobot hari ke- 2 4 6 8 Horizontal 1 0.06104 a 1.7015 a 2.3038 a 3.4638 a 2.3598 a Vertikal 2 0.02569 a 1.6032 a 1.8809 a 2.3485 b 1.9688 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 Tabel 11. Pengaruh interaksi antara bahan pengisi dengan posisi penyusunan terhadap susut bobot Bahan Pengisi posisi Susut bobot hari ke- 2 4 6 8 PrF 0.2730 0.2749 0.2940 0.3126 0.3223 Nilai-P PrF Alpha 0.05 maka tidak berbeda nyata pada DMRT 5 Berdasarkan uji lanjut pada Tabel 9, menunjukkan bahwa pada hari ke 2 penyimpanan telihat pengaruh yang signifikan antara bahan pengisi kemasan terhadap susut bobot buah papaya. Sedangkan pada hari ke-0, hari ke-4 hingga ke-8 tidak terlihat pengaruh yang signifikan terhadap susut bobot buah papaya. Uji statistik pada posisi penyusunan buah dalam kemasan juga dilakukan. Pengujian tersebut dilakukan pada setiap dilakukannya pengukuran susut bobot buah pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan berlangsung. Dari hasil pengujian tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 10 diperoleh hasil atau pengaruh yang signifikan antara posisi penyusunan buah terhadap susut bobot buah papaya pada hari ke-6 penyimpanan. Sedangkan pada penyimpanan selain hari ke-6, tidak terlihat pengaruh yang signifikan antara posisi penyusunan terhadap susut bobot buah papaya. Berdasarkan Tabel 11, interaksi antara bahan pengisi dan posisi penyusunan buah tidak berpengaruh signifikan terhadap susut bobot buah pepaya. 44

F. Kandungan Total Padatan Terlarut