Mutu Bahan Penelitian Kerusakan Mekanis

28 Gambar 26. Kardus tanpa pengisi posisi vertikal Gambar 27. Kardus tanpa pengisi posisi horizontal Gambar 28. Pola penyusunan vertikal Gambar 29. Pola penyusunan horizontal

B. Mutu Bahan Penelitian

Buah pepaya yang digunakan sebagai penelitian adalah buah pepaya yang telah memenuhi tingkat matang petik yang optimal dengan kriteria sudah tua dengan kondisi buah 75 berwarna hijau 25 semburat kuning diantara tengah dan ujung pepaya. Penampakan luar buah kelihatan masih mengkal, tetapi apabila dibelah bagian dalamnya sudah menunjukkan warna kekuningan. Pada saat memanen diusahakan buah tidak tergores atau terluka dengan cara menggunakan sarung tangan ketika memetiknya dari pohon. Buah pepaya dipanen pada pagi hari pukul 6.00 dengan kondisi cuaca cerah. Penentuan keseragaman buah pepaya yang dipanen dilakukan secara visual. Gambar 30. Kondisi buah pepaya yang digunakan penelitian 29 Sebelum dilakukannya simulasi transportasi, dilakukan pengukuran sifat fisik dan sifat kimia pada buah. Hasil pengukuran terhadap sifat fisik dan sifat kimia pepaya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sifat fisik dan kimia buah pepaya sebelum transportasi Parameter Satuan Kisaran Rataan Bobot Gram 988,5-2219,0 1603.75 Kekerasan Kgf 3,62-5,54 4.58 Total padatan terlarut Brix 4,87-9,73 7.3 Sumber : Hasil pengolahan data Hasil pengukuran pada Tabel 4 menunjukkan adanya keragaman pada sifat fisik dan kimia pada buah pepaya, meskipun didapat dari satu kebun yang sama dan waktu petik yang sama. Keragaman pada sifat fisik dan kimia pada pepaya tersebut bisa terjadi karena ada perbedaan fisiologis pada tanaman.

C. Kerusakan Mekanis

Pengukuran tingkat kerusakan mekanis dilakukan pasca simulasi transportasi dilakukan. Pengamatan tingkat kerusakan mekanis dilakukan dengan pengamatan secara visual pada penampakan luar pepaya. Parameter kerusakan pepaya adalah pepaya yang pada kulitnya terdapat luka gores, luka memar dan luka pecah. Luka memar adalah luka atau kerusakan yang ditandai dengan terbentuknya bagian yang berwarna sedikit berbeda dan lunak pada permukaan kulit buah. Luka gores adalah luka pada bagian kulit buah dengan ditandai adanya guratan-guratan halus pada kulit buah. Sedangkan luka pecah ditandai dengan adanya bagian buah pepaya yang terbelah lebih dari 20. Penampakan kerusakan luka pada buah pepaya dapat dilihat pada Gambar 31. Pada penelitian ini tidak terjadi kerusakan mekanis dengan luka pecah pada buah pepaya. a b Gambar 31. Kerusakan pepaya a luka memar dan b luka gores Buah pepaya dalam kemasan kardus akan mengalami guncangan selama simulasi transportasi berlangsung. Guncangan tersebut menyebabkan buah pepaya mengalami pergeseran dan pergerakan sehingga buah pepaya tersebut mengalami pembebanan baik berupa tekanan, benturan ataupun gesekan dengan bahan pengisi , antar buah pepaya maupun antara buah dengan kemasan. Dampak dari guncangan dan pembebanan tersebut adalah kerusakan mekanis pada buah pepaya. Kerusakan mekanis tersebut berupa kerusakan memar, luka gores dan luka pecah. Kerusakan mekanis ditandai 30 dengan perubahan warna, bentuk, serta penurunan kekerasan buah pepaya tersebut. Kerusakan mekanis yang terdeteksi langsung setelah simulasi transportasi hanya sedikit, oleh karena itu dibutuhkan penyimpanan buah pepaya setelah simulasi transportasi berlangsung agar kerusakan mekanis dapat terdeteksi semua karena aktifitas respirasi dari buah pepaya. Proses laju respirasi akan berlangsung dengan cepat pada buah pepaya yang terluka sehingga menyebabkan kulit buah yang terluka akan mengalami perubahan warna dan beberapa penurunan mutu lainnya. Kerusakan mekanis dan penurunan mutu akan terdeteksi semua setelah proses penyimpanan selama beberapa hari. Data pengukuran dan perhitungan kerusakan mekanis pada buah pepaya pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari dapat dilihat pada Lampiran 2a dan lampiran 2b. Gambar 32. Grafik kerusakan mekanis pada buah pepaya dari berbagai perlakuan pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan Keterangan : KKH : Kardus cacahan koran horizontal KKV : Kardus cacahan koran vertikal KSH : Kardua berspons horizontal KSV : Kardus berspons vertikal KGH : Kardus berskat horizontal KGV : Kardus berskat vertikal KNH : Kardus tanpa bahan pengisi horizontal KNV : Kardus tanpa bahan pengisi vertikal Dari Gambar 32 di atas dapat diketahui bahwa persentase kerusakan mekanis mengalami kenaikan yang tajam pada hari pertama hingga hari ke-8 penyimpanan. Perbedaan persentase kerusakan mekanis dengan tajam setelah simulasi transportasi dengan setelah mengalami penyimpanan 8 hari dikarenakan kerusakan mekanis belum terdeteksi semua pasca simulasi transportasi. Pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari, kemasan dengan perlakuan bahan pengisi cacahan kertas koran dengan posisi penyusunan horizontal KKH mempunyai tingkat kerusakan mekanis terendah dibandingkan dengan kemasan lainnya. Kerusakan mekanis yang terjadi yaitu 75. 31 Gambar 33. Grafik Kecepatan perubahan total kerusakan mekanis buah pepaya pasca simulasi Berdasarkan Gambar 33 dapat dilihat bahwa pada kecepatan total kerusakan mekanis tertinggi beberapa jam pasca simulasi transportasi adalah kemasan buah pepaya dengan perlakuan bahan pengisi cacahan kertas koran dengan posisi penyusunan vertikal KKV hal ini disebabkan karena pada saat simulasi berlangsung buah pepaya dengan posisi vertikal cenderung lebih mendapatkan gaya pembebanan dari segala arah ketika terjadi guncangan, selain itu pada posisi vertikal dengan kondisi fisik dan dimensi dari buah pepaya yang tidak semua sama persis beragam maka setiap pepaya akan mempertahankan posisi mereka masing-masing untuk mempertahankan kesetimbangan mereka ketika terjadi guncangan. Kerusakan mekanis yang terjadi sebagian besar terdapat pada pangkal dan ujung buah pepaya, karena disaat dilakuaknnya simulasi transportasi yang terjadi adalah gaya transversal, yaitu gaya yang menyebabkan terjadinya guncangan ke atas-bawah pada saat berlangsungnya simulasi transportasi dan buah pepaya juga akan bergerak ke atas-bawah mengikuti guncangan yang terjadi sehingga akan menyebabkan kerusakan mekanis pada ujung dan pangkal buah pepaya. Sedangkan kecepatan total kerusakan mekanis terendah pada kemasan buah pepaya dengan perlakuan kemasan bahan pengisi cacahan kertas koran dengan posisi penyusunan horizontal KKH, hal ini dikarenakan buah pepaya dengan posisi penyusunan horizontal lebih mudah mendapatkan posisi setimbang ketika terjadi guncangan selama simulasi transportasi berlangsung sehingga buah pepaya cenderung tidak banyak bergerak. Gaya atau pembebanan yang di dapatkan buah pepaya juga tersebar secara merata, sehingga kondisi buah pepaya lebih stabil. Pada hari penyimpanan ke-2 kecepatan total kerusakan mekanis pada pepaya menurun drastis dibandingkan dengan pada saat beberapa jam pasca simulasi transportasi, penurunan kecepatan total kerusakan mekanis yang drastis terjadi pada kemasan KNH. Pada hari penyimpanan selanjutnya rata-rata kecepatan total kerusakan mekanis pada buah pepaya menurun sampai pada penyimpanan hari ke-8. Data nilai kecepatan perubahan total kerusakan mekanis pada Lampiran 6. Untuk mendukung hasil yang telah diperoleh dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara tiap perlakuan dengan parameter yang diamati maka dilakukan pengujian statistik atas data yang diperoleh. Uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan program Statistical Analysis 32 System SAS 9.1 dengan analisis ragam ANOVA dan uji lanjutan dengan menggunak an Duncan‟s Multiple Range Test untuk menganalisa perbedaan pengaruh nyata atau tidak nyata. Uji ragam ANOVA dan uji Duncan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh bahan pengisi dan posisi penyusunan buah terhadap kerusakan mekanis yang dialami pada buah pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan tidak dilakukan pada pengamatan kerusakan mekanis. Hal ini dikarenakan simulasi transportasi hanya dilakukan sekali sehingga tidak adanya ulangan yang menyebabkan jumlah sampel data N yang dimasukkan kurang, sehingga software program untuk menguji uji Ragam ANOVA dan uji Duncan tidak menunjukkan dan mengeluarkan angka dimana angka tersebut yang menunjukkan signifikan tidaknya perlakuan yang dilakukan terhadap kerusakan mekanis buah pepaya. Keterbatasan sampel dan tidak adanya ulangan simulasi transportasi karena keterbatasan faktor biaya penelitian, karena komoditas utama yang digunakan pada penelitian ini adalah buah pepaya IPB 9 Callina yang langsung diambil dan dipilih di kebunnya sehingga cukup mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu keterbatasan dalam mendapatkan komoditas yang digunakan penelitian. Gambar 34. Diagram kerusakan mekanis buah pepaya pasca simulasi transportasi dan penyimpanan selama 8 hari Gambar 34 memperlihatkan bahwa jika dibandingkan dengan bahan pengisi maka kerusakan mekanis yang terkecil terdapat pada kemasan dengan perlakuan bahan pengisi cacahan kertas koran. Kerusakan mekanis dominan yang terjadi pada kemasan buah pepaya dengan perlakuan bahan pengisi cacahan kertas koran adalah luka gores. Hal ini karena buah pepaya mengalami tekanan, guncangan dan gesekan antara buah pepaya yang lain maupun dengan kertas koran yang menjadi kemasan utama pada buah pepaya tersebut selama simulasi transportasi berlangsung. Kemasan dengan perlakuan bahan pengisi sekat kardus berada diurutan kedua dengan nilai kerusakan mekanis terkecil setelah bahan pengisi cacahan kertas koran. Kerusakan dominan yang muncul adalah luka gores. Pada buah pepaya dengan perlakuan bahan pengisi sekat kardus memiliki kerusakan mekanis luka gores dan luka memar yang hampir sama besarnya. Hal ini dikarenakan sekat kardus yang telah menyekat dan membatasi ruang pergerakan pepaya tersebut selama simulasi transportasi berlangsung sehingga pepaya tidak dapat bergerak dan hanya mengalami sedikit guncangan. Pada buah pepaya dengan perlakuan bahan pengisi spons lembaran gabus kerusakan mekanis yang dominan adalah luka memar. Luka memar ini banyak terdapat di pangkal buah pepaya, hal ini dikarenakan pangkal buah pepaya yang tidak terselimuti oleh spons sehingga ketika simulasi berlangsung, permukaan pangkal buah bersentuhan dan berbenturan langsung dengan permukaan kotak kardus ketika guncangan terjadi. 33 Pada kemasan buah pepaya dengan perlakuan normal tanpa bahan pengisi apapun, kerusakan mekanis dominan adalah luka gores. Berdasarkan diagram kerusakan mekanis di atas, kerusakan mekanis terbesar terdapat pada buah pepaya dengan perlakuan posisi penyusunan vertikal sedangkan kerusakan mekanis terkecil pada penyusunan buah secara horizontal. Hal ini dikarenakan perbedaan perlakuan menyebabkan tekanan, gesekan dan benturan pada buah dalam kemasan berposisi vertikal mendapat gaya tekan yang besar sehingga menyebabkan kerusakan pada buah. Kerusakan yang terjadi pada penyusunan vertikal pada umumnya terdapat pada pangkal buah, dimana pangkal buah pepaya berada di bagian bawah ketika dalam posisi penyusunan buah sehingga pangkal buah pepaya menerima pembebanan lebih besar dari bagian tengah dan ujung buah yang berada di atasnya hingga menyebabkan kerusakan. Sementara penyusunan horizontal buah pepaya menyebabkan kerusakan mekanis yang dominan berupa luka memar. Pada semua perlakuan pengemasan buah pepaya tidak ada kerusakan mekanis luka pecah pada buah pepaya.

D. Kekerasan