Kekerasan HASIL DAN PEMBAHASAN

33 Pada kemasan buah pepaya dengan perlakuan normal tanpa bahan pengisi apapun, kerusakan mekanis dominan adalah luka gores. Berdasarkan diagram kerusakan mekanis di atas, kerusakan mekanis terbesar terdapat pada buah pepaya dengan perlakuan posisi penyusunan vertikal sedangkan kerusakan mekanis terkecil pada penyusunan buah secara horizontal. Hal ini dikarenakan perbedaan perlakuan menyebabkan tekanan, gesekan dan benturan pada buah dalam kemasan berposisi vertikal mendapat gaya tekan yang besar sehingga menyebabkan kerusakan pada buah. Kerusakan yang terjadi pada penyusunan vertikal pada umumnya terdapat pada pangkal buah, dimana pangkal buah pepaya berada di bagian bawah ketika dalam posisi penyusunan buah sehingga pangkal buah pepaya menerima pembebanan lebih besar dari bagian tengah dan ujung buah yang berada di atasnya hingga menyebabkan kerusakan. Sementara penyusunan horizontal buah pepaya menyebabkan kerusakan mekanis yang dominan berupa luka memar. Pada semua perlakuan pengemasan buah pepaya tidak ada kerusakan mekanis luka pecah pada buah pepaya.

D. Kekerasan

Kekerasan tergantung pada ketebalan kulit luar buah, kandungan total zat padat, dan juga kerusakan mekanis yang dialami buah setelah proses transportasi. Kerusakan mekanis yang terjadi pada buah akan mempengaruhi laju respirasi buah, dimana proses respirasi membutuhkan air yang diambil dari sel buah itu sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan air pada sel buah sehingga kekerasan pada daging buah juga akan berkurang. Menurut Pantastico 1989 menyatakan bahwa parahnya kerusakan dapat memicu respirasi sebagai pengaruh dihasilkan gas etilen dan jatuhnya buah dengan perlahan atau gesekan permukaan buah dapat mengakibatkan melonjaknya respirasi. Menurut Sjaifullah 1996 dalam Prajawati 2006, buah yang matang dan siap konsumsi relatif lebih lunak daripada buah yang masih mentah. Buah yang baik mempunyai kekerasan yang merata. Pengukuran kekerasan pepaya dilakukan sebelum dan setelah simulasi transportasi. Perubahan kekerasan pepaya diukur pada bagian ujung, tengah dan pangkal buah pepaya. Rata-rata kekerasan buah pepaya sebelum dilakukannya transportasi adalah 4.58 Kgf. Gambar 35. Grafik perubahan kekerasan bagian ujung buah pepaya sebelum simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari 34 Gambar 36. Grafik perubahan kekerasan bagian tengah buah pepaya sebelum simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari Gambar 37. Grafik perubahan kekerasan bagian pangkal buah pepaya sebelum simulasi transportasi dan selama penyimpanan 8 hari Perubahan kekerasan buah pepaya sebelum dan setelah simulasi transportasi ditunjukkan pada Gambar 35, Gambar 36, dan Gambar 37 di atas. Berdasarkan grafik pada ketiga gambar tersebut, 35 terlihat bahwa kekerasan buah pepaya mulai dari 8 jam pasca simulasi transportasi hingga akhir masa penyimpanan mengalami penurunan pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah pepaya. Berdasarkan grafik pada gambar tersebut terlihat bahwa sebagian besar kekerasan buah pepaya setelah simulasi transportasi mengalami penurunan seiring dengan lamanya penyimpanan. Pengujian tersebut dikuatkan juga oleh pernyataan Kartasapoetra 1994 dalam Hasiholan 2008 dalam Firdausi 2010 aktifnya enzim-enzim pektinmetilasterase dan paligalekturonase yaitu pada hasil tanaman buah yang berada pada proses masak ternyata telah melangsungkan pemecahan atau kerusakan tersebut menyebabkan berubahnya tekstur hasil tanaman, biasanya hasil tanaman buah yang tadinya keras akan berubah menjadi lunak. Pada akhir masa penyimpanan, pada bagian ujung buah pepaya seperti yang telihat pada Gambar 35 terlihat bahwa nilai kekerasan buah tidak terjadi perbedaan yang nyata, dimana nilai kekerasan buah hampir sama pada setiap perlakuan kemasan, yaitu berkisar antara 0.44- 0.82 Kgf. Nilai kekerasan tertinggi ada pada kemasan KNH yaitu sebesar 0.82 Kgf. Pada bagian tengah buah pepaya pada akhir masa penyimpanan, nilai kekerasannya juga tidak berbeda jauh pada setiap kemasannya, dimana nilai kekerasan pada bagian tengah buah pepaya tertinggi pada kemasan KGV yaitu sebesar 0.69 Kgf. Begitu juga pada bagian pangkal buah pepaya, nilai kekerasannya pada hari terakhir penyimpanan tidak berbeda nyata. Untuk bagian pangkal buah pepaya nilai kekerasan tertinggi pada akhir masa penyimpanan yaitu pada kemasan KKV sebesar 0.45 Kgf. 1 a b Gambar 38. Grafik kecepatan perubahan kekerasan buah pepaya pada a kemasan KKH dan b kemasan KKV sebelum simulasi transportasi dan selama 8 hari penyimpanan a b Gambar 39. Grafik kecepatan perubahan kekerasan buah pepaya pada a kemasan KSH dan b kemasan KSV sebelum simulasi transportasi dan selama 8 hari penyimpanan 36 1 a b Gambar 40. Grafik kecepatan perubahan kekerasan buah pepaya pada a kemasan KGH dan b kemasan KGV sebelum simulasi transportasi dan selama 8 hari penyimpanan a b Gambar 41. Grafik kecepatan perubahan kekerasan buah pepaya pada a kemasan KNH dan b kemasan KNV sebelum simulasi transportasi dan selama 8 hari penyimpanan 37 38 Pada Gambar 38 terlihat bahwa kemasan KKH bagian ujung, tengah, dan pangkal buah papaya mengalami penurunan kecepatan kekerasan pada saat 8 jam pasca simulasi transportasi hingga pada hari ke dua masa penyimpanan. Sedangkan pada kemasan KKV, bagian ujung buah papaya mengalami kecepatan penurunan kekerasan dan bagian tengah serta pangkal buah mengalami peningkatan kekerasan buah saat 8 jam pasca simulasi transportasi. Hal ini dikarenakan saat 8 jam pasca simulasi transportasi bagian tengah dan pangkal buah papaya pada bagian KKV lebih bisa mempertahankan tingkat kekerasannya, sedangkan pada bagian ujung buah papaya tingkat kekerasan buahnya lebih rendah dibandingkan bagian tengah dan pangkal. Pada saat simulasi transportasi berlangsung, terjadi guncangan, benturan dan gesekan pada buah papaya, dimana saat simulasi transportasi berlangsung terjadi gaya transversal yang mengakibatkan buah papaya bergerak ke atas dan ke bawah. Pasca simulasi transportasi banyak terjadi luka memar pada bagian ujung buah papaya. Luka memar pada bagian ujung buah papaya inilah yang menyebabkan kekerasan pada bagian buah papaya mengalami kecepatan penurunan kekerasan. Kecepatan penurunan kekerasan buah pepaya hari ke dua penyimpanan pada kemasan KKH lebih besar dibandingkan dengan kemasan KKV. Selanjutnya pada hari ke empat hingga hari ke delapan akhir masa penyimpanan kecepatan penurunan kekerasan pada buah papaya berangsur-angsur mengalami pengurangan hingga mendekati 0 Kgfhari, hal ini dikarenakan pada akhir masa penyimpanan daging buah papaya sudah mulai lembek dan busuk, kulit buah sudah mulai ditumbuhi cendawan sehingga sudah tidak ada perubahan kekerasan lagi. Pada Gambar 39, kemasan KSH dan KSV mengalami kecepatan penurunan kekerasan pada buah papaya, akan tetapi untuk bagian tengah buah KSV mengalami sedikit peningkatan kecepatan kekerasan dibandingkan sebelum dilakukannya simulasi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat kekerasan buah papaya, meskipun yang diuji kekerasannya berasal dari satu papaya yang sama. Pada hari ke dua penyimpanan, kemasan KSH masih mengalami kecepatan penurunan yang signifikan dibandingkan kecepatan penurunan kekerasan pada 8 jam pasca simulasi transportasi, begitu pula pada kemasan KSV. Pada hari ke empat hingga ke delapan masa akhir penyimpanan, kecepatan penurunan kekerasan buah tidak sebesar pada hari sebelumnya, karena kondisi buah papaya sendiri yang sudah mulai lunak dan sebagian sudah ada yang busuk dan berair, kulit buah papaya juga sudah ditumbuhi oleh cendawan, sehingga sudah tidak ada lagi penurunan kekerasan. Pada Gambar 40, kemasan KGH mengalami kecepatan penurunan kekerasan terus menerus hingga hari kedua penyimpanan. Sedangkan pada hari ke empat hingga hari ke delapan penyimpanan kecepatan penurunan kekerasan sudah tidak sebesar hari sebelumnya. Kecepatan penurunan kekerasannya mendekati 0 Kgfhari, hal ini berarti sudah tidak adanya penurunan kekerasan lagi. Pada kemasan KGV saat 8 jam pasca simulasi transportasi terjadi kecepatan penurunan kekerasan pada bagian pangkal dan tengah buah papaya, sedangkan pada bagian ujung mengalami kecepatan peningkatan kekerasan. Perbedaan kekerasan pada buah papaya perbagiannya, dikarenakan adanya keragaman sifat fisik maupun zat kimia penyusun pada tiap bagian buah papaya. Pada hari ke dua penyimpanan hingga pada akhir masa peyimpanan, kecepatan penurunan kekerasan buah papaya semakin menurun. Hal ini berarti, penurunan kekerasan pada buah papaya terus terjadi, akan tetapi tidak secepat pada saat 8 jam pasca simulasi transportasi. Pada Gambar 41, kemasan KNH terjadi kecepatan penurunan kekerasan, bagian tengah buah papaya yang mengelami kecepatan penurunan kekerasan tertinggi. Pada hari ke dua penyimpanan, kecepatan penurunan kekerasan buah lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan penurunan kekerasan sebelumnya. Seiring masa penyimpanan, kecepatan penurunan kekerasan buah papaya semakin berkurang hingga pada akhir masa penyimpanan kecepatan perubahan kekerasannya 39 mendekati nilai 0 Kgfhari. Pada kemasan KNV pada bagian tengah dan pangkal buah papaya mengalami kecepatan penurunan kekerasan buah yang drastis, karena pada saat simulasi transportasi berlangsung terjadi guncaangan pada arah vertikal yang mengakibatkan papaya bergerak ke atas dan ke bawah. Pada kemasan KNV yang menjadi kemasan kontrol dimana tidak adanya bahan pengisi yang bisa mengurangi guncangan, tumbukan, dan gesekan yang terjadi selama simulasi berlangsung. Pada KNV, posisi penyusunan buah secara vertikal dengan pangkal buah berada di bawah, sehingga menyebabkan pangkal buah papaya mendapatkan pembebanan yang lebih besar dibandingkan bagian buah papaya yang lain, oleh karena itu pada bagian pangkal buah papaya mengalami kecepatan penurunan kekerasan yang tinggi. Hari ke dua penyimpanan, kecepatan penurunan kekerasan tetap terjadi tetapi tidak sebesar pada saat 8 jam pasca simulasi. Begitupula pada hari ke empat hingga akhir masa penyimpanan H+8, kecepatan penurunan buah papaya semakin berkurang karena daging buah papaya sudah mulai lunak, dan sebagian membusuk. Fluktuasi nilai kecepatan perubahan kekerasan pada buah pepaya pada setiap pengukuran dikarenakan pada saat pengukuran dilakukan pengambilan sampel secara acak pada tiap perlakuan kemasan, sehingga nilai yang didapatkannya juga variatif. Hal ini juga dimungkinkan pada beberapa jam pasca simulasi transportasi hingga hari ke-2 penyimpanan, kandungan kimiawi buah pepaya mengalami ketidakstabilan dan sel-sel penyusun jaringan pada buah pepaya mengalami kerusakan setelah mengalami guncangan saat simulasi transportasi berlangsung, sehingga berpengaruh juga terhadap kekerasan buah tersebut sehingga tingkat kekerasan buah sangat cepat mengalami penurunan pepaya menjadi lunak. Selain itu juga dimungkinkan karena adanya keragaman struktur penyusun genetika buah pepaya tersebut sehingga mempengaruhi srtuktur kimia maupun fisiologi buah pepaya, meskipun buah pepaya tersebut satu varietas sehingga mempunyai pengaruh yang berbeda pada tiap pepaya setelah mengalami simulasi trasnportasi. Fluktuasi kecepatan perubahan kekerasan pada bagian ujung, tengah dan pangkal buah pepaya pasca simulasi transportasi dan selama masa penyimpanan menyebabkan perubahan tingkat kekerasan pada buah. Gambar 42. Nilai rata-rata kekerasan bagian ujung, tengah, dan pangkal pada buah pepaya Berdasarkan Gambar 42 terlihat bahwa nilai rata-rata kekerasan pada buah pepaya yang tertinggi adalah pada bagian ujung buah pepaya, selanjutnya adalah pada bagian tengah buah pepaya, dan yang mempunyai nilai rata-rata kekerasan terendah adalah pada bagian pangkal buah pepaya. Nilai rata-rata kekerasan tertinggi pada bagian ujung buah pepaya adalah kemasan KKV sebesar 2.63 40 Kgf , pada bagian tengah buah adalah kemasan KKV sebesar 2.26 Kgf dan pada bagian pangkal buah pepaya adalah kemasan KSV sebesar 1.89 Kgf. Tabel 5. Pengaruh bahan pengisi terhadap kekerasan Bahan Pengisi Kekerasan hari ke- 2 4 6 8 KK 1 4.0008 a 1.7108 a 1.0517 a 0.67917 a 0.48750 a KS 2 3.8178 a 1.5825 a 1.0633 a 0.66500 a 0.52583 a KG 3 4.0050 a 1.6300 a 1.1058 a 0.67917 a 0.41250 a KN 4 3.9358 a 1.6750 a 1.0613 a 0.64250 a 0.45333 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 Hasil uji lanjut pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara bahan pengisi kemasan terhadap penurunan kekerasan buah pepaya, karena nilai rataan yang ditunjukkan oleh uji statistik pada parameter posisi penyusunan buah menunjukkan nilai yang hanya berselisih kecil antar kedua posisi penyusunan buah tersebut sehingga tidak bisa diketahui beda nyatanya. Tabel 6. Pengaruh posisi penyusunan terhadap kekerasan Posisi susun Kekerasan hari ke- 2 4 6 8 Horizontal 1 3.66750 b 1.57583 a 0.92667 b 0.65208 a 0. 43458 a Vertikal 2 4.21221 a 1.72333 a 1.21438 a 0.68083 a 0.50500 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan pada hari ke-0 dan hari ke-4 pasca simulasi transportasi dapat diketahui adanya pengaruh yang signifikan antara perlakuan posisi penyusunan buah terhadap kekerasan buah pepaya. Nilai rataan yang diperoleh cukup variatif dan berbeda antara bahan pengisi kemasan, sehingga bisa terlihat dengan nyata adanya pengaruh antara keduanya. Akan tetapi untuk hari ke-2, ke-6, dan ke-8 tidak adanya hasil yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara bahan pengisi kemasan terhadap kekerasan buah, hal ini dikarenakan nilai rataan yang ditunjukkan pada uji statistik yang dilakukan menunjukkan nilai selisih kecil untuk kekerasan antar masing-masing perlakuan bahan pengisi kemasan, sehingga pengaruhnya tidak terlihat begitu nyata. Tabel 7. Pengaruh interaksi antara bahan pengisi dengan posisi penyusunan terhadap kekerasan Bahan Pengisi posisi Kekerasan hari ke- 2 4 6 8 PrF 0.0516 0.4878 0.9129 0.8250 0.1427 Nilai-P PrF Alpha 0.05 maka tidak berbeda nyata pada DMRT 5 Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa interaksi antara bahan pengisi kemasan dan posisi penyusunan kemasan tidak berpengaruh yang signifikannyata terhadap perubahan kekerasan buah pepaya mulai hari ke-0 hingga hari ke-8 akhir masa penyimpanan pada taraf nyata 5. 41

E. Susut Bobot