Pengaruh pH Pengaruh Suhu dan pH yang Berbeda terhadap Pertumbuhan 5 Isolat BAL

4.6.2 Pengaruh pH

Pengaruh pH terhadap pertumbuhan isolat NQ1, NQ2, NQ3, NQ4, dan NQ5 dapat dilihat pada Gambar 4.7. Berdasarkan pengukuran OD terhadap kelima isolat tersebut dapat diketahui bahwa pada jam ke-24 sampai jam ke-72, nilai absorbansi yang diperoleh bervariasi. Pada jam ke-24 Isolat NQ1 mampu tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5 hingga 6,5, hal tersebut diketahui berdasarkan kekeruhan pada media dan nilai absorbansinya yang tinggi yaitu berturut-turut 1-1,1. Isolat NQ2 mampu tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5 hingga pH 8 dengan absorbansi 0,8-0,9. Isolat NQ3 dapat tumbuh dengan baik pada pH 6 dengan nilai absorbansi 1,0. Isolat NQ4 dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-6,5 dengan nilai absorbansi bervariasi yaitu 0,7 dan 0,8 dan isolat NQ5 mampu tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5,5-6,5 dengan nilai absorbansinya 1,0 dan pada pH 8 dengan absorbansi 1,0. Hasil pengamatan dan pengukuran OD pada jam ke-48 terhadap kelima isolat menunjukkan media semakin keruh dan nilai absorbansi semakin meningkat, begitu juga pada jam ke-72, nilai absorbansinya semakin meningkat dan media menjadi semakin keruh. Hal ini terjadi pada kisaran pH yang sama dengan pengamatan OD pada jam ke- 24. Menurut Lay 1994, sewaktu pertumbuhan mikroba, konsentrasi ion hidrogen pH dalam media mempengaruhi protein enzim dan sistem transpor yang terdapat pada membran sel. Struktur protein akan berubah bila pH dalam media berubah. Mikroba memiliki enzim yang berfungsi sempurna pada pH tertentu. Bila terjadi penyimpangan pH, pertumbuhan dan metabolisme dapat terhenti. Pada umumnya, mikroba tumbuh pada pH sekitar 7,0, namun ada juga yang dapat tumbuh pada pH 2,0 dan pH 10,0. Mikroorganisme yang melaksanakan fermentasi menghasilkan asam sehingga pH dapat turun menjadi 3,5, sebaliknya sewaktu metabolisme protein dan asam amino dilepaskan ion amonium sehingga pH media menjadi basa. Perubahan pH terjadi dengan cepat dalam lingkungan tertutup seperti misalnya kaldu nutrien dalam tabung, sehingga menghambat pertumbuhan mikroba. Universitas Sumatera Utara 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 N il ai O D p ad a 6 n m 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 pH 24 jam NQ1 NQ2 NQ3 NQ4 NQ5 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 N il ai O D p ad a 6 n m 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 pH 48 jam NQ1 NQ2 NQ3 NQ4 NQ5 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 N il ai O D p ad a 6 n m 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 pH 72 jam NQ1 NQ2 NQ3 NQ4 NQ5 Gambar 4.7 Pengaruh pH terhadap pertumbuhan 5 isolat BAL terpilih Universitas Sumatera Utara Suriawiria 2003 dan Waluyo 2004 menyatakan, batas pH untuk pertumbuhan mikroba merupakan suatu gambaran dari batas pH untuk kegiatan enzim. Setiap mikroba memiliki kisaran pH minimum, optimum, dan maksimum. Berdasarkan hal tersebut, mikroba dikelompokkan menjadi mikroba asidofilik, mesofilik netrofilik dan alkalifilik. Mikroba yang tergolong ke dalam asidofilik ialah mikroba mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0, sedangkan mikroba mesofilik ialah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0 dan mikroba alkalifilik ialah mikroba yang dapat tumbuh pada pH 8,4-9,5. 4.7 Pertumbuhan BAL Terpilih pada MRSA + NaCl dengan Konsentrasi Berbeda