suatu organisme menyebabkan perubahan keadaan yang memungkinkan organisme lainnya tumbuh. Pertumbuhan khamir pada bahan pangan bisa menghasilkan berbagai
zat atau nutrisi tambahan yang memicu pertumbuhan mikroba lainnya. Sebaliknya pertumbuhan dari suatu jenis mikroba tertentu dalam bahan pangan dapat menghasilkan
zat-zat atau mengubah sedemikian rupa sehingga spesies mikroba lainnya menjadi terhambat atau terhenti pertumbuhannya. Hal ini berlawanan dengan simbiosis.
4.6 Pengaruh Suhu dan pH yang Berbeda terhadap Pertumbuhan 5 Isolat BAL
Terpilih Hasil Isolasi dari Pangan Pliek U
4.6.1 Pengaruh Suhu
Prosedur untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kelima isolat dilakukan dengan cara menginkubasikan kelima isolat pada suhu yang berbeda yaitu 10 °C, 30 °C, 45 °C dan
50 °C selama 72 jam, selanjutnya diukur nilai optical density OD dengan metode spektrofotometri setiap 24 jam selama 72 jam pada panjang gelombang 600 nm. Prinsip
dari pengukuran OD ini didasarkan pada kekeruhan biakan pada media. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kelima isolat tidak mampu tumbuh pada suhu 10 °C,
hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai absorbansi kelima isolat sama dengan nilai absorbansi pada kontrol tanpa inokulasi isolat yaitu sebesar 0,1. Pada suhu 30, 45, dan
50 °C kelima isolat menunjukkan adanya pertumbuhan, hal ini ditunjukkan dengan variasi nilai pengukuran absorbansi yang diperoleh Gambar 4.6 dan ditandai dengan
kekeruhan pada media pertumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4
N il
ai O
D p
ad a
6 n
m
10°C 30°C
45°C 50°C
Suhu
24 jam
NQ1 NQ2
NQ3 NQ4
NQ5
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4
N il
ai O
D p
ad a
6 n
m
10°C 30°C
45°C 50°C
Suhu
48 jam
NQ1 NQ2
NQ3 NQ4
NQ5
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4
N il
ai O
D p
ad a
6 n
m
10°C 30°C
45°C 50°C
Suhu
72 jam
NQ1 NQ2
NQ3 NQ4
NQ5
Gambar 4.6 Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan 5 isolat BAL terpilih
Universitas Sumatera Utara
Nilai absorbansi pertumbuhan 5 isolat BAL terpilih pada suhu 30, 45 dan 50 °C juga terlihat bervariasi setelah 24 jam inkubasi. Hasil pengukuran menunjukkan semakin
besarnya nilai absorbansi maka semakin keruh media pertumbuhannya dan mengindikasikan semakin bertambah populasi bakteri yang tumbuh di dalamnya.
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kelima isolat BAL tersebut. Menurut Lay 1994, setiap bakteri
mempunyai suhu optimum. Pada suhu optimum ini pertumbuhan bakteri berlangsung cepat. Di luar kisaran suhu optimum, pertumbuhan bakteri menjadi lambat atau tidak ada
pertumbuhan sama sekali. Fardiaz 1992, menambahkan suhu berpengaruh terhadap aktivitas enzim dari mikroba. Di bawah suhu minimum dan di atas suhu maksimum,
aktivitas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan
denaturasi enzim. Hal ini tergantung pada jenis bakterinya.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui suhu pertumbuhan yang baik bagi kelima isolat tersebut. Isolat NQ1, NQ3, dan NQ4 mampu tumbuh dengan baik
pada suhu 45 °C, sedangkan isolat NQ5 pada suhu 50 °C. Untuk isolat NQ2 pertumbuhan terjadi dengan lambat pada suhu 30, 45, dan 50 °C bila dibandingkan
dengan isolat lainnya. Menurut Buckle et al. 1987 suhu mempengaruhi mikroba dengan dua cara berlawanan, yaitu 1 apabila suhu naik, kecepatan metabolisme naik
dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, kecepatan metabolisme juga turun dan pertumbuhan diperlambat; 2 apabila suhu naik atau turun, tingkat
pertumbuhan mungkin terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel dapat mengalami kematian.
Universitas Sumatera Utara
4.6.2 Pengaruh pH