Identifikasi Isolat yang Diduga BAL Sampai Tingkat Genus Uji Kualitatif Aktivitas Protease, Amilase dan Kitinase Pengukuran Total Asam Supernatan Isolat BAL Terpilih

Pengaruh pH: sebanyak 1 ml kultur ditumbuhkan pada medium NB dengan penambahan acetate buffer pH 3.5, 4, 4.5, 5, 5.5, dan phosphate buffer pH 6, 6.5, 7, 7.5, 8, diinkubasi pada suhu 37°C selama 3 hari. Adanya pertumbuhan ditandai dengan kekeruhan pada tabung dan diukur optical density OD pada  600 dengan spektrofotometer Lay, 1994; Wirawati, 2002; Santoso, 2008 dengan modifikasi.

3.4.7 Pengaruh NaCl terhadap Pertumbuhan Isolat Terpilih

Toleransi isolat terpilih terhadap NaCl dilakukan dengan menotolkan isolat yang diperoleh pada media MRSA yang sudah ditambahkan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 2, 4, 6, 6,5, 8, dan 10. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam dan diamati pertumbuhannya dengan mengamati besar kecilnya koloni Bulut, 2003; Yavuzdurmaz, 2007.

3.4.8 Uji Produksi Gas dari Glukosa

Pengujian ini dilakukan untuk membedakan antara BAL homofermentatif dan BAL heterofermentatif. Sebanyak 1 ml kultur BAL yang berumur 24 jam dipipetkan ke dalam tabung reaksi berisi tabung Durham dan media NB yang ditambahkan 2 glukosa. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37°C selama 5 hari. Tabung Durham digunakan untuk melihat terbentuknya gas atau tidak. Tabung yang menghasilkan gas menunjukkan adanya produksi gas dari glukosa yang menandakan isolat tersebut bersifat heterofermentatif, tabung yang tidak terbentuk gas menandakan isolat bersifat homofermentatif Bulut, 2003; Yavuzdurmaz, 2007.

3.5 Identifikasi Isolat yang Diduga BAL Sampai Tingkat Genus

Data yang telah diperoleh dari hasil pengujian karakterisasi, isolat bakteri selanjutnya diidentifikasi dengan menduga jenis BAL yang telah diisolasi dari pliek u. Universitas Sumatera Utara Pendugaan jenis bakteri dilakukan dengan menggunakan metode profile matching berdasarkan Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology Vos, 2009 dan Helen, 2012.

3.6 Uji Kualitatif Aktivitas Protease, Amilase dan Kitinase

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas proteolitik, amilolitik, dan kitinolitik dari isolat yang diperoleh. Analisis hidrolisis protein, amilum, dan kitin dilakukan dengan menumbuhkan isolat yang diperoleh pada medium susu skim Lay, 1994; Smita et al., 2012, SA Putri et al. 2012, dan MGMK Dewi, 2008. Selanjutnya diinkubasi selama 72 jam pada suhu 37°C. Isolat-isolat yang menghasilkan protease, amilase dan kitinase akan menunjukkan zona bening pada masing-masing permukaan media. Diameter zona bening yang terbentuk diukur untuk melihat besarnya aktivitas enzim tersebut secara kualitatif.

3.7 Pengukuran Total Asam Supernatan Isolat BAL Terpilih

Isolat yang telah disegarkan pada media MRSA kemudian diambil satu ose dan dimasukkan ke dalam media NB sebagai inokulum. Inokulum diinkubasi pada suhu 37°C pada shaker water bath selama 18 jam. Sebanyak 10 inokulum dimasukkan ke dalam media produksi dengan volume kerja 100 ml, kemudian diinkubasi dalam shaker water bath pada suhu 37° C selama 24 jam. Pemanenan supernatan dilakukan dengan cara sentrifugasi media kultivasi pada suhu 4° C dengan kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit. Supernatan dipisah dari biomassa untuk diukur total asam yang dinyatakan sebagai persen asam laktat AOAC, 1995; Purnama, 2009; Mardiana, 2010; Nielsen, 2010; Omemu et al., 2011; Saputra, 2011 dengan Modifikasi. Pengukuran total asam tertitrasi merupakan penentuan konsentrasi total asam. Pada supernatan, asam tertitrasi dihitung sebagai persen asam laktat. Pengukuran asam tertitrasi menggunakan prinsip asam basa. Sebanyak 10 ml sampel dimasukkan Universitas Sumatera Utara ke dalam labu erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes indikator phenolphtalein 1. Sampel dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah muda yang merupakan titik akhir titrasi. Volume titran yang digunakan, normalitas basa standar, volume contoh digunakan untuk menghitung total asam tertitrasi. Perhitungan total asam tertitrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Total Asam = V NaOH x N NaOH x 90 x FP x 100 V sampel x 1000 Keterangan : V NaOH = Volume NaOH yang terpakai ml N NaOH = Normalitas NaOH 0,1 N 90 = Berat molekul asam laktat FP = Faktor pengenceran V Sampel = Volume sampel yang digunakan ml Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Total Asam pada Bahan Pangan Pliek U Sebelum dilakukan tahapan isolasi, setiap sampel pliek u tahap I, II, dan III diukur total asam yang diduga sebagai asam laktat. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa setiap tahapan dari proses pembuatan pliek u menghasilkan persentase total asam yang berbeda. Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat kadar asam tertinggi berasal dari pliek u tahap III yaitu sebesar 4,92, sedangkan yang terendah ialah pada pliek u tahap I yaitu sebesar 1,07. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan jenis dan jumlah BAL yang ditemukan di setiap tahapan pengolahan pliek u, sehingga kadar asam yang dihasilkan juga bervariasi. 1 2 3 4 5 6 To ta l asam PT1 PT2 PT3 Gambar 4.1 Persentase total asam pada tiga tahapan pengolahan pliek u PT1: pliek u tahap I, PT2: pliek u tahap II, PT3: pliek u tahap III Universitas Sumatera Utara Telah diketahui bahwa pliek u diolah dari daging buah kelapa C. nucifera yang terfermentasi secara spontan, dan daging kelapa tersebut tersusun oleh berbagai jenis komponen, salah satunya ialah karbohidrat. Sumber karbohidrat tersebut akan diuraikan oleh BAL menjadi senyawa-senyawa lain menjadi produk yang berbeda dari bahan bakunya. Menurut Fardiaz 1992, karbohidrat merupakan substrat utama yang dipecah dalam proses fermentasi. Polisakarida terlebih dahulu akan diurai menjadi gula sederhana sebelum difermentasi, sebagai contoh hidrolisis pati menjadi unit-unit glukosa. Glukosa selanjutnya akan diurai menjadi senyawa-senyawa lain. Pada BAL, asam piruvat yang yang terbentuk dari jalur glikolisis bertindak sebagai penerima hidrogen, dimana reduksi asam piruvat oleh NADH 2 menghasilkan asam laktat. Fermentasi ini disebut fermentasi homolaktat, karena satu-satunya produk yang dihasilkan ialah asam laktat dan BAL yang berperan dalam fermentasi tipe ini dikenal dengan BAL homofermentatif. 4.2 Isolasi BAL dari Pliek U Sebanyak 8 isolat yang diduga BAL telah diisolasi dari sampel pliek u tahap I, II, dan III. Kedelapan isolat yang berbeda tersebut yaitu NSP1, MY2, MY3, NQ2, NQ3, NQ4, NQ5, dan NQ6, masing-masing isolat mempunyai profil yang beragam. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sifat morfologi koloni dapat diketahui bahwa dari sampel pliek u tahap I, dimulai dari pemupukan ke media MRSA yang berasal dari pengenceran 10 -3 sampai dengan pengenceran 10 -7 keseluruhannya hanya ditumbuhi oleh isolat NSP1. Isolat tersebut memiliki ciri-ciri koloni berbentuk bulat, berwarna putih susu dengan tepi halus dan elevasi konveks. Pada pliek u tahap II, ditemukan 3 koloni yang berbeda yaitu MY1, MY2, dan MY3. MY1 mempunyai ciri-ciri morfologis yang sama dengan NSP1, sedangkan MY2 dan MY3 berbeda. Pada pliek u tahap III, diperoleh 6 koloni yang berbeda yaitu NQ1, NQ2, NQ3, NQ4, NQ5, dan NQ6. Pada tahap ini ditemukan satu koloni yang sama dengan MY2 yaitu NQ1. Adanya koloni yang berbeda ini diduga karena proses Universitas Sumatera Utara pengolahan daging buah kelapa menjadi pliek u yang berbeda di setiap tahapnya Lampiran A sehingga menyebabkan ditemukannya ciri-ciri koloni bakteri yang berbeda. Keseluruhan sifat-sifat morfologis dari setiap isolat disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik morfologi koloni bakteri yang diduga BAL Tahapan Pengolahan Pliek u Kode Isolat Sifat Morfologi Koloni Bentuk Warna Tepi Elevasi Keterangan I NSP1 bulat putih susu halus konveks - II NSP1 bulat putih susu halus konveks isolat sama dengan NSP1 MY2 tidak beraturan Krem lobat umbonat - MY3 tidak beraturan Krem bergelombang datar - III NQ1 tidak beraturan Krem lobat umbonat isolat sama dengan MY2 NQ2 tidak beraturan Krem bergelombang umbonat - NQ3 tidak beraturan krem bergelombang datar - NQ4 tidak beraturan Krem bergelombang tumbuh ke dalam media - NQ5 tidak beraturan Krem lobat datar - NQ6 tidak beraturan Krem filamen umbonat - Menurut Wirawati 2002, pada fermentasi bahan pangan tradisional yang berlangsung secara spontan, mikroorganisme yang secara alami ada di dalam bahan pangan akan tumbuh dan mengakibatkan suksesi atau pergantian mikroba yang Universitas Sumatera Utara dominan pada proses selanjutnya. Fardiaz 1992 juga menambahkan bahwa populasi mikroba yang ditemukan pada setiap makanan, bila diamati jumlah dan jenisnya, sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh selektif terhadap jumlah dan jenis mikroba awal yang terdapat pada makanan. Sumber-sumber mikrobiota yang terdapat pada makanan dapat berasal dari tanah, air permukaan, debu, kotoran hewan atau manusia, lingkungan, udara dan sebagainya. Berbagai pengaruh selektif menyebabkan satu atau beberapa jenis mikroba mungkin menjadi dominan dibandingkan dengan jenis mikroba lainnya.

4.3 Seleksi Isolat Potensial Berdasarkan Uji In vitro