59
VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL
DI DEKAT JALUR KRL
6.1. Persepsi Rumahtangga terhadap Tata Lingkungan di Dekat Jalur
KRL Penataan lingkungan yang dimaksud meliputi penataan rumah, jalan,
kondisi kebebersihan dan kebisingan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebanyak 50 rumahtangga 41.67 persen dari keseluruhan rumahtangga
menyatakan penataan lingkungan mereka baik, sedangkan sebanyak 70 rumahtangga 58.33 persen menyatakan penataan lingkungan pemukiman mereka
buruk. Rumahtangga yang menyatakan tata lingkungan pemukiman mereka baik dikarenakan kebersihan lingkungan cukup baik, kebisingan tidak menggangu
kegiatan mereka sehari-hari, dan pemukiman yang padat serta jalan yang sempit adalah hal yang wajar bagi mereka. Namun, rumahtangga yang menyatakan tata
lingkungan pemukiman mereka buruk dikarenakan kebersihan yang kurang terjaga khususnya di dekat jalur KRL, pemukiman yang padat, jalan yang sempit
dan kebisingan yang mengganggu kegiatan sehari-hari mereka. Perbandingan presentasi persepsi rumahtangga terhadap tata lingkungan di dekat jalur KRL
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Persepsi Rumahtangga terhadap Tata Lingkungan di Dekat Jalur KRL
Persepsi Tata Lingkungan
Jumlah Rumahtangga
Presentase
Baik 50
41.67 Buruk
70 58.33
Jumlah 120 100.00
6.2.
Persepsi Rumahtangga terhadap Keberadaan Jalur KRL
Keberadaan kereta rel listrik dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat yang tinggal di dekat wilayah tersebut. Hasil penelitian
60
menunjukkan sebanyak 80 rumahtangga 66.67 persen dari keseluruhan rumahtangga menyatakan keberadaan jalur KRL memberikan dampak positif,
sedangkan sebanyak 40 rumahtangga 33.33 persen menyatakan keberadaan KRL memberikan dampak negatif. Dampak positif keberadaan jalur KRL
menurut rumahtangga diantaranya, lingkungan menjadi lebih ramai, akses menjadi mudah dan cepat, dan harga tanah yang semakin meningkat karena lokasi
yang strategis. Sedangkan dampak negatif keberadaan jalur KRL menurut rumahtangga diantaranya, kecelakaan, kriminalitas, tawuran, dan kotornya
lingkungan di perbatasan antara jalur KRL dengan pemukiman. Perbandingan persepsi rumahtangga terhadap keberadaan jalur KRL dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Persepsi Rumahtangga terhadap Keberadaan Jalur KRL Persepsi Keberadaan
KRL
Jumlah Rumahtangga
Presentase
Positif 80
66.67 Negatif
40 33.33
Jumlah 120 100.00
6.3.
Harapan Rumahtangga sebagai Penduduk yang Tinggal di Dekat Jalur KRL
Rumahtangga sebagai penduduk yang tinggal di dekat jalur KRL memiliki harapan untuk kebaikan bagi kehidupan mereka. Harapan-harapan tersebut
diantaranya, sebanyak 36 rumahtangga 30 persen dari keseluruhan rumahtangga mengharapan kebersihan di dekat jalur KRL bisa lebih ditingkatkan, 56
rumahtangga 46.67 persen mengharapkan adanya tembok penghalang atau tanaman di sepanjang KRL untuk mengurangi dampak dari keberadaan KRL,
sebanyak 24 rumahtangga 20 persen mengharapakan adanya perbaikan tata ruang yang salah satunya dengan relokasi pemukiman, dan sebanyak empat
rumahtangga 3.33 persen mengharapkan keamanan di dekat jalur KRL lebih
61
ditingkatkan agar tidak terjadi kriminalitas. Perbandingan harapan rumahtangga sebagai penduduk yang tinggal di dekat jalur KRL dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Harapan Rumahtangga sebagai Penduduk yang Tinggal di Dekat Jalur KRL
Harapan Jumlah
Rumahtangga Presentase
Tembok Penghalang 56
47.67 Kebersihan
36 30.00
Relokasi 24
20.00 Keamanan
4 3.33
Jumlah 120
100.00 6.4.
Analisis Persepsi Rumahtangga terhadap Kondisi Kelayakan Lingkungan Tempat Tinggal di Dekat Jalur KRL
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi rumahtangga terhadap kondisi kelayakan lingkungan tempat tinggal di dekat jalur KRL, variabel terikat
yang digunakan adalah layak atau tidak layak kondisi kelayakan lingkungan tempat tinggal dekat jalur KRL. Jika rumahtangga menyatakan layak maka diberi
nilai satu, sedangkan jika rumahtangga menyatakan tidak layak maka diberi nilai nol.
Variabel bebas yang digunakan terdiri dari variabel, yaitu tingkat pendidikan, luas lahan, lama tinggal, jarak ke sumber bising dan status
kepemilikan rumah. Variabel tingkat pendidikan dan status kepemilikan rumah adalah variabel dummy. Tingkat pendidikan bernilai nol untuk lama pendidikan
kurang dari sama dengan pendidikan tingkat SMP atau 9 tahun dan nilai satu untuk lama pendidikan di atas SMP atau lebih dari 9 tahun. Jika status
kepemilikan milik sendiri maka diberi nilai satu dan jika tidak diberi nilai nol. Hasil dari penelitian dari keseluruhan rumahtangga, 91 rumahtangga
75.83 persen yang menyatakan kondisi kelayakan lingkungan tempat tinggal di dekat jalur KRL adalah layak, dan sebanyak 29 rumahtangga 24.17 persen
62
menyatakan tidak layak, hal ini dapat dilihat pada Tabel 16. Alasan rumahtangga menyatakan tidak layak diantaranya adalah adanya kebisingan, pemukiman yang
padat, jalan yang sempit, kebersihan yang kurang terjaga, kecelakaan, dan kriminalitas. Hasil logit persepsi rumahtangga terhadap kondisi kelayakan
lingkungan tempat tinggal di dekat jalur KRL dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 16. Hasil Penelitian Mengenai Persepsi Rumahtangga terhadap Kondisi Kelayakan Lingkungan Tempat Tinggal di Dekat Jalur
KRL
Persepsi Jumlah Rumahtangga Presentase
Layak 91 75.83 Tidak Layak
29 24.17
Model logit yang diperoleh dari hasil olahan data adalah:
Li Layak = 1.56311 – 2.45765 PDDKN + 0.0098185 LUAS + 0.0092499 LMTG + 0.0478928 JRSB + 0.243135 SRMH
Tabel 17. Hasil Logit Persepsi Rumahtangga terhadap Kondisi Kelayakan
Lingkungan Tempat Tinggal di Dekat Jalur KRL Prediktor
Koefisien P-value
Odds Ratio
Keterangan
Constant 1.5631100
0.254
PDDKN - 2.4576500
0.020 0.09
Berpengaruh nyata