5
jalur KRL. Namun, hal ini masih menjadi isu dan belum diketahui kapan program ini akan dilaksanakan. Kebijakan ganti rugi merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat adanya pemukiman di dekat jalur KRL. Masalah-masalah tersebut adalah kondisi kelayakan tempat tinggal, dimana
wilayah tersebut memiliki kondisi yang sangat padat dan adanya berbagai risiko. Ganti rugi yang akan dilaksanakan diharapkan dapat menyelesaikan masalah-
masalah tersebut sehingga akan memberikan dampak positif bagi penduduk dan pemerintah.
Permasalahan yang timbul akibat adanya ganti rugi yang dibahas dalam penelitian ini, meliputi :
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi persepsi rumahtangga terhadap kondisi
kelayakan lingkungan tempat tinggal di dekat jalur KRL? 2.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesediaan rumahtangga menerima ganti rugi pemukiman?
3. Berapa nilai ganti rugi yang bersedia diterima rumahtangga Willingness to
Accept dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya ganti rugi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi rumahtangga
terhadap kondisi kelayakan lingkungan tempat tinggal di dekat jalur KRL. 2.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan rumahtangga menerima ganti rugi pemukiman.
6
3. Mengestimasi nilai ganti rugi yang bersedia diterima rumahtangga
Willingness to Accept dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya ganti rugi.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1.
Wilayah penelitian di pemukiman dekat jalur KRL di Kelurahan Kebon Baru. 2.
Populasi penelitian adalah rumahtangga yang tinggal di pemukiman dekat jalur KRL di Kelurahan Kebon Baru.
3. Sampel penelitian adalah rumahtangga yang tinggal di wilayah tersebut dan
rumahtangga berdasarkan strata status kepemilikan rumah dan jarak ke sumber bising.
4. Responden penelitian adalah kepala dan anggota rumahtangga.
5. Aspek yang diteliti adalah persepsi rumahtangga terhadap kondisi kelayakan
lingkungan tempat tinggal, kesediaan rumahtangga menerima ganti rugi, estimasi nilai ganti rugi yang bersedia diterima rumahtangga Willingness to
Accept dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.5. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu munculnya bias pada nilai WTA yang diberikan rumahtangga. Bias ini terjadi pada rumahtangga yang mengetahui
besarnya Nilai Jual Objek Pajak NJOP sehingga nilai WTA yang diberikan rumahtangga adalah nilai yang mendekati nilai NJOP. Namun, agar rumahtangga
mau menerima ganti rugi, maka nilai WTA yang diberikan oleh rumahtangga lebih dari NJOP wilayah tersebut.
Bias kedua terjadi karena saat mempertanyakan WTA pada rumahtangga, peneliti menggunakan metode pertanyaan terbuka open-ended question yang
7
sebenarnya bias menyulitkan rumahtangga dalam menentukan nilai WTA. Selain tidak adanya nilai patokan, kurangnya pengetahuan rumahtangga mengenai ganti
rugi dan besarnya NJOP di wilayah mereka mengakibatkan rumahtangga bingung menentukan berapa ganti rugi yang ingin mereka terima. Wilayah yang diteliti
cukup luas sehingga data yang dihasilkan mungkin tidak representatif dengan kondisi yang terjadi di wilayah ini.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.