75
dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R
2
yang rendah disebabkan karena pengambilan sampel yang kurang baik. Penelitian yang berkaitan
dengan barang-barang lingkungan dapat mentolerir nilai R
2
sampai dengan 15 persen Hanley dan Spash, 1993 dalam Hanum, 2007. Oleh sebab itu, hasil
pelaksanaan CVM pada penelitian ini masih dapat diyakini kebenarannya.
Tabel 27. Total WTA Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru
No Kelas WTA Rpm
2
Nilai Tengah
WTA Rp
Frekuensi Populasi Rata-
rata Luas
Lahan m
2
Jumlah WTA Rp
1. 1 200 000 – 1 300 000
1 250 000 1
53 28
1 855 000 000 2.
1 300 001 – 1 400 000 1 350 000
6 318
35 15 097 050 000
3. 1 400 001 – 1 500 000
1 450 000 18
954 36
49 798 800 000 4.
1 500 001 – 1 600 000 1 550 000
9 477
38 28 259 600 000
5. 1 600 001 – 1 700 000
1 650 000 15
795 36
47 747 700 000 6.
1 700 001 – 1 800 000 1 750 000
15 795
41 57 134 000 000
7. 1 800 001 – 1 900 000
1 850 000 4
212 50
19 511 950 000
Total 68
3 604 219 404 100 000
7.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTA Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTA rumahtangga dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Variabel bebas terdiri dari luas
lahan, lama tinggal, pengeluaran rumahtangga, tingkat pendidikan rumahtangga, status kepemilikan rumah dan jarak ke sumber bising. Sedangkan variabel terikat
adalah nilai WTA rumahtangga. Hasil estimasi model WTA rumahtangga Kelurahan Kebon Baru dapat dilihat dari Tabel 28.
Model yang dihasilkan dari regresi linier berganda adalah :
WTA = 1 258 232 + 355 LUAS – 3 305 LMTG + 0.003285 PGLR + 134 063 PDDKN + 119 177 SRMH + 2 873 JRSB
Hasil lengkap dari pengolahan data di atas dapat dilihat pada Lampiran 7. Nilai R
2
sebesar 42.2 persen. Nilai ini menunjukan keragaman WTA rumahtangga
76
Tabel 28. Hasil Estimasi Model WTA Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru Variabel
Koefisien T
P C 1258232.000000
15.30 0.000
LUAS 355.000000
0.24 0.814
LMTG - 3305.000000
-1.71 0.092
PGLR 0.003285 3.04
0.003 PDDKN 134063.000000
3.53 0.014
SRMH 119177.000000 2.76
0.008 JRSB
2873.000000 1.95
0.055
Keterangan : nyata pada taraf α 0.05
nyata pada taraf α 0.10
42.2 persen dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model dan sisanya 57.8 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R
2
yang rendah disebabkan karena pengambilan sampel yang kurang baik. Penelitian yang
berkaitan dengan barang-barang lingkungan dapat mentolerir nilai R
2
sampai dengan 15 persen Hanley dan Spash, 1993 . Uji F dengan P 0.000 menunjukkan
bahwa variabel-variabel bebas secara serentak berpengaruh terhadap perubahan nilai WTA. Multikolinearitas tidak terjadi dalam estimasi model WTA karena
keseluruhan nilai VIF 10. Hasil estimasi model WTA bersifat homoskedastisitas karena galat konstan di setiap sebaran dan uji normalitas menunjukkan sebaran
data normal. Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 7 Gambar 1 dan uji kenormalan dapat dilihat pada Lampiran 7 Gambar 2.
Variabel independen yang berpengaruh pada selang kepercayaan 95 adalah :
1. Pengeluaran rumahtangga dengan P-value sebesar 0.003 yang artinya bahwa
variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf nyata
α 0.05. Nilai koefisien bertanda positif + berarti jika rumahtangga memiliki pengeluaran rumahtangga yang semakin besar, maka nilai WTA
semakin besar. Pengeluaran rumahtangga merupakan bayangan dari
77
pendapatan rumahtangga yang nilainya lebih akurat dibandingkan pendapatan, pengeluaran rumahtangga merupakan salah satu faktor yang menunjukan
tingkat perekonomian suatu rumahtangga, sehingga semakin besar pengeluaran rumahtangga, maka rumahtangga tersebut menginginkan nilai
WTA yang lebih besar. 2.
Tingkat pendidikan dengan P-value sebesar 0 014 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf nyata
α = 0.05. Nilai koefisien bertanda positif + berarti jika rumahtangga memiliki
tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka nilai WTA akan semakin besar. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin tinggi pola pikir seseorang dalam
menentukan besarnya nilai WTA . 3.
Status kepemilikan rumah dengan P-value sebesar 0.008 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf
nyata α = 0.05. Nilai koefisien bertanda positif + berarti jika rumahtangga
memiliki rumah dengan status milik sendiri, maka nilai WTA akan semakin besar. Rumahtangga yang telah memiliki rumah dengan status kepemilikan
rumah milik memiliki nilai WTA semakin tinggi karena banyaknya biaya yang telah dikeluarkan untuk memiliki rumah tersebut. Hasil pengolahan data
yang menunjukkan variabel status kepemilikan rumah merupakan variabel yang signifikan, maka pengolahan data dapat lebih spesifik yaitu pengolahan
data berdasarkan strata status kepemilikan rumah. Hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11.
Variabel independen yang berpengaruh pada selang kepercayaan 90 adalah:
78
1. Lama tinggal dengan P-Value sebesar 0.092 yang artinya bahwa variabel ini
berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf nyata α =
0.10. Nilai koefisien bertanda negatif - berarti jika rumahtangga yang memiliki lama tinggal yang lebih lama, maka nilai WTA akan semakin kecil.
Rumahtangga yang telah lama tinggal di pemukiman ini kurang mengetahui perkembangan nilai NJOP sehingga nilai WTA semakin kecil.
2. Jarak ke sumber bising dengan P-value sebesar 0.055 yang artinya bahwa
variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf nyata
α = 0.10. Nilai koefisien bertanda positif + berarti jika rumahtangga tinggal semakin jauh ke sumber bising, maka nilai WTA akan semakin besar.
Hal ini dikarenakan semakin jauh jarak rumah ke sumber bising, maka tingkat risiko semakin kecil sehingga nilai WTA yang diberikan lebih besar
dibandingkan rumahtangga yang memiliki rumah lebih dekat dengan sumber bising. Hasil pengolahan data yang menunjukkan variabel jarak ke sumber
bising merupakan variabel yang signifikan, maka pengolahan data dapat lebih spesifik yaitu pengolahan data berdasarkan strata jarak ke sumber bising.
Hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.
7.4. Kebijakan Ekonomi Sosial Lingkungan Pemukiman di Dekat Jalur KRL