3
melewati wilayah ini. Selain itu, kecelakaan dan kriminalitas menjadi risiko yang harus dihadapi oleh penduduk. Risiko kecelakaan terjadi saat banyak pagar
pembatas yang rusak sehingga penduduk menyeberang di sembarang tempat dan penduduk tidak mengetahui jika akan ada KRL yang akan melintas. Sedangkan
risiko kriminalitas adalah lemparan batu yang terkadang dilempar oleh orang yang tidak bertanggung jawab dari dalam KRL.
Studi ini dilakukan untuk mengkaji persepsi rumahtangga terhadap kondisi kelayakan lingkungan tempat tinggal di dekat jalur KRL, kesediaan rumahtangga
menerima ganti rugi pemukiman dan besarnya ganti rugi yang bersedia diterima rumahtangga Willingness to Accept. Info mengenai adanya kebijakan ganti rugi
ini diperoleh dari penduduk setempat. Studi ini dilakukan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method CVM, yang merupakan salah satu
metode ekonomi yang digunakan untuk menentukan nilaibesar atau harga dari suatu barang lingkungan. Adanya nilai Willingness to Accept WTA penduduk,
diharapkan kebijakan ganti rugi pemukiman ini dapat terlaksana dengan tepat.
1.2. Perumusan Masalah
DKI Jakarta adalah provinsi terpadat di Indonesia dengan tingkat kepadatan penduduk adalah 14 476 jiwa per km
2
BPS, 2010. Oleh karena itu, pemukiman menjadi hal yang perlu diperhatikan. Permintaan pemukiman yang
selalu bertambah, tetapi jumlah lahan yang sifatnya tetap. Hal ini akan menimbulkan masalah khususnya mengenai tata kota.
Keberadaan pemukiman yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda menyebabkan adanya preferensipilihan seseorang di dalam memilih tempat
tinggal. Sebuah tempat tinggal dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria tersebut disesuaikan dengan kondisi individu yang tinggal di tempat tersebut.
4
Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan untuk memilih tempat tinggal adalah harga tempat tinggal, fasilitas yang disediakan, aksesbilitas dan kesesuaian
tata ruangnya. Harga tempat tinggal tidak menjadi persoalan utama, karena harga juga ditentukan dengan fasilitas yang ada, aksesibilitas dan kesesuaian tata
ruangnya Warningsih, 2006. Semakin lengkap fasilitas yang ditawarkan, maka seseorang cenderung untuk memilihnya, demikian juga jika aksesbilitas dan
kesesuaian tata ruangnya tinggi maka seseorang akan cenderung memilihnya Hanum, 2007.
Pemilihan tempat tinggal seseorang tentu akan melihat kondisi lingkungannya, baik mengenai kondisi air, tanah, udara dan kenyamanan. Namun,
keterbatasan lahan dan materi menyebabkan seseorang tidak leluasa dalam memilih lokasi tempat tinggal. Akibatnya sebagian dari masyarakat bermukim di
wilayah yang kurang layak baik dari kondisi kebersihan, lingkungan maupun keamanan.
Kebon Baru merupakan salah satu daerah yang terletak di dekat jalur KRL Jakarta-Bogor. Oleh karena itu, daerah tersebut setiap hari dilewati oleh KRL
sehingga terjadi kebisingan pada waktu-waktu tertentu. Selain kebisingan, risiko tinggal di dekat jalur KRL adalah adanya risiko kecelakaan. Namun, adanya
kebisingan dan risiko kecelakaan tidak mengurangi keinginan masyarakat untuk bermukim di daerah dekat jalur KRL tersebut. Hal ini dapat dilihat dari padatnya
pemukiman di daerah dekat jalur KRL, Kebon Baru. Beberapa waktu belakangan ini terdapat info dari responden mengenai
penggusuran di wilayah dekat jalur KRL. Penggusuran ini dilakukan untuk mengurangi risiko adanya pemukiman di dekat KRL dan akan dibangunnya jalan
raya di dekat jalur KRL. Lebar penggusuran tersebut sebesar 15-20 m dari batas
5
jalur KRL. Namun, hal ini masih menjadi isu dan belum diketahui kapan program ini akan dilaksanakan. Kebijakan ganti rugi merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat adanya pemukiman di dekat jalur KRL. Masalah-masalah tersebut adalah kondisi kelayakan tempat tinggal, dimana
wilayah tersebut memiliki kondisi yang sangat padat dan adanya berbagai risiko. Ganti rugi yang akan dilaksanakan diharapkan dapat menyelesaikan masalah-
masalah tersebut sehingga akan memberikan dampak positif bagi penduduk dan pemerintah.
Permasalahan yang timbul akibat adanya ganti rugi yang dibahas dalam penelitian ini, meliputi :
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi persepsi rumahtangga terhadap kondisi
kelayakan lingkungan tempat tinggal di dekat jalur KRL? 2.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesediaan rumahtangga menerima ganti rugi pemukiman?
3. Berapa nilai ganti rugi yang bersedia diterima rumahtangga Willingness to
Accept dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya ganti rugi?
1.3. Tujuan Penelitian