9
3. Mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik seperti iklim dan sejauh mana
pengaruh itu sangat tergantung kepada perencanaanya.
2.2. Lingkungan Pemukiman
Lingkungan pemukiman dapat diartikan sebagai kesatuan dari beberapa tempat tinggalrumah yang didukung dengan sarana dan prasarana didalamnya,
misalnya sarana jalan, taman, tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, perkantoran dan perniagaan. Selain itu, lingkungan pemukiman dapat meliputi aspek fisik dan
nonfisik. Aspek fisik merupakan sarana dan prasarana yang ada, sedangkan aspek nonfisik merupakan kualitas lingkungan pemukiman tersebut, misalnya
kenyamanan dan tingkat kesehatan Avianto, 2005.
2.3. Nilai Jual Obyek Pajak Nilai Jual Obyek Pajak adalah harga rata‐rata yang diperoleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Obyek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain
yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak.
2.4. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dapat dijadikan referansi antara lain penelitian Hanum 2007, Zulwahyuni 2007, Triani 2009, Amanda 2009, Casey et
al .,2006 dan Horowitz and McConnell 2002. Hasil penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 1.
2.4.1. Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Studi yang dilakukan Hanum 2007 dan Zulwahyuni 2007, penelitian- penelitian tersebut didasarkan pada adanya perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi yang tidak merata sehingga terjadi urbanisasi besar-besaran yang diikuti dengan peningkatan permintaan pemukiman, namun tidak diikuti dengan
10
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No. PenelitiJudul Tujuan
Hasil
1. 2.
Hamna Zulwahyuni 2007 Analisis Ganti rugi Pemukiman Penduduk di
Sempadan Sungai Ciliwung dengan Pendekatan WTA Kasus Kelurahan
Kedunghalang Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor.
Latifa Hanum 2007 Kebisingan Pemukiman Pinggir Rel Kereta Api :
Analisis Perefrensi, Persepsi, dan Willingness To Accept
Kasus Desa Cilebut Timur Kabupaten Bogor Jawa
Barat. 1.
Mengkaji persepsi penduduk sempadan Sungai Ciliwung di
Kelurahan Kedunghalang terhadap lingkungan tempat tinggal mereka.
2. Menganalisis fakor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan penduduk dalam menerima ganti rugi seperti
yang diusulkan dalam pasar hipotesis.
3. Menganalisis besarnya ganti rugi
yang bersedia diterima penduduk serta mengidentifikasi faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi besarnya ganti rugi tersebut.
1. Mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi masyarakat Cilebut Timur untuk
menyukai tempat tinggal tersebut. 2.
Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
Cilebut Timur terhadap kebisingan kerata api Bogor-Jakarta.
3. Mengkaji kesediaan masyarakat
Cilebut Timur dalam menerima ganti rugi akibat aktivitas perkereta-
apian dan besar nilainya. 1.
Sebagian besar penduduk menyatakan lingkungan tempat tinggalnya kotor, tidak mengetahui fungsi sungai
dan sempadan sungai, mengetahui dampak kerusakan lingkungan berupa gangguan kesehatan, dan menyatakan
penataan lingkungan tempat tinggalnya buruk.
2. Sebesar 62,82 reponden bersedia menerima ganti rugi
yang diajukan yang dipengaruhi oleh persepsi mengenai penataan lingkungan di sempadan sungai dan jumlah
tanggungan. 3.
WTA reponden Rp 263.061,22 per m
2
dan total WTA Rp 47.759.281.429,00.
1. Kesukaan rumahtangga terhadap tempat tinggalnya dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: kondisi tempat tinggal, faktor tetangga, harga tanah, lingkungan sekitar,
dekat dengan tempat kerja dan faktor keturunantanah warisan.
2. Variabel yang nyata mempengaruhi peluang
rumahtanggapersepsi masyarakat terhadap kebisingan kereta api adalah lama tinggal dan jarak ke sumber bising.
3. Varibel yang nyata mempengaruhi peluang
rumahtanggapersepsi masyarakat terhadap kesediaan masyarakat dalam menerima ganti rugi adalah
pendidikan, pendapatan, lama tinggal, status rumah,
11
Tabel 1. Lanjutan
No. PenelitiJudul Tujuan
Hasil
3. Sylvia Amanda
2009Analisis Willingness
to Pay Pengunjung Objek
Wisata Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian
Lingkungan. 4.
Mengkaji pengelolaan lingkungan pemukiman
masyarakat seharusnya.
1. Mengidentifikasi karakteristik
sosial ekonomi pengunjung Situgede.
2. Mengidentifikasi persepsi
pengunjung terhadap danau Situgede.
3. Menganalisis faktor0faktor yang
mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar
Willingness to Pay dalam upaya pelestarian danau
Situgede.
4. Menilai besarnya nilai
Willingness to Payt WTP dari
pengunjung Danau Situgede terhadap upaya pelestarian
lingkungan danau Situgede. 5.
Menganalisis faktot-faktor yang mempengaruhi WTP
pengunjung Situgede 4.
dan jarak ke sumber bising. Nilai WTA masyarakat adalah Rp 264.719,25 samapai dengan Rp 314.719,25 per m
2.
Setiap daerah memiliki besar batasan yang berbeda-beda dalam menentukan garis sempadan jalan rel kerata api.
Pengelolaan pemukiman masyarakat dapat dilakukan dengan pengaturan tata ruang berupa pemindahan masyarakat atau antisipasireduksi kebisingan
dengan penanaman pagar tanaman atau memperluas tembok pembatas.
1. Pengunjung objek wisata sebagian besar berjenis kelamin laki-laki berusia 17- 23 tahun dan memiliki status belum menikah. Mayoritas tingkat pendidikan
formal selama 12 tahun dan tingkat pendapatan antara rp 150 000 - Rp 1 312 500 dengan domisili dekat dengan danau Situgede.
2. Persepsi pengunjung terhadap kualitas lingkungan, sebagian besar menyatakan baik. Persepsi responden mengenai pelayanan dan atribut-atribut wisata dana
Situgede, sebagian besar menyatakan kurang memadai. 3. Sebanyak 81 reponden menyatakan kesediaannya membayar dalam upaya
pelestarian lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden adalah usia, tingkat pendidikan dan pemahaman serta pengetahuan
responden mengenai manfaat serta kerusakan danau. 4. Nilai rata-rata WTP danau Situgede Rp 3 588.24. sedangkan nilai total WTP
pengunjung danau Situgede Rp 2 342 000 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP adalah pendapatan,
pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau dan faktor biaya kunjungan responden.
12
Tabel 1. Lanjutan
No. PenelitiJudul Tujuan
Hasil
4.
5. Ani Triani 2009 Analisis
Willingness to Accept Masyarakat
Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau.
James F. Casey, James R. Kahn, Alexandre A.F. Rivas. 2006.
Willingness to Accept Compensation for the
Environmental Risks of Oil Transport on the Amazon: A Choice
Modeling Experiment. 1.
Mendeskripsikan mekanisme pembayaran jasa lingkungan
di DAS Cidanau. 2.
Mengkaji persepsi masyarakat terhadap program
pembayaran jasa lungkungan yang tealah berlangsung di
DAS Cidanau.
3. Mengkaji kesediaan atau
ketidaksediaan masayrakat menerima kompensasi sesuai
scenario yang ditawarkan di pasar hipotesis.
4. Mengkaji besarnya dana
kompensasi yang bersedia diterima masyarakat WTA
serta faktor yang mempengaruhi nilai WTA.
1. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan DAS Cidanau melibatkan
Forum Komunikasi DAS Cidanau, Desa Citaman, Desa Cikumbueun dan Desa Kadu Agung serta PT. KTI.
2. Responden menilai kualitas lingkungan semakin baik setelah adanya
uoaya konservasi. 3.
Hanya dua responden dari 43 responden yang menyatakan tidak bersedia menerima pemayaran sesuai skenario.
4. Nilai dugaan rataan WTA responden adalah Rp 5 056.98. Jika jumlah
pohon 500 per ha maka nilai pembayaran Rp 2 528 490.00 per ha per tahun. Nilai total WTA responden Rp 2 718 125 000.00 dan dipengaruhi
oleh faktor nilai pendapatan dari pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diterima, kepuasan terhadap nilai jasa lingkungan yang selama
ini diterima, jumlah pohon, tingkat pendapatan rumahtangga, lama tinggal dan penilaian terhdap cara penetapan nilai pembayaran.
1. Negara-negara berkembang tidak bisa membayar untuk mendapatkan
kualitas lingkungan yang baik. Hal ini dikarenakan pendapatan yang rendah. Namun, para ekonom menolak hal tersebut karena yang
terpenting dari nilai guna langsung adalah aktivitas pertanian atau tingkat kesehatan manusia.
2. Nilai non guna juga sangat penting khususnya pada sektor informal.
13
Tabel 1. Lanjutan
No. PenelitiJudul Tujuan
Hasil
6. John K. Horowitz, K.E. McConnell.
2002. Willingness to Accept, Willingness to Pay and the Income
Effect
.
3. Pemberian kompensasi atas kerugian langsung dengan akses air
minum atau pengurangan produktivitas pertanian ternyata masih kurang sehingga membutuhkan kompensasi lebih untuk menerima
risiko lingkungan. 4.
Banyak masyarakat miskin yang peduli terhadap lingkungan. Mereka percaya ekosistem yang sehat akan memberikan manfaat lansung
yang baik bagi proses produktivitas lingkungan. 5.
Meningkatkan kualitas hidup rakyat kecil di Negara-negara berkembang tidak hanya dengan meningkatkan pendapatan, tetapi
juga peningkatan kualitas ekosistem dan lingkungan. 1.
Pengaruh pendapatan rata-rata adalah sekitar 0,8, yang menyiratkan bahwa responden akan bersedia menghabiskan sekitar 80 persen
pendapatan tambahan. 2.
Elastisitas pendapatan dapat dihitung dari WTA rasio WTP sangat tinggi bila dibandingkan dengan elastisitas ditemukan dalam
literatur yang diperkirakan terhadap pendapatan.
3.
Elastisitas pendapatan jauh melampaui perkiraan elastisitas dalam studi. Ditemukan bahwa elastisitas tersirat melampaui estimasi
elastisitas studi yang sama. Perbedaan yang diamati memiliki setidaknya dua arti mungkin. Bisa diartikan sebagai tanda kelemahan
metode survei.
14
ketersediaan lahan. Keterbatasan lahan tersebut mengakibatkan adanya pemukiman yang tidak layak dan aman. Hal ini selain disebabkan oleh terbatasnya
lahan, juga disebabkan harga lahan yang semakin tinggi sehingga bagi masyarakat berpendapatan rendah tidak dapat memilih dengan leluasa pemukiman yang akan
mereka tempati dan faktor lingkungan dihiraukan oleh mereka. Pada penelitian kali ini, yang membedakan dengan penelitian terdahulu
yaitu lokasi yang akan penulis teliti memang telah diisukan akan terjadi ganti rugi. Meskipun pihak pemerintah setempat masih menutupi hal tersebut, tetapi
masyarakat telah mengetahui hal tersebut.
2.4.2. Metode